Para troll dan Suku Monyet Kegelapan yang kalah tersebut segera masuk kembali ke dalam hutan dengan rasa marah dan penuh dendam. Para pasukan Jenderal Cao Pi nampak terus bersorak-sorai dan memeluk satu sama lain merayakan kemenangan mereka. Tetapi, Jenderal Cao Pi tetap berusaha untuk tenang dan tidak merayakan kemenangan terlalu cepat. Ia merasa kemenangannya kali ini mengorbankan cukup banyak prajuritnya.
"Semuanya, kemenangan hari ini memakan cukup banyak korban, kita akan mengumpulkan para mayat dan mendoakan mereka lalu kita makan bersama untuk menghormati mereka yang sudah gugur." Kata Cao Pi kepada seluruh pasukannya.
"Tanpa rencana Kapten Khodir, pasti jumlah pasukan yang gugur akan lebih banyak dari ini." Kata Jenderal Cao Pi sambil mengarahkan pandangannya mencari Kapten Khodir.
"Dimana Kapten Khodir?"
"Aku melihatnya pada saat di atas benteng, ia melawan para monyet tersebut dan menyuruh kita meninggalkan benteng." Jawab salah satu pasukan kepada Jenderal Cao Pi.
Semua prajurit yang mendengar hal tersebut langsung terdiam.
Keesokan paginya, Jenderal Cao Pi dan beberapa pasukannya kembali ke Kota Blistar untuk mendata dan memakamkan para mayat prajuritnya. Tetapi, beberapa mayat sebagian mayat tidak ditemukan karena masih tertinggal di benteng pada saat meledak atau mereka bertarung melindungi benteng hingga meledak seperti yang dilakukan Kapten Khodir. Pada saat Jenderal Cao Pi sampai di kota Blistar, mereka disambut oleh para penduduk di sana. Mereka terlihat sedih dan menghormati para ksatria yang mati bertempur untuk kerajaan Blistar. Para pasukan hanya mampu berjalan menunduk, merasa gagal melindungi pasukan yang lain.
Pada saat mereka memasuki halaman istana Blistar, mereka langsung disambut oleh para anggota Kerajaan Blistar. Raja mengajak Jenderal Cao Pi dan para pendamping lainnya untuk mengadakan rapat kecil. Mereka membicarakan apa yang terjadi di desa. Jenderal Cao Pi menceritakan apa yang terjadi di desa di hadapan raja, para menteri dan tangan kanan raja.
"Jadi, serangannya memang separah itu?" Tanya raja pada Jenderal Cao Pi.
"Iya raja." Jawab Cao Pi.
"Beruntung kau berhasil menghancurkan jembatan tersebut."
"Aku berduka atas kematian para prajurit yang gugur dan Kapten Khodir." Kata Raja.
"Aku rasa ia lebih memilih mati sebagai pahlawan, persis seperti ayahnya." Kata Tangan Kanan Raja, Charles.
"Siapa ayahnya?" Tanya Cao Pi.
"Kapten Jerus." Jawab Charles. Cao Pi langsung terbelalak mendengar jawaban tersebut.
"Ya, aku tahu, ia merahasiakan siapa ayahnya." Jawab Charles dengan santai.
"Kita akan mengadakan upacara pemakaman singkat, dan aku akan memberikan penghormatan terakhir pada Kapten Khodir atas pengorbanannya dan melantiknya menjadi Jenderal." Kata Raja Blistar.
"Dan masalah desa itu bagaimana Raja?" Tanya Cao Pi.
"Aku raja kita harus membiarkan rakyat mengungsi lebih lama. Dan tambah pasukan pertahanan di desa. Biarkan rakyat mengungsi lebih lama di Silver Stone." Jawab Raja.
"Apakah kita tetap harus merahasiakan hal ini?" Tanya Cao Pi.
"Merahasiakan apa?" Tanya raja.
"Sejarah hutan itu, dan nama asli hutan tersebut." Jawab Cao Pi.
"Sudah kukatakan, hanya para penguasa saja yang boleh mengetahui nama hutan tersebut." Jawab raja.
"Ya, itulah sebabnya banyak korban jiwa karena merahasiakannya." Sindir Cao Pi.
"Jaga bicaramu Jenderal!" Kata salah satu menteri memeringatkan Jenderal Cao Pi.
"Cukup, kita tidak boleh membuat rakyat panik. Itu berarti para penyembah sesat masih berkeliaran di kerajaan ini. Kita akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas." Jawab sang raja mengakhiri rapat.
Semua orang mulai meninggalkan ruangan, kecuali Cao Pi yang masih duduk marah dan merasa tidak puas. Begitu ruangan mulai sepi, Charles mulai mendekatinya.
"Cao Pi, aku setuju dengan idemu." Kata Charles tiba-tiba.
"Ide apa?" Tanya Cao Pi heran.
"Soal memberitahu rakyat nama asli hutan tersebut. Rakyat harus tahu apa yang sebenarnya terjadi." Jawab Charles.
"Tapi itu sama saja kita melawan perintah raja." Jawab Cao Pi curiga.
"Memang, tapi apakah kau akan membiarkan para rakyat yang tidak tahu apa-apa mati sia-sia." Jawab Charles.
"Lagipula, kita seharusnya lebih mementingkan keselamatan rakyat daripada perintah raja bukan?" Tambah Cahrles.
"Tentu, tapi aku tetap tidak bisa melawan perintah raja. Itu sama saja kita meragukan kekuasaan raja." Jawab Cao Pi.
"Ingat nyawa rakyat ada di tangan kita para penguasa, lagipula raja sudah terlalu tua dan harus segera diagnti." Jawab Charles.
"Ingat posisimu Charles! Walaupun raja mengambil keputusan yang berlawanan, bukan berarti ia tidak peduli pada rakyat." Balas Cao Pi sambil meninggalkan ruangan. Cahrles terus menatapnya dengan perasaan marah dan dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanah Jahanam
FantasyKisah fiksi tentang perjuangan hidup di tanah Jahanam. Dimana semua makhluk saling berperang dan saling membunuh satu sama lain.