Akhirnya para pasukan Jenderal Cao Pi berhasil sampai di desa tersebut. Seluruh desa tampak kacau, Sepi dan tidak ada orang, seperti desa berhantu. Banyak rumah-rumah yang rusak. Mereka memikirkan betapa mengerikannya kejadian pada saat Para Suku Monyet Kegelapan menyerang desa tersebut.
Mereka pun langsung menuju ke jembatan desa tempat penghubung desa dan hutan. Mereka melihat benteng yang rusak tersebut, dengan pintu yang rusak. Mereka pun melangkah maju dan melihat-lihat kondisi benteng yang hancur tersebut. Suasana kengerian bekas pembantaian di benteng tersebut masih terasa. Semakin kuat aura kengerian yang mereka rasakan saat mereka keluar dari benteng dan menuju ke arah hutan.
"Mengapa mereka menyerang desa ini? Apa yang memancing mereka keluar dari hutan?" Tanya Kapten Khodir pada Jenderal Cao Pi.
"Entahlah, tapi aku punya firasat buruk soal ini." Jawab Jenderal Cao Pi.
"Makhluk-makhluk itu sudah tidak pernah menyentuh desa ini selama belasan tahun. Terakhir kali mereka menyerang pada saat kita memerangi para penyembah sesat tersebut." Kata Kapten Khodir.
"Kurasa akan lebih banyak lagi yang bermunculan." Kata Jenderal Cao Pi.
"Ngomong-ngomong siapa yang bertanggung jawab atas pertahanan benteng ini?" Tanya Kapten Khodir mengalihkan perhatian.
"Kapten Jerus. Sepertinya ia tidak selamat, ia mati sebagai seorang pahlawan." Jawab Jenderal Cao Pi.
Setelah melihat-lihat sebentar, mereka kembali ke sisi jembatan yang mengarah ke desa. Mereka memilih rumah penduduk terdekat untuk dijadikan tempat menunggu dan beristirahat. Beberapa diantara mereka tampak bercakap-cakap.
"Tadi benar-benar agak menegangkan." Kata Yoochun.
"Iya, untung panahmu tepat mengenai penyamun tersebut. Itu benar-benar sangat keren. Seharusnya kau naik pangkat lebih cepat." Kata Yunho yang memuji Yoochun.
"Haha, sudahlah jangan terlalu memujiku nanti jika aku naik pangkat duluan kalian semua akan iri." Kata Yoochun yang membuat mereka semua tertawa riang.
Tanpa disadari, beberapa pasukan tambahan yang berjumlah ribuan mulai datang. Mereka ditemani dengan tukang bangunan dan kereta yang penuh dengan bahan-bahan bangunan. Mereka juga membawa berbagai macam senjata dan katapel raksasa.
Mereka memulainya dengan memperbaiki pertahanan benteng dan jembatan. Mereka membangun dua buah gerbang tambahan di kedua ujung jembatan. Gerbang tersebut terbuat dari kayu yang besar dan kuat. Tinggi gerbang tersebut masing-masing 15 meter, dan ketebalan 3 meter. Mereka juga membangun beberapa menara pemanah di dekat gerbang desa.
Setelah semua itu selesai dalam beberapa hari, mereka mulai memperbaiki beberapa rumah penduduk yang rusak. Mereka memperbaikinya dengan baik dan membuatnya senyaman mungkin. Mereka menebang pepohonan sepanjang aliran sungai dan menaruh beberapa obor untuk penerangan.
Pada saat malam hari, setelah lebih dari dua Minggu di desa tersebut, muncul serangan lain. Gerbang di bagian sisi hutan diminta untuk diturunkan. Semua prajurit diminta bersiap diposisi mereka masing-masing. Mereka menyiapkan panah berapi mereka untuk menghabisi para Suku Monyet tersebut. Kapten Khodir yang bertugas memerintah di benteng, sementara Jenderal Cao Pi bertugas memerintah pasukan di sepanjang aliran sungai.
Suara makhluk aneh keluar dari hutan. Tapi anehnya bukan suara monyet. Lebih ke suara auman yang aneh. Terlihat pepohonan di hutan tampak bergerak seperti digerakan.
Dan para makhluk tersebut semakin mendekat ke arah jembatan. Betapa mereka terkejut melihat sosok yang tinggi dan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanah Jahanam
FantasyKisah fiksi tentang perjuangan hidup di tanah Jahanam. Dimana semua makhluk saling berperang dan saling membunuh satu sama lain.