Chapter 17

0 0 0
                                    

Happy Reading

.

.

.

(Author saranin kalian bacanya sambil dengerin lagunya Sondia-Maybe ost itaewon class versi korea atau versi inggris)

hari yang cukup melelahkan syuting yang cukup berat. Hadiah yang dibawakan oleh Jimmi adalah hadiah yang tidak diinginkannya bahkan bertemu dengan hadiahnya tersebut. Persoalan masa lalu yang dialami Jesieca dan lelaki itu cukup pelik. Jikalau ini berlanjut terus tidak ada yang yakin dengan hubungan mereka.

@hotel 

"nugu?" Tae sudah mengeluarkan suaranya terlebih dahulu.

"kenapa sih? Baru sampai hotel kau sudah buat kerusuhan kau tidak lelahkah ?" Jesieca tidak menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Tae.

"aku tanya. Dia siapa?" terdengar suara yang cukup serius.

"Tae.. kalau ku ceritakan bisakah kau memakluminya?" Jesieca menatap Tae dengan pandangan intens.

Mereka duduk berdua disofa dihadapkan dengan TV gelap tidak dinyalakan, suasana hening hingga suara deruan AC terdengar jelas ditelinga mereka berdua hingga Tae memecahkan suasana hening itu "maksudmu dia mantanmu dulu?" tanyanya ragu dan memastikan bahwa ia tidak salah mendengar penjelasan dari sang pacar.

"iya, dia hanya mantanku saja Tae tidak lebih selesai kami putus" jelas Jesieca.

"aku tidak mau memberitahumu karna aku tau kau itu sangat sensitif, aku tidak mau menyakitiku tapi aku tidak ingin membohongimu"

Suasana kembali hening, tidak ada tanggapan apapun dari Tae mengenai ini yang dilakukannya hanya menatap lantai hingga matanya merasakan perih mengeluarkan air mata.

"Tae... maaf" Jesieca segera memeluk Tae setelah melihat ia menangis "sungguh, aku mengambil project ini karna aku akan dipasangan denganmu, bahkan aku tidak tau ada dia disini. Maaf kan aku, apa perlu project ini aku keluar saja?"

"tidak perlu" jawab Tae dengan membalas pelukkan Jesieca "tidak perlu, aku mempercayaimu" Tae mengelus pundak Jesieca memeluknya dengan erat "tapi... tumben sekali kau mau melakukan sentuhan intens seperti ini" kekehnya tepat disebelah telinga pasangannya. Seketika Jesieca ingin melepaskan pelukkannya tetapi ditahan "biarlah seperti ini, biar aku bisa mempercayaimu"

"em.." Jesieca tetap diposisinya memeluk Tae dengan kedua tangannya "tapi aku kagum denganmu bisa mengerti dengan penjelasan sepele seperti ini, biasanya kau akan sulit menerimanya"

"apa maksudmu?"

"ya, kau biasa selalu menginginkan bukti untuk mempercayainya, tapi kali ini hanya berbicara seperti ini saja kau menerimanya" jelas Jesieca heran dengan pasangannya kali ini ia bisa memahami dengan cukup dewasa "biasa kau sangat sensitif"

"he.. kau juga sama sensitifnya denganku" Tae melepaskan pelukkannya "kau sendiri kenapa bisa memahami dengan cukup dewasa?"

"karna jika aku berada diposisimu saat ini bagaimana rasanya, apa aku bisa melaluinya" Jelasnya.

"kau memang ya bisa berubah setiap waktu dan misterius" Tae mengelus lembut kepala Jesieca

"masa iya?"

"kalau tidak mana mungkin aku menyukaimu" mereka berdua tersenyum geli dengan situasi saat ini.

Sementara itu...

"aku mandi duluan" Eunsil mengemasi peralatan mandinya segera ia memasuki kamar mandi

"enak saja! Memangnya kau tuan rumahnya?" Jimmi menahan pintu kamar mandi yang menjadi dinding antara mereka.

"awas!" Eunsil mengancam.

"tidak, aku ini tuan rumah aku dulu yang mandi"

"awas tidak, kalau tidak minggir aku akan mengigit tanganmu" ancamnya.

"memangnya kenapa sih" Jimmi kembali protes, ia tidak tahan jika tidak segera mandi setelah keluar dari rumah "aku ini tidak bisa berdiam diri kalau belum mandi, itu tidak nyaman"

"pokoknya tidak" Jawab Eunsil membuat wajahnya merona.

"wajahmu kenapa memerah?" tanya Jimmi melihat Eunsil berubah "apa kau sakit?" segera Jimmi memegang dahi Eunsil, membuat dirinya makin merona dari sebelumnya segera ia mengigit tangan jimmi yang menahan pintu kamar mandi.

"pokoknya aku duluan!" kemudian Eunsil menutup pintu itu cukup kencang.

"wanita gila!" Jimmi kesal "padahal aku kaget melihat wajahnya memerah seperti itu" segera ia menuju dapur untuk menegak air putih akibat ia teriak tadi membuatnya menjadi serak.

Beberapa menit kemudian Eunsil keluar dengan perasaan tidak enak, ia merasa sedikit pusing menuju kamarnya.

"aku sudah selesai,kau mandi lah" Katanya terhuyung huyung.

"ka.. kau sakit?" Jimmi mendekatinya.

"tidak!"

"galak sekali sih kau ini? Aku berniat baik padamu" Jimmi mendesus "kalau kau mati, aku tidak punya hal yang membuat dia menyerah, kau jangan sampai mati. Aku mandi dulu" Jimmi segera pergi untuk mandi.

'kukira wajahku memerah karna malu mengenai dirinya kemarin' Eunsil kembali ketempat tidurnya 'kurasa tidur bisa membantu rasa pusingku'

.

.

'dulu aku melihatnya selalu tenang, tapi.. kenapa sekarang...' batin Jimmi memikirkan Eunsil yang ia lihat saat meeting selalu tenang dan penuh perhitungan 'aku sempat mengagumi ketenangannya, tapi sepertinya sekarang tidak' Jimmi mematikan shower segera ia mengenakan handuk yang sudah ia siapkan dan keluar 'tadi ia terlihat terhuyung, apa dia sakit?'

"Eunsil, apa kau sudah makan?" tanyanya saat berada didepan pintu kamar Eunsil tidak ada jawaban kembali Jimmi menanyakannya tetapi tetap saja tidak ada jawaban sama sekali "aku buka ya" dengan perasaan kaget melihat Eunsil tertidur dengan hanya setengah badannya saja dikasur, bukan hanya kaget melihatnya tidur seperti itu tetapi ruangan yang super berantakan.

.

.

'tuh kan, cukup dengan tidur membuatku segar kembali' Eunsil bangun dari tidurnya, dengan perasaan kaget melihat ada satu baskom berukuran sedang dengan satu kain yang berada dikepalanya dasn satunya lagi ada didalam baskon itu.

'kain basah? Apa aku mengigau?'

ia menimang nimang 'tapi.. ini kenapa ya kamarku jadi bersih sekali?' Eunsil ingin turun dari kasurnya sebelum ia benar benar berdiri ia merasakan benda yang kekar tetapi kenyal didaerah telapak kakinya perlahan ia mencoba melihat apa yang ia injak.

"JIMMI!! NGAPAIN KAU DIKAMARKU!!" Eunsil mengambil bantal dan memukul Jimmi hingga terbangun.

.

.

@Diruang makan

Suasana seperti berada disebuah sidang dengan tuntutan kesalahan yang teramat salah.

"ji... " Eunsil mencoba memecahkan situasi menegangkan ini "maafkan aku, aku tidak tau"

"heh.." desus Jimmi masih kesal dengan Eunsil yang menyerangnya dengan melemparkannya bantal dan menginjak tubuhnya yang berada dibawah "kau harus membayar itu semua nanti" katanya beranjak dari tempat makan

'matilah aku' batin Eunsil dengan senyuman masam 

*************************************************

Hayo loh sil si jimmi ngambek tuh wkwk
-CanAgassi

WIN OR LOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang