20. end

1.4K 197 13
                                    

"Y/n, kok diem aja, lo ada masalah?"

Memang sejak sampai di taman, beli es krim, dan sekarang sedang merhatiin anak-anak yang asik main lari-larian di taman, kamu diam aja.

Makanya Haechan ngerasa ada yang salah, soalnya mustahil banget kalau kamu diam begini. Lebih nyebelin, mending nge gas dan ngoceh terus.

"Sesakit ini ya, Chan?" ucap kamu, tanpa noleh ke Haechan.

"Sakit? Apanya yang sakit? Kenapa lo nggak bilang sih kalau lo sakit? Pulang, yuk."

"Nggak." kamu menggeleng, "Perasaan gue yang sakit, nyesek banget rasanya kayak nggak bisa napas."

Haechan mengerjap, natap kamu yang sekarang tampak kehilangan semangat, beberapa hari ini emang semangat kamu berkurang. Apalagi setelah dapat jawaban pastinya, rasanya menguap entah kemana itu semangat.

Ini alasan kamu males suka ke cowok, kalau galau jadi lebay, lemah. Tapi emang sesakit ini.

"Ada apa sih?" tanya Haechan, masih belum nyambung.

Kamu menghela napas, "Soobin sama Lia jadian."

"Emang."

Kamu langsung noleh ke Haechan yang masang wajah tenang, kening kamu berkerut.

"Emang?"

Haechan mengangguk, "Karena itu gue bilang jauhin Soobin, karena dia udah punya Lia."

Kamu mendengus, kalau kamu tau dari awal ya nggak mungkin kamu pergi sejauh ini, baliknya ribet. Kamu udah terlalu jauh sampai nggak nyadar terlalu berharap sama orang tanpa timbal balik.

Tanpa sadar kamu ngelanggar omongan kamu sendiri, mengenai kamu yang nggak bakal suka sama temen sekelas.

Padahal awalnya kamu cuma kepo aja sama Soobin, lagian Soobin juga yang chat kamu duluan. Dia menbuat kamu berharap dengan ngasih perhatian-perhatian kecil yang tentu aja bikin kamu mulai luluh.

Se bar-barnya kamu juga tetep cewek yang bisa meleleh kalau di perhatiin cowok, apalagi modelannya kayak Soobin begini.

Kamu sampai mengabaikan chat-chat nggak penting dari cowok-cowok yang mau dekat sama kamu cuma karena kamu ngerasa males dekat sama yang lain, kamu merasa udah dekat banget sama Soobin.

Sampai akhirnya harapan itu terhempas dengan mudahnya, kamu harus nerima kenyataan ini.

Dan parahnya lagi kamu nggak bisa lari, kamu nggak bisa menjauh. Kemanapun kamu pergi, kamu bakal tetap ada di dekat Soobin.

Ini alasan kamu nggak pernah mau berhubungan sama teman sekelas. Kalau patah hati, susah sembuhnya, soalnya tiap hari ketemu. Dan masih ada dua tahun setengah lagi di kelas yang sama.

"Udahlah jangan di tangisin, cowok kayak dia nggak pantes dikejar. Apalagi sama cewek kayak lo, air mata lo terlalu berharga buat nangisin dia, lo cuma buang waktu ngejar dia."

Kamu nunduk, nggak bisa menyangkal kalau apa yang Haechan katakan emang benar.

"Gue harus gimana?" tanya kamu, putus asa.

Kamu nggak ada niatan mau nangis, apalagi di tempat umum kayak gini. Tapi mau bagaimanapun cewek kalau udah sakit endingnya air mata yang bakal bicara.

"Lupain Soobin, walau susah. Gue yakin lo bisa."

"Nggak semudah itu, Chan." geleng kamu, "Gue orangnya nggak gampang tertarik sama orang lain, apalagi sampai suka. Dan kalau udah suka, susah banget buat mengelak, gue emang kayak gini. Sakit banget, tapi gue nggak tau harus nyalahin siapa." ucap kamu lalu terisak.

Nggak ada jawaban dari Haechan, sementara kamu semakin menunduk dalam. Taman makin sepi karena udah mau malam, sinar redup mentari di sore hari menyorot kalian berdua layaknya lampu panggung.

Yang terdengar hanya isakkan tertahan kamu, semuanya tumpah begitu saja. Terdengar memilukan di telinga Haechan.

Dia tau kamu nggak sekuat kelihatannya, makanya dia nggak mau kamu terluka lebih dalam hanya untuk mengejar ketidakpastian.

Haechan emang udah tau dari awal kalau Soobin dan Lia pacaran, tapi dia nggak ngasih tau kamu tentang itu karena yakin kamu nggak bakal percaya. Dia ngebiarin kamu ngungkap sendiri kebenarannya.

Tapi dia nggak nyangka kalau bakal semerana ini, Haechan menghela napas, tangannya tertulur ngusap punggung kamu.

Dengan mantap dia berucap, "Gue mau bantuin lo buat lupain Soobin."

Isakkan kamu terhenti, perlahan kamu noleh ke arah Haechan yang ternyata senyum tulus ke kamu.

Semua jadi makin ribet.

"Gimana?"

"Apanya?"

"Lo sama gue aja, ya?"

Kamu langsung terdiam, terkejut. Kali ini Haechan kedengaran tulus banget, nggak ada nada bercanda.

"Y/n? Gue bakal bantu lo lupain Soobin, walau--"

"Ma'af."

Kamu menunduk, hal ini malah nambah beban pikiran kamu, pusing dan sesaknya bertambah. Kamu jadi nggak tega sama Haechan yang kelihatannya emang tulus banget.

"Gue udah jadian sama Sunwoo."

"Sunwoo?"

Kamu mengangguk, "Gue udah nerima Sunwoo, beberapa hari yang lalu."

Iya, kamu udah nerima Sunwoo, tepat di depan Soobin. Niatnya emang biar Soobin tau kalau kamu nggak berharap lebih ke dia, tapi malah sekarang kamu terjebak di situasi ini.

Mau nggak mau kamu harus mulai ngejalani sama Sunwoo, lagian Sunwoo nggak seburuk itu, dia perhatian sama kamu. Walau poin plus masih ada di Soobin.

"Jadi, gue ditolak?"

"Maap, Chan. Kita temenan aja, ya?"

Dan kayaknya kamu bakal nepatin perkataan kamu, kalau kamu nggak akan ada hubungan sama teman sekelas, lebih dari seorang teman.

Teman sekelas, hanyalah teman. Atau lebihnya, bisa jadi sahabat.

.
.
.
The End.

MunLovea
Kamis, 23 April 2020

Teman Kelas - Choi Soobin [99-00L Imagine] [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang