Malam hari yang cukup ramai di jalanan kota Silver Stone, karena kota tersebut merupakan salah satu kota pedagang yang cukup sibuk. Kai, Jong-in, dan Tao sedang menikmati makan malam mereka. Jong-in cukup pandai dalam memanggang daging. Mereka pun berdoa dan segera makan.
"Hei, aku harap kalian sudah tahu soal kabar tentang bahaya di kota Silver Stone." Kata Jong-in ditengah-tengah makan malam.
"Kabar apa?" Tanya Kai.
"Kabar mengenai penyembah sesat di Kota Silver Stone." Jawab Jong-in.
"Kami sudah mendengarnya dari teman kami, dan kami juga melihat orang aneh yang terus memperhatikan kami." Kata Kai.
"Benarkah? Itu sangat berbahaya. Untung kalian baik-baik saja."
"Kalian tidak boleh pergi keluar sendirian. Kalian harus bersama dengan teman-teman dan aku ingin kalian bermain dimana ada Prajurit Blistar yang sedang berjaga." Kata Jong-in.
"Tentu saja." Jawab Kai sambil melanjutkan makannya.
"Dan aku ingin kalian membawa belati kalian." Tambah Jong-in.
"Benarkah?" Tanya Kai agak girang.
"Tentu, tapi hanya untuk perlindungan diri dan jangan kalian pamerkan kepada teman kalian atau kalian gunakan untuk bermain-main." Kata Jong-in.
"Tentu saja kami bukan anak kecil." Jawab Kai.
"Oh ya, Tao," Tao segera menoleh setelah mendengar namanya dipanggil oleh Jong-in.
"Kenapa tadi pagi kau terlihat terkejut saat bertemu dengan Wilson? Apakah kalian pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Jong-in.
"Ehm..tidak, hanya saja dia agak aneh." Jawab Tao ragu.
"Kalau kau tahu sesuatu mengenai dia katakan saja, kau tidak perlu takut." Kata ayah Kai.
"Yah, bolehkah kami bergabung menjadi tentara Kerajaan Blistar?" Tanya Kai pada ayahnya.
"Tentu saja, ayah sangat bangga pada kalian. Apakah itu cita-cita kalian?" Tanya ayah Kai.
"Tentu saja, kami tidak sabar menjadi prajurit di Kerajaan Blistar." Jawab Kai.
"Aku senang kalian semua akan menjadi tentara." Puji ayah Kai. Kai tampak senang dengan ayahnya yang mengijinkannya menjadi tentara. Tetapi, Tao tampak tidak memperhatikan obrolan mereka berdua. Ia tampak sibuk dengan makanannya sambil memikirkan urusannya sendiri. Ia memikirkan "apakah benar orang yang dimaksud Kayla adalah Wilson?" Kalau benar, berarti ia harus menghabisi saudara Harper. Tetapi, ia membutuhkan seseorang untuk meyakinkannya bahwa Wilson adalah orang jahat.
Pada malam hari, Tao berbaring di ranjangnya untuk tidur. Diseberang ranjangnya, ada ranjang milik Kai. Tao pun menatap Kai yang belum tidur.
"Kai?" Panggil Tao.
"Ada apa?"
"Aku harus memberitahumu sesuatu."
"Ada apa?"
"Setelah meninggalkan desa Oldwood, ada seorang perempuan yang selalu mengikutiku."
"Siapa?"
"Kayla."
"Siapa itu Kayla?"
"Salah satu korban pembantaian di Desa Oldwood."
"Maksudmu kau bisa melihat hantu?" Tanya Kai ketakutan.
"Iya, ia terus mengikutiku, tapi kau tidak perlu takut, ia baik dan tidak mengganggu." Jawab Tao.
"Jadi apa hubungan para Suku Monyet Kegelapan yang membunuhnya dengan Wilson?" Tanya Kai bingung.
"Bukan Suku Monyet Kegelapan yang membunuhnya dan keluarganya, tapi Wilson." Jawab Tao yang membuat Kai kaget.
"Tapi kenapa Wilson membunuhnya?"
"Karena Wilson memperkosa Kayla dan ibunya." Jawab Tao.
"Apa? Wilson benar-benar iblis! Bagaimana kau bisa tahu semua ini?"
"Kayla yang menceritakannya kepadaku." Jawab Tao.
"Kita harus memberitahu ayah soal ini."
"Tidak jangan, kita harus memastikan apakah benar Wilson yang membunuhnya. Lagipula, dia adalah saudara Harper, kita tidak boleh membuat Harper marah."
"Kau benar, aku juga takut jika Harper tidak dapat menerimanya dan menjadi musuh kita." Balas Kai.
"Kita harus mencari tahu, tetapi aku tidak tahu caranya." Kata Tao.
"Jangan khawatir, aku punya cara, kita akan menyindir Kayla secara halus didepan mereka semua, lalu kita lihat bagaimana reaksi Wilson." Kata Kai.
"Hmm, sepertinya itu rencana yang bagus, aku harap itu berhasil." Balas Tao.
"Hei, ngomong-ngomong bagaimana kau bisa melihatnya?" Tanya Kai.
"Melihat apa?"
"Kayla, bagaimana rupanya?"
"Entahlah, aku belum melihatnya dari pagi ini. Ia perempuan muda berusia 20 tahunan." Jawab Tao.
"Aku masih membayangkan betapa kejamnya Wilson membunuh dan memperkosa perempuan tersebut." Kata Kai.
"Ya, aku juga ngeri memikirkannya." Balas Tao.
"Hei, ingat sekelompok perempuan yang kita lihat di jalan siang tadi?" Tanya Kai mengalihkan perhatian.
"Iya, kenapa?"
"Bagimu apakah mereka cantik?"
"Ya, aku tidak begitu memperhatikan mereka."
"Bagimu siapa yang paling cantik?" Tanya Kai.
"Entahlah aku tidak begitu memperhatikan mereka, tetapi kulihat perempuan kecil yang berambut hitam panjang adalah yang paling menonjolkan visualnya bagiku," jawab Tao.
"Kalau kau bagaimana menurutmu?" Tanya Tao balik.
"Hmm, mereka memang cantik-cantik. Bagiku perempuan kecil berambut hitam panjang dengan poni rata." Jawab Kai.
"Sayang, aku tidak terlalu memperhatikan mereka." Balas Tao.
"Jangan khawatir, besok kita bisa melihat mereka lagi. Aku yakin mereka bermain ditempat yang tadi." Jawab Kai.
"Tetapi bagaimana kita berkenalan dengan mereka? Bukankah itu sulit?" Tanya Tao.
"Jangan khawatir, aku juga punya beberapa cara untuk mendekati perempuan." Jawab Kai.
"Wah, kau benar-benar multitalenta." Ledek Tao. Mereka berdua pun tertawa bersama. Kai senang melihat Tao tertawa, ia jarang melihat Tao tertawa setelah kehilangan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanah Jahanam
FantasyKisah fiksi tentang perjuangan hidup di tanah Jahanam. Dimana semua makhluk saling berperang dan saling membunuh satu sama lain.