0'6

10 2 0
                                    

"Gila si Bu Kokom gak ngehargain banget. Ampe rela-rela gak jajan. Padahal ku ingin jajan" ujar Melza sembari berpura-pura menangis.

"Tau, kayak yang bisa bikin aja. Capek-capek mikir malah nilai nya kecil" ujar Wulan.

Senja dan Salwa hanya diam saja. Mendengarkan temannya yang mengeluh. Sebenarnya mereka kecewa juga, dan merasa marah. Tapi apa daya, semua sudah terjadi, tak berulang lagi. Jadi mau marah atau mau melakukan apapun tak akan berubah.

Beralih dari itu, Senja masih memikirkan Fajar. Ia merasa senang hari ini. Apakah dirinya suka dengan Fajar? Ah tidak mungkin. Tapi mengapa ia sangat ingin bersama Fajar terus? Ah yang benar saja Senja.

"Hei"

Orang yang dipikirkan nya kini telah berada di sebelahnya. Tersenyum manis padanya. Membuat Senja menjadi salah tingkah.

"Orgil" ujar Senja.

"Nja, kita duluan ya" ujar Melza.

Senja mengangguk sembari tersenyum. Lalu beralih lagi pada Fajar.

"Apa?" -Senja.

"Jalan yuk" -Fajar.

"Udah sore" -Senja.

"Sebentar aja. Kita keliling aja di perumahan lu" -Fajar.

"Ntar yang ada mereka mikir gua aneh-aneh" -Senja.

"Yauda kita beli makanan aja di deket rumah gua. Soalnya banyak yang jualan" -Fajar.

"Males ah"

Baru saja satu langkah, Fajar menahan tangan Senja.

"Hayu ih. Gua gak ada temen"

Akhirnya Senja pasrah, dan mengikuti nya saja. Lalu mereka sampai di depan parkiran. Fajar sudah menaikkan sepeda nya. Sedangkan Senja masih diam.

"Ngapain? Naik" -Fajar.

"Lu gila? Ini gua pake rok ya ampun" -Senja.

"Ya gak papa. Itung-itung pahala buat laki-laki" -Fajar.

Senja langsung memukul pundak Fajar beberapa kali. Fajar hanya tertawa saja.

"Yauda sana ke toilet. Ganti pake celana" -Fajar.

"Gua gak bawa celana jar. Pinjem celana lu" -Senja.

"Lu gila? Masa gua mo pake rok? Susah kali ngegoes nya" -Fajar.

"Tuhkan. Dahlah besok aja" -Senja.

"Nja jangan gitu dong nja. Lagian rok lu gak pendek banget" -Fajar.

"Tapi kan sama aja" -Senja.

Fajar pun dengan malas mengambil hoodie hitam nya. Lalu memberi nya pada Senja.

"Iker di pinggang lu. Tapi kebalik, biar gak banyak yang liat" -Fajar.

Senja pun menerima nya. Lalu mengikat nya. Dan ia pun naik ke sepeda gunung Fajar. Duduk di depan Fajar.

"Jangan lama-lama ya. Pas udah ada pengajian, anterin gua pulang" -Senja.

"Iye es bakpao" -Fajar.

"Napa lu manggil gua es bakpao?" -Senja.

"Pipi lu mirip bakpao, sama tembem nya" -Fajar.

"Lu juga dingin kek es balok. Makannya gua manggil lu es bakpao" -Fajar.

"Sialan"

Mereka mulai jauh dari area sekolah. Ketika Fajar sudah menggoes sepedanya.

Fajar Berakhir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang