Bahkan saya tidak bisa membedakan, mana yang lebih spesial antara Zahra dan nasi goreng.
Maaf ya, lama ga up.
'Maap sama siapa juga, ga ada yang liat cerita Lo Thor.. awokawok'Tapi berhubung gua orangnya suka ngayal ditambah libur panjang gegara Corona jadi yaudah lah ya lanjut aja buat ngibur diri sendiri.
***
Detik berganti menit, menit berganti jam. Siswa SMA pusaka mengemasi barang barangnya untuk kembali kerumahnya masing-masing. Lain halnya dengan seorang gadis yang tidak ada semangat untuk pulang, siapa lagi kalau bukan Zahra.
Lantaran sang ibu menelfonnya pada jam istirahat kedua tadi. Ibunya berkata bahwa dirinya harus cepat cepat pulang, sebab mesti ada hal yang akan dibicarakan.
Namun itu justru membuat Zahra tidak ingin pulang.
Dia masih diam mematung di bangkunya.Melihat Zahra yang sedari tadi hanya diam, sosok laki laki dengan setelan jas yang membuatnya gagah, masuk kedalam kelas Zahra yang kini tinggal dirinya sendiri.
"Ngelamun aja terus! Pacarnya udah jemput pun." Ujarnya
Zahra tersadar dirinya tidak sendiri dan menengok kan kepalanya sekilas melihat orang yang menegurnya itu.
"Hah! Pacar? Saya masih kecil ya mas belum boleh pacaran kata ibu."
"Ahaha yaudah ganti, calon suami."
'huekkk' Zahra pura pura muntah.
"Lama, ayo ikut" laki laki yang tak lain adalah Romi itu lantas menarik tangan Zahra pelan.
Dan segera ditepis olih si empunya."Apaan sih pegang pegang." Zahra lantas menggosok gosok tangannya seolah ingin menghilangkan bekas sentuhan Romi.
Tidak Zahra pungkiri, sentuhan Romi membuat jantungnya berolahraga, ada sesuatu yang aneh yang tidak bisa Zahra ungkapkan.
"Ya makanya ayo. Kita disuruh mampir ke butik Tante Ida buat nyoba gaun." Kata Romi
"Yaudah sana Lo duluan aja si, tar gue nyusul!"
"Ya ngga bisa dong Ra. Nanti kalo dijalan ada yang nyulik gimana?"
"Gak usah lebay deh gue biasa pulang sendiri ini."
"Nyulik aku maksudnya. Udah keren gini siapa yang nggak mau coba, guru di de~" Zahra memotong.
"Gue yang nggak mau!"
"Lo tuh kesini gak tau situasi tahu nggak. Pake jas segala dikira orang penting ?"
Ucap Zahra sarkasme."Kan aku baru pulang sayang. Udah deh ayo kemasi alat tulisnya."
Dengan tampak tak bersalahnya Romi mengemasi barang barang Zahra. Tidak peduli sang punya barang kini memandangnya tak percaya. Seperti ada kupu-kupu terbang di perutnya .
Sumpah yah, gue Deket Romi tuh bahaya buat jantung gue. Ya Allah tolong singkirkan Romi sayaa gak kuatttt teriak Zahra dalam hati.
***
Tak butuh waktu lama kini mereka telah berada di mobil dan hendak pergi ke butik yang ditunjuk oleh orangtuanya.
Sedetik kemudian Romi melepaskan safety belt nya dan mendekatkan tubuhnya kearah Zahra. Zahra diam mematung dan sesekali mengerjapkan matanya tak percaya.
Romi terus mencondongkan tubuhnya, sampai Zahra menutup rapat kedua matanya.
Tangan kanan Romi terulur kesamping kiri Zahra. (Tahu lah yah posisi mereka kaya gimana).
Dannnnn....
Romi mengambil safety belt milik kursi yang diduduki Zahra.
"Prannkkk" pekik Romi
Setelah Romi memasangkannya dia lantas menepok pelan dahi Zahra.
"Pikirannya udah kemana mana aja nih" ujar Romi disela tawa kecilnya.
"Aelah Lo belum apa apa udah KDRT, main tepok tepok aja. Kalo gue bego gimana?" Zahra ngegas.
"Ya nggak papa, asal jangan nurun ke anak-anak aja nantinya" kata Romi dengan santainya.
"Nggak lah. Anak gue kudu mirip sama ibu nya."
"Ya kalo ibunya bego jangan dong"
"Ya makanya Lo jangan maen tampol tampol pala orang sembarangan"
"Ya aku ka~
"Kalo ngebacot terus kapan nyampeee ih udah deh." Ucap Zahra mengakhiri.
***
Suasana hening, Zahra paling gak betahan orangnya jadi dia mengawali pembicaraan.
"Gue berasa kaya di jemput sama bapak gua dah haha"
"Gausah ngebacot kapan sampeknya" kata Romi meniru perkataan Zahra tadi.
"Ishh nyebelin deh. Lagian juga Lo yang bawa"
"Emang aku setua itu ya?"
"Nggak si... Kalo dibandingin sama bapak Lo"
"Aku masih muda ini."
"Serah Lo deh. Ehh Rom berhenti depan tukang nasi goreng depan ya! Laper"
Zahra mengelus perutnya seperti orang hamil, dan ditanggapi kekehan kecil dari Romi.
"Belum buat kok udah ngidam aja ya haha" kata Romi.
"Ishh apaan si Lo curut"
Romi dan Zahra turun untuk mampir makan di sana.
Rupanya warung makan itu sedang sepi hingga mereka leluasa untuk duduk.Bukan rumah makan tapi warung samping jalan yang hanya ada gerobak dan satu bangku yang memanjang dengan meja di depannya.
"Mang usrok nasgornya dua yah makan sini" pinta Zahra.
"Siap neng jahra"kata penjual itu.
"Mang... Panggil saya Zahra, bukan jahra. Jelek banget" tegas Zahra sambil mencebikan bibirnya.
"Nggak papa mang panggilan sayang itu namanya." Timpal Romi ikut ikutan.
"Waduh, bukan gitu Mase. Mamang kan orang Jawa jadi nggak bisa ngomong jet."
"Ohh kirain ada hubungan spesial sama Zahra mang." Canda Romi.
"Ya nggak lah Mase kan udah ada Mase yang jadi pacarnya neng jahra. Mamang mah apa atuh."
"Nggak lah mang, spesial juga mang usrok. Coba kalo nggak ada mang usrok, mau makan apa saya?" Tanya Zahra dramatis.
"Mang, mang usrok di jual nggak? Biar saya bayarin terus bawa pulang?" Tanya Romi yang disambut gelak tawa dari mang usrok.
Ketika mereka saling melempar tawa, terdengar suara laki laki yang baru datang.
"Mang satu, bungkus ya.." pintanya.
Zahra pun melihatnya kaget, begitu juga Romi.
"Loh kamu.....
***
Sampe sini dulu yah guys.
Aku jadi mau bikin cerita ini jadi beberapa chapter aja. Karna emang aku orangnya gampang bosen sama alur cerita.
Misal baca juga kebanyakan tuh yang cuma beberapa chapter jadi yaaaa yaudah lah aku tulis sebagai kenanya aja ya...
Sampe sini baper blm???
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan (Selesai)
Fiksi RemajaCara orang menyampaikan cintanya itu berbeda. Dan kamu tidak perlu menjadi sempurna untuk dicintai. Lalu, cinta dulu baru menikah? menikah dulu baru cinta? Atau bahkan tidak perlu mencintai? ***Masalah dalam hubungan, tidak di alami oleh siswa SMA...