1'3

8 1 0
                                        

Tangisan Senja tidak mau berhenti. Ia terus menangis semenjak pulang dari sekolah.

Berjalan dengan sangat lambat. Sembari menundukkan wajahnya yang berusaha untuk menyembunyikan tangis nya.

Plukk!!

Seseorang menepuk pundaknya. Membuat Senja menoleh pada orang itu. Ya siapa lagi jika bukan adiknya.

Adiknya yang melihat ekspresi kakaknya yang tengah menangis itu, segera memeluk kakaknya. Padahal dijalanan ini banyak orang. Dan banyak yang memperhatikan nya.

Senja menangis dengan deras di dalam pelukan adiknya. Bahunya naik turun, dan isakan nya terlalu pilu.

Membuat adiknya itu semakin khawatir. Ia tidak bisa melakukan apapun selain memeluk kakaknya dan mengelus surai kakaknya.

Jujur ia tidak pernah melihat kakaknya serapuh ini. Dan ia baru pertama kali melihat ini.

"Kak kita pergi ke lapang merah yuk. Kita lari sejauh mungkin, kalo bisa kita lari dari kenyataan"

Ravin melepaskan pelukannya. Lalu menarik Senja untuk berbalik arah menuju lapang merah.

Setelah beberapa menit, mereka sampai. Ravin mengajak Senja untuk berlari. Ya ini adalah cara untuk menghilangkan kesedihan. Senja selalu melakukan ini. Begitu pun dengan Ravin.

Mereka berlari sebanyak mungkin. Sembari mengobrol.

"Kakak kenapa?" tanya Ravin yang mulai penasaran sejak tadi.

"Gak papa" jawab Senja tanpa menoleh pada Ravin.

"Jangan sembunyiin dari aku kak. Aku ini adik kamu, bukan orang asing" -Ravin.

"Aku gak papa Vin. Aku cuman kecewa dengan semua nya" -Senja.

Ravin pun menghentikan langkahnya. Begitu pun dengan Senja.

"Siapa?" tanya Ravin.

"Orang yang buat sahabat kakak pergi. Dan orang yang lakuin itu adalah orang yang kakak cintai" jawab Senja yang kemudian melanjutkan berlari.

Ravin pun mengejarnya hingga sejajar dengan Senja.

"Orang itu keterlaluan" gumam Ravin.

"Kakak tahu itu. Tapi kakak yakin ada sesuatu yang buat dia kayak gitu" ujar Senja.

"Mungkin dia balas dendam?"

Seketika Senja menoleh pada Ravin tanpa menghentikan larinya.

"Kamu dapet keputusan itu dari mana?" tanya Senja.

"Aku hanya menebak" jawab Ravin.

...

Fajar kini sedang menunggu di lapangan yang dekat dengan rumah nya. Ia menunggu Nara datang setelah mengirim pesan pada Nara.

Tak lama, Nara pun datang. Ia berdiri di sebelah Fajar. Tak berniat duduk di samping Fajar.

"Apa?" tanya Nara memulai topik pembicaraan.

"Lu kan yang ngasih tau ke Senja tentang Meisha?"

Fajar kini berdiri menatap Nara dengan tajam. Ia diam-diam mengepalkan tangannya.

Sedangkan Nara hanya menatapnya dengan datar. Ia melipat tangannya di dada.

"Gak semua" jawab Nara.

"Kenapa lu ngasih tau itu ke dia?!" tanya Fajar dengan sedikit membentak.

"Gua hanya ingin tau gimana rasanya lu kesepian lagi. Dan gua gak mau Senja atau cewek yang lebih baik dari lu berhubungan sama orang jahat kayak lu" jawab Nara dengan tenang.

Fajar Berakhir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang