19 Y E A R

4.6K 436 37
                                    

•••

"T-tuan, nyonya berpesan untuk memberikan ini kepada Tuan jika Tuan sudah pulang." Sasuke yang masih terduduk lemas itu memandang kosong kearah map merah yang salah satu pelayan itu sodorkan padanya.

Ia menerimanya. Dan ketika membuka map merah itu, hatinya semakin berdenyut nyeri. Didalamnya terdapat surat perjanjian dan surat perceraian. Dan terdapat pula sebuah kertas yang di lipat. Ia membuka lipatan kertas itu perlahan.

Setelah dibuka, dapat ia lihat tulisan tangan Sakura yang nampak begitu rapi tertoreh di kertas putih itu. Dan ternyata didalam kertas itu pun terdapat sebuah cincin pula. Istrinya itu sepertinya sengaja meletakkan cincin itu didalam lipatan kertas tersebut. Ia tahu betul cincin apa itu. Itu adalah cincin pernikahan yang dikenakan Sakura. Cincin yang pernah ia pasangkan langsung ketika mereka berada di altar dulu.

Teruntuk, Suamiku, Sasuke...

Maaf aku pergi tanpa pamit lebih dulu padamu langsung dan hanya menulis surat ini. Aku hanya merasa tak sanggup jika harus berpamitan langsung denganmu. Membuat hatiku malah semakin berat untuk pergi menjauh darimu, dan putra kita tentunya.

Ah, sebenarnya, aku merasa bingung ingin menyampaikan apa lewat surat ini. Tetapi, intinya aku ingin mengatakan maaf dan terimakasih. Maaf jika selama satu tahun pernikahan ini aku mungkin pernah berlaku tak baik padamu dan mungkin pernah melakukan kesalahan. Dan terimakasih sebesar-besarnya kuucapkan padamu. Kau tahu? Bagiku kau adalah pria penghancur dan penyelamat, Sasuke. Kau pernah menghancurkanku karena kesalahan satu malam itu, tapi kau juga menyelamatkanku karena sudah bertanggung jawab dengan bersedia menikahiku.

Kau bahkan memperlakukan dengan begitu baik selama satu tahun ini. Kau juga mau menerima dan sangat menyayangi putra kita, Sasura. Itu semua sudah sangat membuatku lega dan merasa sangat bersyukur.

Sasuke, kau ingin tahu satu kebenaran, tidak? Kalau iya aku akan memberitahu, tapi kalau tidak pun tetap kuberitahu saja ya disini, hahah. Aku mencintaimu, Sasuke. Itulah kebenarannya. Sebenarnya sudah cukup lama aku telah menyadarinya, tapi sayang aku tak punya keberanian lebih untuk mengutarakannya padamu, maaf, aku memang pengecut. Dan aku juga mengingat jika yang kau cintai pun Hinata, lagipula, pernikahan kita hanya sampai satu tahun. Jadi untuk apa aku mengutarakannya, benar bukan? Tapi kini aku malah tetap mengutarakannya, meski memang tak secara langsung. Karena setidaknya aku merasa menjadi lebih lega ketika sudah mengutarakannya padamu.

Ah, ngomong-ngomong, maaf ya jika kertas ini sedikit basah dibeberapa bagian. Karena aku menulisnya sembari menangis, hahah!

Minggu depan nanti adalah sidang perceraian kita. Aku juga akan kembali lagi dari Sapporo ke Tokyo untuk menghadirinya. Jadi, maukah kau membawa putra kita? Aku ingin sekali bertemu dengannya lagi. Dan saat kita sudah resmi bercerai nanti, sesekali aku pasti akan kembali ke Tokyo untuk bertemu dengan Sasura, boleh ya?

Dan aku juga ingin berterimakasih karena kau telah membuat kenangan-kenangan berkesan selama satu tahun ini. Aku tak akan pernah melupakan semua kenangan-kenangan bahagia nan berkesan itu, Sasuke. Aku akan tetap menyimpan semuanya dengan rapi dalam benakku. Jadi sesekali jika aku sedang merindu, mungkin aku bisa kembali mengenangnya sesaat.

Ah, sepertinya cukup sampai disini saja ya. Aku tak bisa berlama-lama menulis lagi. Sekarang sudah pukul 16.15, dan keretaku akan berangkat saat pukul 17.15 nanti, jadi sudah sebentar lagi. Oleh karena itu aku harus segera berangkat ke stasiun, jika terlambat aku pasti akan tertinggal kereta nantinya.

Sampai jumpa lagi di pengadilan minggu depan.

Aku mencintaimu, dan putra kita tentu saja.

Sakura

Lagi, Sasuke merasa dunianya seakan kembali runtuh setelah membaca surat itu. Apalagi saat mengetahui jika wanita itupun sebenarnya memiliki perasaan yang sama sepertinya. Kedua mata hitam legamnya itu memerah dan berkaca-kaca menahan tangisnya. Ketiga pelayan yang sedari tadi hanya diam itu menunduk sedih kala baru pertama kalinya melihat majikan mereka yang kini sedang begitu rapuh.

Pria itu kemudian tersentak kala menyadari sesuatu. Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Baru menunjukkan pukul 16.45. Sedangkan di surat itu Sakura menuliskan jika kereta yang akan membawanya ke Sapporo akan berangkat pukul 17.15. Jadi setidaknya masih ada kesempatan waktu tiga puluh menit lagi.

Pria itu kemudian segera bangkit berdiri dengan tergesa. Ia harus berusaha, ia harus berusaha mengejar istrinya itu dalam kesempatan waktu tiga puluh menit ini. Demi Tuhan, ia tak akan pernah rela jika harus kehilangan wanita itu. Ya, dia harus berusaha untuk mengejarnya.

Dua bola mata hitam legamnya itu kemudian memandangi ketiga pelayan itu satu persatu dengan serius. "Tolong jaga Sasura!" pesannya dan langsung diangguki ketiga pelayan itu. Setelah itu Sasuke berlari keluar dengan tergesa tanpa sepatah kata lagi. Dengan hatinya yang terus-menerus berharap supaya ia tak terlambat.

.
.
.

Sasuke segera turun dengan tergesa dari mobilnya yang ia parkir sembarang. Waktu yang tersisa tinggal lima menit lagi. Jalanan yang macet membuatnya menjadi cukup lama untuk sampai, padahal jarak rumahnya dan stasiun ini cukuplah dekat.

Pria itu berlari sekuat tenaga dengan langkah kaki lebarnya. Tak peduli dengan rasa lelah dan peluh yang telah bercucuran. Ia sudah mengelilingi hampir seluruh tempat di stasiun itu cukup lama. Namun hasilnya nihil. Ia sama sekali tak dapat menemukan Sakura.

Rasa lelah yang dirasakannya membuat larinya semakin lama semakin menjadi melamban hingga pada akhirnya membuatnya berhenti. Pria itu menunduk lemas. Namun sekilas pandangannya telah menangkap surai merah muda yang khas dengan panjangnya yang mencapai sepunggung. Ia tahu siapa pemilik surai yang khas itu. Ia tahu siapa sosok wanita yang kini hendak memasuki kereta. Itu Sakura. Istrinya.

Kebahagiaan dihatinya seketika membuncah dan meletup-letup. Harapan itu masih ada. Dengan segera ia pacu kembali langkahnya. Ia berlari dengan sekuat tenaga, hingga saat dimana sosok Sakura sudah berada di depan pintu kereta yang terbuka dan hendak masuk kedalam sana, pria itu sudah lebih dulu menangkap dan menarik pergelangan tangannya kebelakang dengan kuat.

"Sakura! Tunggu! Jangan pergi, kumohon!"

Otomatis tubuh wanita itu ikut tertarik kuat kebelakang. Sakura meringis kala keningnya menabrak sesuatu yang kokoh. Saat ia membuka kedua matanya yang sempat terpejam karena meringis, Sakura langsung menangkap jika dirinya tengah di peluk dengan begitu erat. Dan kepalanya bersandar di sebuah dada bidang nan kokoh milik seseorang ini. Harum maskulin nan menenangkan itupun mulai menyeruak kedalam indra penciumannya.

Seketika Sakura terpaku. Ia tahu seseorang yang tengah memeluknya erat ini. Ia tahu siapa pemilik dada bidang nan kokoh yang sebelumnya pun pernah menjadi tempatnya bersandar nyaman. Ia pun tahu siapa pemilik harum maskulin nan menenangkan yang begitu familiar di indra penciumannya. Dia Sasuke. Suaminya.

"Jangan pergi, kumohon..." dan bisikkan lemah penuh kesedihan dan pengharapan dari sosok suaminya itu kemudian mengalun di telinganya.

TBC

Tingkatkan voment kalian ya, biar cepet di next lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tingkatkan voment kalian ya, biar cepet di next lagi. Sorry for Typo. Arigato.

18-04-2020

@uchiharizkia

1 YEAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang