8. Friends

1.3K 253 6
                                    

Thanks so much for your support. Keep enjoy and don't forget to comment. 

























Hari yang begitu melelahkan bagi Anna. Hari ini dia sudah kehilangan satu orang baik yang sudah ia anggap sebagai keluarga. Yang membuat emosinya lari sampai ke ubun-ubun adalah Chaekyung si malaikat maut yang membuat petunjuk itu lenyap. Entah sampai kapan Chaekyung dan ibunya menjadi parasit yang akan membunuh Anna perlahan-lahan.

Yang dilakukan Anna kali ini adalah hanya berdiam di depan teras rumah sakit. Dia tadi datang bersama Jaehyun dengan keadaan tanpa membawa apapun selain ponsel di sakunya. Bahkan kunci mobilnya masih ada pada Jaehyun. Ia tak bawa sepersenpun uang dan semua teman-temannya sudah pulang saat Anna mengurung diri di dalam ruangannya tadi.

Sudah pukul sembilan malam. Masih banyak bus dan taksi di luar sana tapi Anna tak punya uang untuk naik transportasi umum. Ponselnya pun sudah meregang nyawa karena kehabisan daya. Sungguh dewi Fortuna tengah memusuhinya karena ia memberikan kesialan yang berlipat untuk Anna hari ini.

Menginap di rumah sakit juga bukan ide bagus. Tidur di asrama dokter Residen juga bukan tempat yang tepat dan pastinya tidak ada tempat kosong untuknya. Tidur di sofa ruangannya tanpa selimut bukanlah ide bagus, di akhir musim gugur yang suhu udaranya begitu dingin hingga menusuk tulang.

"Ayo pulang, Harvard girl." Anna mengadah. Ada Jaehyun dengan kaus pink bergambar beruang dan celana scrub milik Anna.

"Jung Jaehyun—" Anna benar-benar di luar kendali dirinya. Jika biasanya sumpah serapah yang Jaehyun terima saat bertemu Anna, kini pelukan yang ia terima. Jaehyun bahkan sempat membeku beberapa detik saat gadis itu tiba-tiba memeluknya dan menangis.

Baiklah, Jaehyun laki-laki sejati disini. Dia tak akan mungkin membiarkan seorang gadis menangis. Dengan perlahan diusapnya rambut dan punggung Anna walau detak jantungnya di luar kendali. Dia sangat berharap jika gadis itu tak akan mendengar detak jantungnya yang di luar batas normal.

"Kau kenapa?" Bukannya Jaehyun berbasa-basi layaknya di film romantis ketika pria menanyakan penyebab gadisnya menangis. Hanya saja Jaehyun tak memiliki kalimat lain untuk dikatakan sehingga kalimat bodoh itulah yang berhasil lolos dari mulutnya.

"Antarkan aku ke rumah Mingyu." Jaehyun hampir saja terbahak-bahak jika ia tak mengingat Anna sedang menangis. Baginya gadis segarang singa itu terlihat seperti anak kecil yang kehilangan orangtuanya dan tidak tahu bagaimana caranya pulang. Begitu menggemaskan.

"Ayo aku antarkan."

Jarak rumah Mingyu dan rumah sakit memang tak terlalu jauh hingga tak jarang Mingyu akan pulang ke rumahnya saat istirahat makan siang. Mungkin hanya sekitar 10 menit menggunakan mobil dengan kecepatan sedang. Dalam waktu 10 menit tak ada percakapan apapun antara Anna dan Jaehyun.

"Sudah sampai." Anna menoleh ke luar jendela. Di depannya memang rumah Mingyu.

"Darimana kau tahu rumah Mingyu? Aku kan belum memberimu alamatnya."

"Kau akan tahu nanti. Ayo masuk." Anna hanya menurut walau dirinya masih diliputi rasa bingung.

Di ruang tamu sudah ada Mingyu dan anjing jenis chihuahua yang menyambut Anna dan Jaehyun. Pria itu sepertinya baru saja hendak membuang sampah karena ada kantung plastik hitam besar ditangannya.

"Kenapa baru datang? Yang lain sudah menunggu. Cepatlah, Janice masak banyak makanan"

Benar kata Migyu. Semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Ada Rose si dokter spesialis THT , Jungkook dan Yugyeom si dokter spesialis penyakit dalam, Jennie dokter spesialis kanker, Jung Chaeyon dan Jung Eunha si perawat, Yuju dokter spesialis anastesi, Dokyeom si dokter spesialis ortopedi, dan Eunwoo dokter anak si pangeran rumah sakit.

Pain || JJH  (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang