"Malam ini, di bawah langit yang sama, perasaan kita pun sama."
###
TANJIROU sejak awal sudah curiga.
Ia sudah takut bahwa kejadian di toilet perempuan akan terulang, karena itu, Tanjirou sudah kembali dengan kunci cadangan dari resepsionis.
Tapi karena tak punya bukti cukup untuk mendekat, Tanjirou hanya bisa menunggu dari kejauhan. Dan pemuda itu justru dikejutkan dengan suara hantaman keras.
Ia terdiam sejenak. Kalau di logika, suatu benda tumpul tengah menghantam pintu kamar 820.
"Kanao?" Tanjirou bergumam dengan dahi berkerut. Pada akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekat. Beberapa kali juga ia mendengar pekikan dari dalam sana, namun baru kali ini ia berani mendekat.
Tok tok tok
"Kanao!?"
Hening sejenak.
Tak ada sahutan selama beberapa detik. Tanjirou tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana.
"Tanjirou? TANJIROU!"
Pemuda itu tersentak begitu mendengar sahutan dari sana. Ia hapal betul suara siapa itu.
"TANJIROU, TOLONG! KANAO KEKUNCI DI DALEM!"
Sahutan itu membuat semua tersentak. Baik Tanjirou yang ada di luar, juga Misa dan dua temannya yang ada di dalam.
Plak
Sebuah tamparan dari Misa kembali menderat di pipi Kanao. Diam-diam, gadis itu panik karena ucapan Kanao. Ia tahu Kanao sengaja berseru sekeras itu agar suaranya bisa menembus pintu dan fertilisasi ruangan ini.
"Bisa diem nggak sih, lo!? Berisik banget, dasar!" bentak Misa.
"TANJI—"
"DIEM LO!" Misa langsung membekap mulut Kanao. Gadis itu kian panik begitu mendengar suara pintu yang akan terbuka. Gadis itu menatap kedua temannya. "Kunci dari resepsionis udah kalian amanin? Siapa yang bawa?"
Kedua gadis itu saling menatap, mengecek saku masing-masing sebelum kembali menatap Misa dengan keringat dingin.
"Kita kira yang bawa elu, Sa."
"BEGO APA DONGO, SIH!?" Misa memekik kesal. "CEPET KUNCI GANDA PINTUNYA! MALAH DIEM AJA!"
Salah satu gadis itu tersentak. Ia segera mendekat ke pintu, saat akan mengaitkan kunci ganda, ia justru kesulitan.
"N-nggak bisa, Misa. K-kuncinya mace—"
BRAK!
Semua terkejut begitu pintu di buka dengan begitu kasar. Dan orang yang paling cepat bergerak dalam hitungan detik adalah Tanjirou. Pemuda itu segera mendorong Misa dan menghampiri Kanao yang tersungkur di lantai.
"Astaga, Kanao! Dahi kamu berdarah!"
Kanao tak menyahut. Ia hanya mengerjap beberapa kali, memastikan kehadiran Tanjirou yang di hadapannya ini bukan halusinasi. Kanao takut karena kepalanya terbentur, ia jadi tidak bisa membedakan yang nyata dan fatamorgana.
"Ayo, kita keluar dari sini." ujar Tanjirou sembari membantu Kanao untuk bangkit.
"Lo kira semudah itu buat bawa si Tikus Got keluar dari sini!?" Misa menyahut dengan wajah yang memerah marah. "Bilangin ke cewek kampungan itu, jauhin El kalo dia masih mau ikut olim ini! Baru pertama kali ikutan aja udah belagu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Olimpiade | Tanjikana✔️
Fiksi Penggemar[SERIES UTAMA OLIMPIADERS SERIES] Nama Kanao Tsuyuri tiba-tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional! Awalnya Kanao mensyukuri hal itu karena Tanjirou Kamado, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kin...