Fajar kini tengah berada di ruang inap Senja. Ia menangis dari tadi, sembari memegang tangan Senja.
"Nja, jangan gini nja. Cukup Meisha aja, jangan lu"
"Gua gak tau harus gimana. Tapi gua juga sama kayak lu"
Kata-kata itu. Padahal baru beberapa jam Fajar bahagia mendengar itu. Namun sayangnya, semua hilang. Senja berakhir seperti ini.
Wajah putih, cantik, dan pipi tembam. Kini sudah terpenuhi dengan goresan luka. Rambut yang terurai dengan panjang. Kini tertutupi dengan perban.
Fajar semakin menangis melihat Senja seperti ini. Jika saja Fajar yang berada di belakang Senja, mungkin Fajar yang seperti ini. Bukan Senja. Jika saja ia tidak memaksa Senja untuk pergi, mungkin Senja tidak akan seperti ini.
Ini jelas. Jelas ini semua salahnya.
Drrrt
Drrrt
Handphone Fajar bergetar. Menandakan ada orang yang menelponnya. Ketika ia lihat, nomor tidak dikenal. Siapa ini?
Ia penasaran, jadi ia pun mengangkat nya.
"Dimana Senja?"
Fajar terdiam mendengar ucapan orang itu. Yang menanyakan Senja ada di mana saat ini. Tepat nya yang ia dengar ini adalah suara laki-laki.
"Gua yakin lu gak tuli, dan gak bisu"
Fajar pun menghela nafas. Mencoba untuk tenang. Lalu ia mencoba menjawab dengan ragu-ragu.
"Senja..."
"Kenapa?"
"Senja kecelakaan"
Diam beberapa menit setelah itu. Sampai akhirnya, orang itu berbicara lagi.
"Rumah sakit mana?"
"Rumah sakit Immanuel"
Pip!
Panggilan itu diputuskan secara sepihak oleh orang itu. Fajar terdiam sejenak. Siapa orang yang menelponnya?
...
Ravin setengah mati menahan amarahnya. Ketika mendengar jawaban Fajar yang mengatakan bahwa kakaknya kini tengah berada di rumah sakit.
Apalagi ketika mendengar kakaknya kecelakaan. Ya ampun, sungguh Ravin sangat membenci Fajar. Karena laki-laki itu, Senja seperti ini.
Kini ia sedang menaiki motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli dengan bunyi klakson yang protes pada nya. Yang ia pikirkan hari ini hanya lah Senja, dan membalas Fajar dengan penuh pukulan.
Orang tua nya tidak tahu. Karena Ravin mengatakan bahwa Senja baik-baik saja. Besok Ravin akan memberitahu orang tuanya.
Jika Ravin memberi tahu soal Senja saat ini, pasti ibunya akan pingsan. Lalu ayahnya akan membalas dendam pada Fajar. Yang pastinya akan lebih sakit dari Ravin.
...
Fajar trus saja menangis. Ia merasa menyesal pada dirinya sendiri. Ia juga benci pada dirinya sendiri.
Melihat Senja yang seperti ini seperti melihat Meisha. Tidak jangan sampai.
Cklek
Suara pintu terbuka. Menampakkan seorang lelaki bertubuh tinggi yang tak jauh tinggi dengan dirinya.
Lelaki itu menatap tajam pada Fajar. Lalu ia mendekati Fajar. Menarik kerah Fajar.
Sungguh Ravin tak bisa menahan amarahnya lagi ketika melihat manusia yang ia benci ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar Berakhir Senja
Teen Fiction"Pipi lu mirip bakpao, sama tembem nya" "Sepeda-sepedahan nja, badan lu gendut" "Napa lu ikutan nangis?" "Nja liat pr Matematika dung" "Nja pinjem dasi" Aku suka melihat mu membutuhkan ku. Namun terkadang aku membenci mu. Karena kamu melemahkan ku...