Chapter 5: Tentang lembaran lain

1.3K 188 33
                                    


"Perasaan ini sudah terlalu dalam, jadi kuputuskan untuk cukup memendam."

###


"Tomioka,"

Seorang pemuda dengan surai biru gelap itu menoleh sejenak ke arah suara sebelum akhirnya kembali menatap buku bacaannya sembari menghela nafas.

Baiklah, jadi begini. 

Seorang Shinibu Kocho tidak akan memanggil Giyuu Tomioka dengan benar bila sedang tidak ada butuhnya. Seksi olahraga kelas XII IPA-8 itu akan memanggilnya 'culun', 'tapioka', atau olokan lain bila saja keperluannya tidak terlalu penting.

Padahal Giyuu sedang tidak ingin di ganggu. Bagi pemuda itu, ruang baca perpustakaan tidak dimasuki oleh gadis hama semacam Shinobu. 

"Apa?" ucap Giyuu berat hati usai membalik satu halaman.

"Kita harus ngomong."

Giyuu menatap Shinobu sejenak dengan menaikkan satu alisnya. "Oh, gitu? Silahkan aja. Tinggal ngomong."

Shinobu berdecak pelan. Yang benar saja. Gadis itu ogah banget harus duduk bersila dihadapan Giyuu seperti apa yang pemuda itu lakukan kini. Giyuu memang punya kebiasaan untuk duduk lesehan ketimbang membaca di atas meja, berbeda dari siswa lain memang.

Karena itu lah, Shinobu menarik tangan Giyuu begitu kuat sehingga membuat pemuda itu berdiri dengan buku di pahanya yang terjatuh begitu saja. Shinobu pun menempelkan kedua tangannya di rak dan mengunci pergerakan Giyuu.

"Olimpiade Siswa Nasional." Shinobu menekankan setiap kalimatnya sembari menatap Giyuu begitu tajam. "Gue tau itu jatah lo. Jatah lo setiap tahunnya. Bukan punya adek gue."

Giyuu yang sempat terkejut hanya menatap Shinobu begitu datar. Pemuda itu memang kurang ekspresif. Pemuda itu justru sedang menahan diri untuk tidak terfokus pada bibir kecil Shinobu yang terlihat menggemaskan itu.

"Kenapa?" tanya Shinobu membuyarkan lamunan Giyuu.

"Kenapa? Lo tanya, kenapa?" 

Giyuu melepaskan tangan Shinobu lalu berdiri tegak di hadapan gadis itu sehingga membuat ia kian menunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giyuu melepaskan tangan Shinobu lalu berdiri tegak di hadapan gadis itu sehingga membuat ia kian menunduk. "Gue cuma ngasih dia kesempatan karena gue tau dia pekerja keras, dan dia pantas dapetin posisi gue."

"Racun juga ya mulut lo. Lo pasti cari muka biar keliatan jadi senior yang baik di depan gur—"

"Nggak usah ngarang. Gini-gini gue juga mikirin ujian gue kedepannya, kita ini udah kelas 3. Lagian gue juga yakin Kanao cukup genius untuk ada disana."

Tatapan tajam Shinobu belum juga melunak, bahkan usai ia mendapat kejujuran dalam tatapan Giyuu. Gadis itu yakin, masih ada sesuatu yang disembunyikan oleh Giyuu. Dan Shinobu menunggu pengakuan itu.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Giyuu.

"Nggak usah pura-pura. Gue tau lo masih nyembunyiin sesuatu. Sengaja kan, mau jauhin adek gue dari gue?" 

"Hah?" Giyuu mengerutkan dahinya. "Gila aja kali. Bukan urusan gue juga."

"Terus kenapa? Kenapa bisa sampe 30 hari? Normalnya kan karantina cuma 2 minggu!"

Giyuu tersentak kecil, dahinya pun kian mengeras. "Serius lo?"

Kini giliran Shinobu yang tersentak kini. Usai menuduh Giyuu, kini Shinobu mendapati fakta bahwa Giyuu sendiri yang ayahnya dosen dan kebetulan menjadi pengajar salah satu tim untuk OSN kini justru tidak tahu soal masa karantina yang berlebih ini.

"Salah denger kali ah, tanya lagi sama adek lo sono." Giyuu membalikkan tubuhnya dan kembali mengambil buku bacaannya. Pemuda itu pun melangkah meninggalkan perpustakaan dengan buku yang akhirnya terpinjam. 

Selama perjalanan menuju kelas, Giyuu menggigit bibirnya. Sulit untuk tidak terlalu memikirkan soal masa karantina yang berlebih ini. Bukan hanya karena ayahnya, tapi juga karena Kanao Tsuyuri yang tergabung didalamnya.

Dibalik sifat dinginnya, Giyuu khawatir.

Giyuu khawatir, diam-diam. Dan Shinobu tidak tahu itu.

Sebab segala yang ingin dijaga Shinobu, ingin dijaga Giyuu juga. Apa yang dikhawatirkan Shinobu, Giyuu juga khawatir. Dan Shinobu tidak pernah tahu soal itu.


— ANAK OLIMPIADE


"Hai, Kanao! Mau ke resto bareng?"

Kanao tersentak kecil. Tepat baru saja saat ia hendak menutup pintu hotelnya dan segera berbegas ke resto untuk sarapan pagi, ia sudah disapa oleh seorang pemuda yang berkamar di koridor lain.

"Iya, kalo El nggak keberatan." ujar Kanao sembari tersenyum tipis.

Ya, hanya senyuman tipis. Tapi Kanao tidak tahu bahwa senyuman itu adalah senyuman termanis yang pernah El saksikan setelah sekian lamanya. Ah, gemas.

"Yuk," ujar El sebelum keduanya memulai langkah menyusuri koridor menuju ke lift. 

Sulit bagi El untuk tidak melirik Kanao diam-diam. Gadis itu tenang, tidak pernah berlebihan, dan... manis. Ah, diam-diam ia iri pada Tanjirou yang satu sekolah dan satu jurusan dengan Kanao. Pasti kelas mereka masih satu koridor, bisa bertemu setiap kali mau.

"Kamu... udah punya pacar?" tanya El.

"Eung?" Kanao menatap El. "Belum. Kenapa emang?"

"O-oh, kenapa?"

Kanao tak langsung menjawab. Gadis itu hanya tersenyum tipis sebelum kembali meluruskan pandangannya. Tidak mungkin ia dengan jujurnya menjawab, 'menunggu seseorang yang belum menyadari kehadirannya' karena tentu akan jadi rumit.

"Belum minat aja," jawab Kanao.

"Kalo sama aku, minat nggak?"

"Ha?" Kanao kembali menoleh.

Sial, keceplosan! El segera mengalihkan pandangannya. Pemuda itu kini tak cukup berani untuk menatap kedua iris Kanao. "B-bercanda, hehe. Yuk, buruan ke lift. Jangan sampe telat."

"Iya deh,"



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak Olimpiade |  Tanjikana✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang