Malam hari aku terbangun karena mendengar suara aneh. Aku beranjak dari tempat tidurku dan mengikuti suara itu. Ternyata itu adalah suara suamiku yang sedang menjatuhkan pedangnya. Ia berpakaian lengkap dengan zirahnya. Aku sangat terkejut.
"Kau akan pergi menyusulnya?"
"Ya, aku akan menyelesaikan masalah ini, kembalilah tidur."
"Bagaimana dengan anak-anakmu. Siapa yang akan merawat dan melindunginya."
"Tenanglah anak kita akan tumbuh dengan baik dan sehat."
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"
"Jangan khawatir, aku pasti akan pulang dengan selamat"
Aku sangat marah kepada suamiku dan juga sangat kuatir padanya, wajahku memerah dan air mata mulai membasahi pipinya. Ia mendekat dan mengusap wajahku serta mendekapku di pelukannya.
"Jangan khawatir ini juga demi kebaikan kita, aku tidak akan bisa hidup dengan tenang membiarkan dia masih hidup."
Ia pun segera membawa peralatannya dan pergi keluar, di luar sudah ada kuda yang sudah ia siapkan dengan pelana. Ia menaiki kudanya dan memacunya kudanya dengan cepat tanpa suara yang keras.
Aku menangisi kepergiannya, tetapi tetap berusaha untuk tidak bersuara agar aku tidak membangunkan anakku. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan pada anakku. Akupun mulai berjalan kedalam menuju dapur, aku memasak makanan untuk sarapan anakku dan aku. Aku mengerjakan pekerjaan sehari-hari lebih awal, pada saat akan merapikan kamarku, dimeja terdapat sebuah kantong. Di bawah kantong itu terdapat sebuah surat yang mana ditulis suamiku bahwa ia akan pergi.
Aku membangunkan anakku ketika kusadar ayam sudah berkokok. Aku menyuruhnya sarapan. Ketika anakku bertanya kemana ayahnya, aku berkata bahwa ayahnya sedang pergi bertugas dan melindungi orang-orang.
Setiap pagi aku menyelesaikan pekerjaan rumah lebih awal, lalu aku memberi makan para anjing peliharaan dan hewan ternak. Aku sendiri yang merawat dan menyembelih sapi ternak, lalu aku membawa daging-daging itu kepasar dengan kereta kudaku. Disana aku menjual daging-daging itu dan membeli kebutuhan hidupku selama sebualan. Ketika Perempuanku sudah cukup besar, aku menyekolahkan dia.
Hari-hari tanpa lelah itu kujalani selama bertahun-tahun dan suamiku masih tidak kunjung pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanah Jahanam
FantasyKisah fiksi tentang perjuangan hidup di tanah Jahanam. Dimana semua makhluk saling berperang dan saling membunuh satu sama lain.