Mereka semua terkejut melihat makhluk besar tersebut. Makhluk tersebut berbadan besar dan berkulit abu-abu. Makhluk itu adalah troll abu-abu. Jumlah mereka lebih dari lusinan.
Jenderal Cao Pi segera memerintahkan pasukannya menembakkan mesin katapel dan meriamnya. Troll yang terkena serangan tersebut tidak tumbang dan masih terus berjalan menuju jembatan. Jenderal menyuruh mengisi semua senjata kembali, dan menyuruh para pemanah menembakkan panah berapinya. Panah berapi yang banyak tersebut menusuk kulit para troll tersebut.
Ribuan anak panah yang menyerang para troll tersebut belum bisa membuat mereka tumbang, hanya membuat mereka menjerit kesakitan. Setelah semua senjata selesai di isi, mereka menembakkan meriam dan katapel lagi. Kali ini delapan troll tumbang dari tembakan tersebut. Panah masih terus di Lesatkan dan menundukkan beberapa troll. Tanpa disadari ada dua troll yang sudah mencapai gerbang jembatan. Para pasukan pemanah memanah troll tersebut. Mereka memanah tepat ke bagian kepala troll tersebut. Kedua troll tersebut mati dalam keadaan jatuh bersandar pada gerbang.
Tiba-tiba, beberapa troll mencabut pepohonan dari akarnya dan menjadikannya sebagai senjata. Mereka memukulkan pohon tersebut untuk mendobrak gerbang kayu tersebut. Gerbang kayu tersebut mulai rusak. Kapten Khodirpun memerintahkan untuk menembakkan panah berapi ke arah gerbang kayu. Gerbang kayu tersebut terbakar dengan cepat. Para troll terlihat terhambat dengan keadaan tersebut. Sudah ada tiga puluh lebih troll yang mati. Tapi, mereka masih terus bermunculan.
Tiba-tiba gerbang kayu yang terbakar tersebut kehilangan kekuatannya. Para troll yang terus menyerangnya membuat gerbang kayu tersebut mudah hancur. Para troll tersebut segera menyerbu jembatan dengan membawa masing-masing sebuah pohon yang besar. Pasukan di benteng segera membuka gerbang benteng. Mereka menyiapkan kejutan. Sebuah meriam yang besar. Mereka menembakkan meriam tersebut dan mengenai pohon yang dibawa oleh troll tersebut dan menjatuhkannya ke sungai. Mereka terus memanah dan melemparkan tombak ke arah kepala para troll. Beberapa panah dan tombak dan tampak mengenai mata para troll tersebut dan menjatuhkannya.
Para troll yang berada di atas jembatan sudah berhasil ditumbangkan. Seluruh troll sudah berhenti bermunculan. Membuat para pasukan bersorak sorai merasa menang. Tiba-tiba terdengar suara teriakan para monyet yang membuat perasaan lega mereka semua mulai hilang seketika. Para Suku Monyet Kegelapan bermunculan dari balik hutan. Seluruh pasukan segera menembakkan panah berapi mereka
ke arah hutan dan mengenai para Monyet Kegelapan tersebut. Karena gerbang bagian hutan sudah hancur, para Monyet Kegelapan dapat dengan mudah melewati jembatan.
Jumlah mereka sangat banyak dan membuat para pasukan gemetar. Para pasukan dibenteng, terus menembaki panah berapi dan melempari tombak pada para monyet yang berusaha menyeberangi jembatan. Pasukan monyet tersebut juga membalas dengan melemparkan tombak yang tidak kalah panjang dan tebal. Beberapa pasukan yang berada di atas benteng terkena tombak tersebut dan langsung mati seketika.
Tombak-tombak mereka yang besar berhasil menembus zirah besi mereka. Para monyet tersebut juga menembakkan anak panah yang ukurannya besar juga. Terlihat beberapa prajurit yang berada di atas benteng terkena serangan para monyet tersebut. Tetapi hal tersebut tidak membuat para prajurit berhenti memberikan perlawanan.
Tampak dari dalam hutan para troll dan suku monyet terus bermunculan. Mereka seperti tidak ada habisnya. Para pasukan dari pinggi sungai terus menembakkan anak panah berapi. Mereka juga menembakkan batu-batu besar dengan senjata ketapel raksasa.
Tetapi, semua serangan itu tetap tidak menghentikan para makhluk tersebut untuk berhenti menyerang.
Para Monyet dan beberapa Troll telah mencapai bagian depan benteng dan terus menyerangnya. Para monyet berusaha memanjat tembok benteng, sementara para troll berusaha mendobrak pintu benteng. Terlihat salah satu pasukan menghampiri Kapten Khodir yang sedang sibuk melawan beberapa monyet yang memanjat tembok benteng. Kapten Khodir sangat lihat dalam memainkan pedang.
"Kapten!" Teriak pasukan itu menghampiri Kapten Khodir. Tampak Kapten Khodir segera mengakhiri permainannya dengan salah satu monyet dan segera menoleh ke asal suara tersebut.
"Kapten, Jenderal Cao Pi memerintahkan kita untuk segera menjalankan rencanamu." Kata prajurit tersebut secara cepat.
"Baik," jawab Khodir.
"Yunho, Changmin!" Khodir memanggil mereka berdua. Mereka berdua yang sedang sibuk menembakkan anak panah segera berhenti dan menghampiri Kapten Khodir.
"Cepat kalian ke ruang bawah dan jalankan rencana kita." Perintah Kapten Khodir.
"Siap Kapten!" Jawab mereka berdua dqn segera berlari ke ruang paling bawah di benteng tersebut.
"Semuanya ayo kita mundur cepat!" Teriak Khodir memerintahkan semua orang untuk meninggalkan benteng dan kembali ke desa.
Yunho dan Changmin yang sedang menuju ruangan paling bawah benteng menuruni beberapa anak tangga. Tampak di ruangan tersebut tidak ada orang, hanya ada tumpukan tong kayu. Changmin segera mengambil lentera yang menyala dan melemparkannya ke lantai yang terdapat bubuk mesiu dengan pola yang aneh. Mereka berdua pun segera lari secepat mungkin. Mereka berdesak-desakan dengan pasukan lain yang juga ingin meninggalkan benteng. Karena berdesak-desakan Changmin pun terjatuh, tetapi Yunho segera membantunya berdiri.
Para monyet sudah memanjat ke atas benteng dan meguasainya. Para troll sudah berhasil menghancurkan pintu benteng dan masuk kedalam. Tetapi, para pasukan sudah meninggalkan benteng. Para monyet yang melihat ke bawah nampak melihat dengan jelas para pasukan berdesak-desakkan berlari meninggalkan benteng menuju ke desa. Kurang dari dua menit setelah bubuk mesiu tersebut dibakar oleh api lentera, apinya segera mengikuti pola yang berakhir pada tumpukan tong berisi bahan peledak.
"Boom!!" Ledakkan yang sangat keras dan hebat menghancurkan benteng tersebut. Para monyet dan troll yang berada di benteng tersebut ikut hancur bersama dengan benteng tersebu. Beberapa prajurit didekat benteng yang berusaha meninggalkan benteng tersebut juga terkena ledakan dan menewaskan mereka. Tetapi, untungnya hanya beberapa saja prajurit yang mati karena ledakan tersebut.
Ledakan tersebut sangat hebat, hingga jembatan terputus di tengah-tengahnya dan menyisakan jarak yang sangat besar antara satu sisi dengan sisi yang lain. Para prajurit yang menyaksikan ledakan tersebut sangat takjub sekaligus ngeri. Mereka segera bersorak menandakan kemenangan setelah menyaksikan hancurnya benteng jembatan tersebut. Para troll dan suku monyet segera menghentikan serangan dan berteriak marah kepada para pasukan disis jembatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanah Jahanam
FantasyKisah fiksi tentang perjuangan hidup di tanah Jahanam. Dimana semua makhluk saling berperang dan saling membunuh satu sama lain.