Kita sangat lelah setelah berjalan puluhan kilometer jauhnya. Mau tidak mau kita harus beristirahat ditengah hutan yang angker ini, dibawah pepohonan yang besar. Jong-in dan Harper mulai menyalakan api unggun untuk menghangatkan kita, serta membantu penglihatan kita dimalam hari.
Kita tidur dengan beralaskan kulit macan dan serigala yang kita buru. Para anak-anak, aku, Kai, Baekhyun, Lucas, Kris, Tao, Luhan dan Sehun sudah mulai mengantuk. Sementara para orang dewasa Jong-in, Harper, Jack, dan Danny anak laki-laki Jack yang berusia 19 tahun terlihat menjaga kita selagi kita tertidur. Beberapa dari kita mulai tertelap dan tertidur, melupakan betapa angkernya hutan ini.
"Aku tidak tahu bencana apa yang menimpa desa kita, tetapi aku harap mereka dapat mengatasinya." Kudengar Jack sedang berbicara.
"Suku Monyet Kegelapan, untuk apa mereka jauh-jauh datang kemari? Sudah puluhan tahun kita hidup dengan tenang, bagaimana malapetaka ini bisa terjadi?" Suara Jack makin mengeras dan meninggi.
"Tenanglah, yang penting kita selamat, pasti pertahanan jembatan akan melindungi desa. Aku tahu para makhluk itu tidak bisa berenang." Kudengar Jong-in menenangkan Jack.
"Aku harap begitu, kudengar suku monyet itu benar-benar biadab, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada keluarga kita disana jika mereka berhasil mengalahkan pertahanan jembatan." Harper mulai mengatakan hal yang membuat kita yang mendengarnya khawatir.
"Mereka memang sangat berbahaya, tapi aku yakin para dewa akan melindungi kita." Jong-in mulai menenangkan.
"Dewa hanya akan menyuruh kita bersabar hingga mati." Harper tampak marah dan tidak setuju dengan pernyataan Harper.
Aku mulai khawatir dengan apa yang mereka katakan. Bagaimana jika para monyet itu berhasil menghancurkan desa kita. Bagaimana dengan ayah, ibu dan kakak perempuanku? Apakah mereka semua selamat. Aku merasa gelisah memikirkan hal tersebut, hingga air mata tak terbendung mengalir dari wajahku. Ku menangis dan berusaha tak bersuara agar yang lain tidak mengetahuinya.
Belum pernah kurasakan rasa cemas dan serindu ini terhadap keluargaku. Aku harap mereka baik-baik saja dan para Dewa melindungi mereka. Air mata yang keluar dari mataku membuatku lelah dan memejamkan mata. Aku pun terlelap dalam mimpi.
Pada saat ku membuka mata, aku ada di kasurku. Kulihat sekeliling tembok kamarku, terasa seperti nyata. Kasur yang lembut dan nyaman membuat aku tidak ingin beranjak, tetapi karena penasaran aku bangun dan keluar kamar. Kulihat keluar dan di sana ada ayah, ibu, dan yoora, kakak Perempuanku. Ayahku sedang menulis bukunya yang ia kerjakan setiap hari, karena ia adalah seorang penulis. Yoora kakak perempuanku yang duduk di meja makan, lalu dari arah dapur keluar ibuku yang membawa nampan berisi makanan. Dia pun langsung menata makanan itu dimeja dibantu oleh Yoora.
"Ayo Chanyeol, kenapa diam saja, duduklah, ibu sudah memasakkan mie daging kesukaanmu." Ibuku memanggilku dengan ramah.
Kucium bau yang sangat harum dan lezat dari makanan ibu. Aku pun langsung beranjak ke meja makan dan duduk, diikuti oleh ayahku duduk di sebelahku. Kutatap semua anggota keluargaku, tampak diwajah mereka tersenyum bahagia. Ibuku menyodorkan semangkuk penuh mie daging kepadaku. Baunya semakin menyengat dan aku bersiap memakannya.
Betapa terkejutnya aku, ternyata yang kulihat tadi adalah mimpi. Aku terbangun dan melihat kearah api unggun, di atasnya tampak bergantung daging yang dibakar dengan sedap. Aku yakin mimpiku berasal dari bau itu. Kulihat Danny, dia menatapku dan memanggilku untuk sarapan. Ku bangun dan berjalan kearahnya.
"Ayo, kita sarapan, kau harus makan yang banyak agar kuat melanjutkan perjalanan." Ajaknya dengan ramah.
"Baik. Semalam apakah kalian tidak tidur?" Aku bertanya kepada Danny.
"Kita berjaga secara bergilir." Jawabnya.
"Rasanya sedap sekali, daging apa ini?" Tanyaku kepada Danny.
"Ini daging serigala yang kita makan kemarin, ayahku memasaknya dengan rempah-rempah yang ia bawa dari rumah." Jelas Danny sambil melanjutkan makan.
"Apakah kau ingin segera pulang?" Tanya Danny secara tiba-tiba.
"Tentu saja, aku rindu keluargaku. Apakah kau juga rindu keluargamu dirumah?" Tanyaku balik pada Danny.
"Tentu saja, aku harap mereka baik-baik saja." Jawab Danny.
"Siapa saja keluargamu dirumah?" Tanyaku padanya.
"Ibuku. Kalau kamu, siapa saja?" Tanya Danny balik.
"Ayah, ibuku, dan kakak Perempuanku." Jawabku.
"Chanyeol, jika sesuatu terjadi pada keluargamu, kau tidak perlu takut. Anggap saja aku sebagai saudaramu." Kata Danny yang langsung membuatku terharu.
"Terima kasih Danny." Kataku padanya.
Beberapa saat kemudian, teman-temanku yang lain bangun dan bergabung dengan kita. Setelah makan, kita beristirahat sebentar, membereskan barang-barang.
"Karena ini sudah pagi, kita akan pulang ke jembatan desa. Kita akan melihat apakah desa kita masih aman. Aku yakin para suku Monyet Kegelapan itu sudah pergi. Tadi malam saat aku berjaga kudengar ada suara kawanan monyet menuju ke dalam hutan." Jelas Harper kepada kita semua. Kita pun bangkit dan memulai perjalanan kita yang lumayan agak jauh.
"Chanyeol, apakah kau tidak sabar pulang?" Luhan yang dari tadi berjalan didekatku mengajakku bicara.
"Tentu saja, aku agak cemas dengan apa yang akan terjadi." Kataku terus terang.
"Aku juga, tadi malam aku bermimpi buruk." Kata Luhan.
"Mimpi apa?" Tanyaku.
"Entahlah, sulit kujelaskan. Mimpi yang seram, penuh dengan darah." Aku langsung terkejut mendengar jawaban Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanah Jahanam
FantasiaKisah fiksi tentang perjuangan hidup di tanah Jahanam. Dimana semua makhluk saling berperang dan saling membunuh satu sama lain.