"Aku tidak pernah terlalu paham tetang definisi cinta. Yang kutahu hanya sejak ada kamu, aku tidak tertarik dengan hati lain."
###
DENGAN wajah yang memerah dan rasa malu yang menggebu, Kanao reflek melepas dekapannya sembari mengambil beberapa langkah mundur.
"S-so-sorry!" ujarnya.
"Ng-nggak apa, sans." Tanjirou menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.
"Keknya Tanjirou yang nggak sans." Robin tersenyum tipis melihat keduanya. Sejurus kemudian, ia segera menatap pada Levy. "Kita tinggal gimana, Vy? Biar mereka ngomong dulu."
"Iya deh. Tapi jangan lama-lama, ya. Kanao masih sakit, masih harus istirahat." jawab Levy.
"Ah, nggak usah. Aku ke sini cuma mau ngecek, kok. Takutnya ganggu." sanggah Tanjirou.
"Ya udah atuh kalo gitu, di dalem aja."
Saran dari Levy langsung dibalas anggukan setuju oleh Robin. Jadi keempatnya pun segera masuk ketimbang harus berdiri di pintu.
Dengan saran dari Levy pula, Kanao akhirnya berbaring di tempat tidurnya dengan dikelilingi oleh Tanjirou, Levy, dan Robin.
"Sorry lama, Ini ada obat buat kamu. Tadi aku nyari dulu." ujar Tanjirou sembari menyerahkan sekantung plastik putih berisi obat-obatan.
"Tau ga, tadi pas aku bilang kamu sakit, Tanjirou tuh khawatir banget." Robin mulai membuka pembicaraan sembari menatap Kanao. "Dia tadi sampe ngajak kita beli obat dulu buat kamu masa."
"Y-ya kan itu tugas gue sebagai leader tim." sanggah pemuda bersurai merah itu.
"Ngakunya sih tugas, tapi kan nggak tau kalo nanti abis olimpiade malah tuker-tukeran nomor," sahut Levy yang membuat Robin terkekeh setuju. Sedangkan Kanao dan Tanjirou hanya bisa menutup mulut rapat-rapat dengan wajah yang benar-benar memerah.
"Udah ah, anjir. Gue mau cuci muka dulu. Ikut ga?" Robin beranjak dari ranjang Kanao sembari menatap Levy dengan satu alis yang terangkat.
"Iya deh," gadis mungil itu ikut bangkit dan membuntuti Robin ke kamar mandi.
Kini terisa keheningan antara Kanao dan Tanjirou. Pemuda itu jadi gugup karena sorakan teman-temannya sedari pagi tadi. Sedangkan Kanao sendiri masih malu karena kelakuannya di pintu tadi yang benar-benar menjatuhkan harga dirinya.
Namun Tanjirou adalah pemuda yang cukup gentle. Ia tidak akan membiarkan keheningan ini berjalan lama. Jadi pemuda itu pun berdeham, "Kamu sakit apa?"
"Demam doang kok," jawab Kanao lembut.
"Yakin demam? Tadi Kak Robin bilang paginya kamu sempet mual." Tanjirou mengarahkan punggung telapak tangannya di kening Kanao sejenak. "Panas,"
"Iya," jawab Kanao lemah. Kini pipinya kian memanas oleh jarak yang kian menipis antaranya dan Tanjirou. "Tadi kakak aku nelpon."
"Oh ya?" Tanjirou menaikkan kedua alisnya. "Kak Shinobu bilang apa aja?"
Kanao menarik sebuah senyum tipis. "Nggak banyak, tapi cukup nenangin. Intinya dia bilang, kalau dia khawatir. Nggak ada yang ngasih tau, dia bilang sih firasat."
Kedua sudut bibir Tanjirou ikut terangkat. Kini tangannya berada di pucuk kepala Kanao dan mengelusnya perlahan. "Aku ikut seneng dengernya, Kanao."
Senyuman Kanao perlahan memudar. Kini gadis itu meraih tangan Tanjirou yang berada di atas kepalanya dan mengenggamnya dengan kedua tangannya. Genggaman Kanao begitu lemah, suhu tubuhnya yang memanas tak membuat Tanjirou menolak sentuhan itu.
"Teh Shinobu... sayang sama aku, kan?" tanya Kanao lirih sembari menatap Tanjirou.
Tanjirou mengangguk dengan senyum yang masih tersisa di bibirnya. "Semua sayang Kanao," ujarnya lembut. "Tanjirou juga."
Kanao terdiam cukup lama. Hatinya menghangat dengan ucapan Tanjirou, juga dengan genggaman yang berada di tangannya.
"Tanjirou sayang sama Kanao?" tanya gadis itu.
"Iya."
"Sayang yang seperti apa?"
"Sayang yang besar banget. Nggak bisa di hitung dengan rumus apapun. Nggak ada juga di materi kalkulus."
"Terus gimana nyari tahunya?"
"Nanti, kalo aku udah paham. Aku ajarin kamu." ujar Tanjirou yang diakhiri dengan sebuah senyuman. Pemuda itu pun bangkit dan menarik selimut Kanao hingga menutupi dada gadis itu. "Sekarang Kanao istirahat, nanti obatnya diminum. Cepet sembuh, semua orang kangen sama kamu."
Kanao tersenyum tipis sembari mengangguk. "Tanjirou juga?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Olimpiade | Tanjikana✔️
Fanfiction[SERIES UTAMA OLIMPIADERS SERIES] Nama Kanao Tsuyuri tiba-tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional! Awalnya Kanao mensyukuri hal itu karena Tanjirou Kamado, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kin...