Chapter 17: Debaran lama untuk rasa baru

911 170 14
                                    


"Aku ada disini untuk membuatmu tersenyum, membuatmu kuat. Jadi tolong, jangan pernah lari lagi."

###


INI hari yang menyebalkan bagi Shinobu.

Bagaimana tidak, diantara 30 orang siswa di kelasnya, hanya ia yang remed ulangan harian pada mata pelajaran fisika. 

Shinobu semakin menyesal memilih jurusan MIPA. Kini ia benar-benar sadar bahwa jiwanya berada di jurusan IPS. Otaknya sendiri begitu lancar saat membahas soal ekonomi dan sosiologi milik Sanemi.

Sial, sial, sial.

Shinobu terus mengumpati soal yang ada dihadapannya. Seharusnya, ia sudah pulang sedari tadi. Namun gara-gara remed sialan ini, Shinobu masih harus mendekam di perpustakaan untuk mengerjakan soal itu.

Brak

Shinobu tersentak kecil dan reflek menoleh pada setumpuk kertas yang tiba-tiba saja diletakkan secara kasar di sampingnya. 

Shinobu mendongak.

"Daftar siswa yang ikut eliminasi perserta OSN," jawab Giyuu dengan tatapan datarnya seperti biasa tepat sebelum Shinobu bertanya. "Liat baik-baik."

Shinobu pun meraih kertas itu dan membacanya dengan teliti. Gadis itu kini mengesampingkan soal menyebalkan yang ada dihdapannya. 

Beberapa detik menatap daftar yang diberikan Giyuu itu, Shinobu mengerutkan dahinya. "Ini..."

"Iya, kayak yang lo liat." potong Giyuu. "Kanao Tsuyuri nggak terdaftar. Artinya, adek lo itu emang nggak pernah ikut seleksi."

Seketika bulu kuduk Shinobu berdiri. Ada rasa terkejut, amarah, sedih, dan khawatir yang bergabung menjadi satu saat itu juga. Jantungnya berdebar hebat, kondisi Kanao kini jadi satu yang amat dipikirkan Shinobu.

"T-terus.... terus gimana, Yu!? K-kok adek gue bisa ikut?!" tanya gadsi itu dengan mulut bergetar hebat. 

Giyuu menghela nafasnya panjang. 

"Masalahnya itu, Shinobu. Karena lo tau sendiri, sekolah kita punya sistem seleksi. Sekali pun nilai rapot dan nilai hariannya tinggi dan stabil, harus tetap ada seleksi untuk ikut olimpiade. Sekolah nggak bakal sembarangan ngebiarin siswanya ikut."

Tubuh Shinobu kian gemetar. Gadis itu menatap benar-benar daftar keramat itu.

Kini nyata sudah kecurigaannya. Shinobu sudah sadar ada yang aneh sejak mendengar masa karantina yang amat janggal itu. Shinobu tahu, Shinobu paham, dan kini ia berusaha keras untuk menahan air matanya di ekor mata.

Giyuu meraih pundak Shinobu yang bergetar hebat, lalu mengelusnya perlahan. 

"Shinobu..."

Air mata Shinobu akhirnya jatuh. 

Gadis itu berusaha sekeras mungkin untuk tidak terisak. Namun ia tidak bisa menahan rasa hampa, khawatir, dan bersalahnya. 

Shinobu tahu jelas, ia bukan kakak yang baik. 

"Gue tau lo khawatir, Shinobu. Nggak apa-apa. Kita cari jalannya pelan-pelan, ya...?" ujar Giyuu lembut. Pedih hatinya saat melihat Shinobu berlinang air mata.

"Giyuu...." 

"Iya, gue disini. Gue nggak pergi." 

Shinobu merasakan hatinya mulai menghangat. Namun tidak, tetap tidak. Ia sudah bertekad untuk tidak akan goyah lagi. Baginya, semua yang berakhir tak perlu dilanjutkan kembali. 

Di saat yang sama, Giyuu mengambil sebuah kursi dan duduk di sebelah Shinobu. Pemuda itu pun meraih pundak Shinobu dan membiarkannya masuk ke dalam dekapannya.

Giyuu tak berharap lebih. Ia hanya ingin Shinobu menjadi gadis tegar, seperti biasanya.

"Kita cari jalannya sama-sama, Shinobu."


— ANAK OLIMPIADE —


Ruang belajar 352 begitu hening. Soal IPHO tahun 2016 dihadapan para siswa membuat mereka lebih berkutat dengan lembaran kertas itu ketimbang dengan sesama peserta tim.

Namun, yang membuat Tanjirou tidak tenang adalah Kanao.

Ralat, mungkin dirinya sendiri.

Sejak reflek mencium kening Kanao pada malam itu, Tanjirou jadi kacau sendiri. Untung saja saat itu Kanao tidak sadarkan diri. 

Kalau saja Kanao tahu soal itu, Tanjirou bisa tambah canggung dibuatnya. Beberapa kali siku Tanjirou bersenggolan dengan Kanao, terkadang juga kulit mereka bersentuhan selama mengerjakan soal.

Dan sialnya, hal itu sudah membuat Tanjirou berdebar hebat.

Tanjirou benar-benar tidak paham lagi dengan dirinya sendiri. Pemuda itu seolah sedang di mabuk cinta.

Eh, jadi Tanjirou menyukai kanao? 

"Kenapa, Tanjirou?"

Tanjirou tersentak kecil. Dengan wajah memerah hebat, Tanjirou reflek memalingkan wajahnya yang sedari tadi mencuri pandang dari Kanao. 

"Tanjirou...?"

Tanjirou menggeleng cepat. Tidak, jangankan bicara, menatap setiap garis wajah Kanao saja sudah membuat jantung Tanjirou berdebar hebat.

Kanao pun menghela nafasnya lemah. Padahal Kanao merasa begitu bersemangat menunggu Tanjirou mengatakan sesuatu padanya. 

Kanao tidak tahu, bahwa Tanjirou sedang mengalami apa yang Kanao alami saat pertama mengangumi indahnya senyuman Tanjirou, dulu. 

Di titik ini, Kanao sedang menanti Tanjirou mengungkapkan sesuatu. Dan di titik yang sama pula, Tanjirou sedang mengumpulkan keberaniannya.

Ah, ini pelik.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/n:

6 vote kita lanjut ya:) hwhwhw

Anak Olimpiade |  Tanjikana✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang