Chapter 34: Tanpa kau tahu

773 134 19
                                    


"Hati-hati, kadang beberapa ekspetasi memang lebih gemar menyakiti." 

###


ASAP rokok Inosuke mengepul di udara.

Pemuda itu meniupnya keluar dari mulut, dan angin membawanya untuk menampar hidung dua teman di sebelahnya. Tapi tidak semuanya merespon. Yang satu hanya diam, yang satu lagi terbatuk oleh asap itu.

Tiga pemuda itu memang sedang nongkrong di salah satu toko jus yang ada di depan sekolah.

"Uhuk uhuk uhuk, huwek," Zenitsu langsung memalingkan wajahnya.

Inosuke pun menoleh dengan satu alis terangkat. "Lo batuk apa hamil? Positif sama siapa lo?"

"Hus! Mulutnya," desis pemuda bersurai kuning itu. "Gue laporin Hannah kalo lo nyebat lagi, nangis lo sampe lebaran."

Inosuke berdecak sebal. Pemuda itu langsung mematikan rokoknya di dalam asbak. "Mainnya ngadu lo, nggak asik." ujar pemuda itu dengan seribu kebucinannya.

"Bucin lo, bucin!" ledek Zenitsu memanasi.

"Bacot! Urusin sana Nezuko. Minta restu dulu sama abangnya, di sebelah lo." balas Inosuke tak mau kalah.

Dua pemuda itu pun menatap Tanjirou yang sedari tadi tak menyahut. Tanjirou memang akhir-akhir ini jadi begitu pendiam, sorot matanya selalu kosong. Padahal biasanya Tanjirou selalu terlihat lebih hidup usai olimpiade. 

Apa mungkin ini karena kekalahan pertamanya?

Nyatanya tidak. Beberapa menit lalu, Tanjirou baru saja menyaksikan mobil yang familiar baginya keluar dari gerbang sekolah. Ia sering melihatnya beberapa kali saat di olimpiade.

Mobil milik El.

Tanjirou bahkan hapal platnya.

Untuk apa El ke sekolahnya? Tentu untuk menjemput Kanao, apa lagi? Pedih kembali merundung hati Tanjirou. Rupanya keduanya masih bersama hingga detik ini.

Lalu apa yang bisa Tanjirou lakukan? Pemuda itu hanya mengharapkan kebahagiaan Kanao, meski itu bukan darinya. Meski bahagianya bukan bersama. Meski ini bukan skenario bahagia yang Tanjirou inginkan.

"Kenapa lu, Tan? Uang saku lo dipotong?" tanya Inosuke. 

Tanjirou tak menyahut. 

Ia masih terus memikirkan Kanao. Tanjirou akui, memilih Kanao untuk mengikuti olimpiade itu adalah keputusan paling egois. Tanjirou akui, keputusannya adalah memalsukan data olimpiade itu keputusan paling egois.

Tapi bagaimana? Tanjiorou hanya ingin dekat dengan Kanao.

Ini pertama kalinya Tanjirou jatuh cinta pada seseorang, karena itu ia tidak pernah tahu sikap apa yang harus ia lakukan. Ini pun pertama kalinya hatinya dihantam sesuatu yang tak terlihat, namun rasanya begitu pedih.

"Kebelet berak, Tan?" sahut Zenitsu menebak.

Tanjirou masih tak menyahut. Pemuda itu hanya merasakan matanya mulai menghangat, sebelum setetes air jatuh dari ujung matanya.

Anak Olimpiade |  Tanjikana✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang