18)Surat Kaleng

3.3K 179 4
                                    


***

Seusai mengantarkan Zahra, Romi langsung menuju ke kantornya.

Pandangan kagum tiap orang selalu menghujaninya tiap saat.
Tak terkecuali wanita-wanita yang kurang belaian dari suaminya itu.

Romi jadi membayangkan, gimana jadinya kalau Zahra melihat ini semua.

Senyum tipis masih menghiasi wajah tampannya, membuat seisi ruangan berbisik bisik memujanya.

Memang tidak semua orang disana tahu bahwa Romi sudah berganti status menjadi beristri.

Ia segera mendudukan dirinya dikursi dan melihat beberapa dokumen diatas meja.

Tak lama suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya dari kertas kertas tadi.

"Masuk"

Seorang laki-laki berpakaian rapih datang dengan membawa sebuah map coklat.
Pria itu langsung menyodorkan map yang ia bawa dengan sopan.

"Dari siapa?"

"Tidak tahu pak. Kurir yang memberikannya."

Romi hanya mengangguk dan segera membuka map tersebut.

Betapa kagetnya ia melihat tulisan yang ada didalam map tanpa nama pengirim itu.

"Cek cctv dan cari tau siapa yang mengirim ini."
Pinta Romi pada bawahannya tadi.

Kertas dengan tinta darah itu bertuliskan, permainan segera dimulai.

Entah apa yang dimaksud oleh penulis itu. Apakah mengacu pada keluarganya atau masalah bisnis mereka.

Tak mau ambil pusing, Romi segera menyelesaikan tugas-tugasnya.

***

Zahra POV.

"Bu, aku boleh kuliah?" Tanyaku ragu ragu sambil mencari barang barang yang akan kubawa nantinya.

"Emang suami kamu ngijinin?"

"Boleh katanya."

"Oh yaudah"

"Kok ibu tampak biasa aja si" kesalku karena respon dari ibu terkesan tanpa ekspresi.

"Emang kamu nggak mau punya anak dulu Ra?" Spontan aku kaget dengan pertanyaan ibu.

"Zahra masih kecil loh Bu."

Tanpa sepatah kata ibu meninggalkanku begitu saja.
Dalam hati aku terkikis geli. Pasalnya baru kali ini ibuku merajuk.

Sekarang sudah hampir sore dan aku telah selesai membereskan barang barang yang akan kubawa sedari tadi.

Namun mas Romi belum menjemputku sampai saat ini.
Aku meraih telfon ku dari dalam Sling bag.

Aku menekan nomor suamiku dan layar ponsel sudah menandakan menghubungkan panggilan.

****

Author POV

Disisi lain, Romi masih mengobrol dengan sekretaris nya yang tadi pagi mengantar map kaleng itu.

Dering ponsel mengehentikan aktivitas nya kini. Dilihatnya nama yang tertera dilayar ponsel miliknya itu.

"Waalaikumsalam sayang"

Reaksi Romi tanpa sadar membuat sekertaris nya itu jadi geli. Mereka sudah satu tahun berkerja sama diperusahaan tersebut, dan keduanya sudah seperti seorang sahabat. Terkecuali ketika jam kantor. Sekretaris nya itu akan menggunakan bahasa formal layaknya atasan dan bawahan.

"Yaudah tunggu ya bentar lagi aku pulang.

Waalaikumsalam" panggilan terputus dan Romi menatap horor sekertaris nya.

"Apa Lo ketawa-ketawa? Kelamaan ngejones dasar"
Ledek Romi.

"Haha jadi gimana nih? Pengirimnya juga ngga ninggalin jejak samasekali. Ini kaya udah lama di rencanakan den Rom."

"Yaudah kita tunggu aja gimana permainannya. Sementara Lo bantu gue di perusahaan."

"Siyap bosku"

"Yaudah gue balik dulu. Bidadari syurga telah menunggu." Ujarnya dramatis, membuat sekertaris nya itu memandang jijik ke arahnya.

***

Sekitar 15 menit, dirinya telah sampai di kediaman ibunda Zahra.

Rupanya sang istri sudah menunggunya didepan gerbang kediaman lamanya itu.

Tanpa basa basi Zahra masuk kedalam mobil Romi.

"Loh yang. Aku mau ketemu dulu lah sama ibu kamu."

"Udah langsung pulang aja ah. Aku bilangnya juga naik taksi"
Jawab Zahra beralasan. Padahal ia tidak ingin orangtuanya bertanya macam macam pada suaminya itu.

Karena dirasa sekarang Romi juga berbeda. Ia jadi tengil dan kalau membahas hal seperti itu akan jadi dengan orang tuanya.

Romi yang sekarang jadi manja dan jarang sekali mengeluarkan aura dinginnya. Apalagi dengan Zahra. Sepertinya ia lupa bagaimana caranya galak.

"Udah makan belum Ra?"

"Udah"

"Mampir ke mang usrok mau?"

Dengan semangat 45 Zahra mengangguk dan tersenyum senang memperlihatkan deretan gigi nya yang rapih. Romi lantas terkekeh geli dan mengusap-usap kepala Zahra.

"Oke sekarang aku tau kelemahan kamu Ra"

"Apa?"

"Nasi gorengnya mang usrok kan?"

"Kayaknya kurang tepat deh mas"

"Emang apa?"

"Nasi goreng kamu juga nggak kalah enak, kan dibuatnya dengan cinta, khususon buat neng jahra" ujarnya sambil menirukan gaya bicara mang usrok diakhiri kalimat.

"Jadi batalin nih ketemu mang usrok nya?"

"Ihh jadi dong. Kangen juga hehe"

"Kok kangennya mang usrok?"

"Masa kangen kamu. Kan kita lagi bareng"

Setelah sampai ditempat tujuan. Keduanya turun dan langsung memasuki warung itu.

Zahra sibuk mencari tempat duduk dan Romi yang memesan nasi gorengnya.

Tak lama setelah mereka berdua duduk. Mang usrok datang membawa dua piring nasi goreng dan satu botol air mineral.

"Cie neng jahra sekarang bareng terus sama cowok ini. Setelah sekian lama gonta-ganti, ini yang paling lama kayaknya."

"Mang usrok apa-apaan sih. Malu tahu"

"Emang udah berapa cowok yang dateng kesini bareng dia mang?"

"Banyak. Nggak kehitungan" bisik mang usrok yang masih bisa di dengar Zahra.

Setelahnya, pedagang itu pergi  dari tempat duduk Zahra.

"Ternyata aku salah ya Ra."

"Salah apa?"

"Pas awal kita ngobrol, aku bilang kalo cewek kaya kamu nggak ada yang mau. Ternyata banyak hhee"

"Apasi. Kamu jangan dengerin mang usrok, dia suka ngawur."

"Terus aku juga salah lagi"

"Yang mana?"

Sejenak Romi terdiam dan mencoba mengalihkan pembicaraannya.

"Yang, makan dulu tar dingin tuh" tunjuknya pada piring yang masih penuh dengan nasi goreng.

***

Happy reading

Lelaki Pilihan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang