12.

1.3K 195 0
                                    

Tok tok tok!

"Y/n, masih tidur ya?"

Kamu menggeliat di atas kasur, dengan malas membuka mata dan langsung nyari ponsel yang tadi kamu taruh di nakas.

Sekarang jam setengah lima sore, tadi pulang sekolah kamu langsung pamit tidur karena capek banget. Kamu meringsut dari kasur, terus buka pintu.

Cekleck!

"Jaemin, ngapain lo disini?" tanya kamu, lalu menguap.

"Beneran baru bangun ih, keluar yuk malam sabtuan."

Kamu ngusap wajah karena rasanya masih separuh nyawa yang terkumpul, lalu natap Jaemin malas.

"Males ah, mau tidur lagi."

"Serius mau di rumah sendiri?" tanya Jaemin, sebelah alisnya terangkat.

"Ada bang Yeonjun, kan? Mama sama Papa hari ini nggak pulang soalnya."

"Maka dari itu!" Jaemin menjentikkan jarinya di depan wajah kamu, membuat kamu langsung tersentak, "Gue di telpon bang Yeonjun, katanya suruh ke rumah nemenin lo, dia ada urusan sama temennya. Sebagai sepupu yang baik, ganteng, dan tidak sombong. Makanya gue kesini."

Kamu natap Jaemin dari atas sampai bawah, cowok itu cuma pakai celana jeans selutut dan kaos biru dongker polos.

"Lo ngajak gue ke pasar malem pakek baju kayak gini?" tanya kamu, natap Jaemin nggak banget.

Jaemin merhatiin penampilannya, lalu menggeleng. "Gue bawa ganti, nanti mandi disini aja, lagian keluar abis isya aja rame. Kalau jam segini bocil-bocil yang main."

"Oke." kamu mengangguk, "Sana turun, gue mandi dulu."

"Tap--"

Brak!

Kamu nutup pintu sebelum Jaemin ngomong lagi, soalnya kalau udah ngeladenin Jaemin ngomong bakal susah nyari titiknya.

.
.
.
.
.

Saat kamu turun, Jaemin lagi ngobrol sama seseorang di ruang tengah. Kening kamu berkerut, dengan langkah pelan nyamperin dua cowok di ruang tengah itu.

"Nah, ini sepupu gue. Gimana? Nggak cantik, kan?" ucap Jaemin tiba-tiba, memerkenalkan kamu dengan cara tidak manusia, mengundang darah tinggi.

Temannya Jaemin tersenyum sampai matanya menghilang, "Cantik kok." ucapnya, kamu hanya balas tersenyum canggung.

"Jangan dipuji, dia gampang terbang, susah nangkepnya kalau udah terbang suka kelewatan soalnya."

"Jaemin!"

"Hehehe, bercanda sepupu. Ini temen sekelas gue, Jeno namanya, pernah gue ajak kesini tapi lo nggak di rumah."

Kamu mengangguk, lalu duduk di single sofa, sementara Jaemin sama Jeno duduk di sofa panjang. Ternyata mereka berdua nonton kartun.

"Lo sekolah di SMA Satu, kan?" tanya Jeno tiba-tiba.

Kamu yang asik nonton kartun karena mereka ngobrol sendiri, langsung noleh. Lalu mengangguk pelan.

"Beberapa temen deket gue ada disana, mungkin ada yang sekelas sama lo."

"Temen yang mana?" tanya Jaemin kepo.

Kamu nggak tertarik sama obrolan mereka, jadi fokus ke kartun lagi dan ngebiarin mereka berbagi kisah sampai puas.

"Serius lo, anjir?!"

Kamu terlonjak saat suara toa Jaemin keluar, apalagi jarak tempat duduk kamu sama Jaemin nggak terlalu jauh.

Kamu langsung melotot ke Jaemin, dan dua detik berikutnya dua bantal sofa menghantam wajah cowok itu.

"Bisa nggak sih nggak usah teriak? Lama-lama budek kuping gue dengerin suara lo." gas kamu sambil natap kesel Jaemin.

Jaemin malah natap kamu, cuma lima detik lalu noleh lagi ke Jeno, mereka ngomong tanpa suara.

"Kalian ngomongin apasih? Ngomongin gue ya?" tanya kamu selidik karena mereka bisik-bisik nggak ngajak kamu.

Jaemin sama Jeno noleh, terus gelengin kepala sambil senyum. Sayang banget kamu tadi nggak merhatiin obrolan mereka. Dari tatapan Jaemin tadi, kayaknya mereka lagi ngomongin sesuatu yang berhubungan sama kamu.

.
.
.
.
.

"Nanti pulang jalan kaki, ya?"

"Seenak jidat kalau ngomong. Berani ngajak keluar ya harus berani mulangin, mau di bogem bang Yeonjun lo?"

Jaemin tertawa, lalu turun dari motornya. Kamu, Jaemin, dan Jeno baru sampai di pasar malam yang Jaemin bilang.

Kamu menghela napas, merhatiin pasar malem yang emang makin malem makin ramai. Padahal aslinya kamu nggak terlalu suka sama tempat ramai, tapi nggak suka juga kalau harus di rumah sendiri.

"Jae," panggil kamu, Jaemin yang lagi ngobrol sama Jeno langsung noleh.

"Apa? Sini jangan jauh-jauh, nanti hilang." Jaemin narik lengan kamu supaya berdiri di samping dia. Jaemin tau kamu nggak terlalu suka sama keramaian, makanya dia nggak mau kamu jauh-jauh, takut nangis kalau ketinggalan.

"Lo nggak lai ada janjian sama seseorang, kan?" tanya kamu.

Kening Jaemin berkerut, "Maksud lo?"

"Ya misal pacar lo?"

Jaemin sama Jeno saling berpandangan, kemudian natap kamu sambil tertawa.

"Bercanda ya lo? Ada lah! Makanya  gue aja Jeno, biar lo sama dia, gue mau ketemu doi."

Kamu melotot, "Anjir! Maksudnya lo mau ninggalin gue sendi--"

"Nggak sendiri, kan sama Jeno." sahut Jaemin sambil menepuk pundak Jeno.

Kamu natap Jeno yang masih senyum, dan balas senyum canggung. Lalu noleh ke Jaemin sambil melotot seolah mau menerkam cowok itu.

"Uang saku ada, kan? Gue mau nyamperin dia nih, udah di tunggu. Dah."

Kamu mau banget ngelepas sepatu, terus di lempar ke sepupu kurang ajar kayak Jaemin. Tapi cowok itu keburu masuk kerumunan orang-orang, dan tak terlihat.

"Y/n? Mau beli sesuatu?" tanya Jeno.

Dan yang paling parah, Jaemin ninggalin kamu sama cowok yang baru kamu kenal beberapa saat yang lalu. Minta di gampar emang.

"Eum, nggak deh Jen. Mau keliling aja dulu," jawab kamu, canggung banget.

Jeno mengangguk, lalu noleh ke kanan kiri, celingukan kayak nyari sesuatu. Kamu cuma merhatiin, sampai akhirnya dia noleh lagi ke kamu.

"Ikut gue ke stan aksesoris dulu, yuk?" ajak dia, tanpa izin langsung gandeng tangan kamu.

Sial ini anak ngalus banget, tenang Y/n, santuy. Ingat kamu lagi dalam misi perjuangan kepoin Soobin, jangan oleng ke siapa-siapa.

.
.
.
Tbc~
MunLovea
Kamis, 16 April 2020

Teman Kelas - Choi Soobin [99-00L Imagine] [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang