"Games nya apaan?"
"Biasa, nyari barang gak jelas. Coba suruh nyari cowok, kan semangat tuh." Kata Linda malas.
Games dimulai. Seluruh siswa dan siswi berpencar mencari barang yang dimaksud.
Yakni sebuah botol yang didalamnya terdapat hadiah yang nantinya akan mereka terima.Maka dari itu, yang tadinya malas-malasan jadi semangat karena sudah diberi tahukan bahwa hadiahnya bukan main.
"Huftt' capek" Zahra menghela nafas setelah duduk diatas pohon yang sudah tumbang.
Dia memutuskan untuk kembali ketempat terakhir ia berpencar dengan Linda.
Namun naasnya, petunjuk jalan seperti ada yang merubah. Jalan nya jadi ngaco dan membuat Zahra tak kunjung keluar dari area itu."Ini kalo gue maksa nerobos, tar lebih jauh lagi gue tersesat. Diem aja kali ya."
Ia lalu mengambil telfon dan mencoba menghubungi Linda.
Sinyal disana cukup buruk, Zahra sangat geram dengan tanda silang dipojok atas hpnya. Itu menandakan bahwa jaringan tidak dapat di akses disana.Sedari tadi Zahra sudah berteriak minta tolong. Namun sepertinya tidak ada orang yang mendengarnya.
Ia sibuk mencari akal, namun suara daun kering yang sepertinya ada yang menginjak.Bukan, itu bukan suara pijakan seseorang melainkan suara ular yang pernah ia lihat ditendanya. Zahra cukup pintar, ia sudah antisipasi sebelumnya dan menaburkan garam yang ia kantongi.
Disisi lain, Romi mendapat dering pesan di ponselnya.
Betapa terkejutnya ia melihat Zahra difoto itu. Ia seperti sedang kebingungan dan tidak menyadari ada ular disampingnya.Tanpa kata-kata Romi keluar dari ruangan. Ia menemui sekertaris nya terlebih dahulu untuk menyampaikan sesuatu.
Romi POV
Aku mengendarai mobil dengan sangat cepat. Bahkan rasanya kalau bisa ingin ku tambah kecepatannya. Namun naasnya jalanan macet dan itu membuatku semakin geram ditempat.
Suara notifikasi membangunkan ku dari umpatan-umpatan tak jelas itu.
'shitt' rupanya orang yang sama.
+62xxx
Apakah anda mengenalnya? Sudah anda pastikan dia masih bernafas hingga kini?Tidak menghiraukan pesan itu, aku langsung menancap gas ketempat semalam yang aku kunjungi.
Yang ada diotaku kini hanya nama Zahra, Zahra,dan Zahra.
Entah kenapa, wanita satu ini selalu saja sukses membuatku khawatir.Sesampainya disana, aku langsung turun dari mobil yang mendekati area tenda.
Hanya beberapa siswa saja yang berlalu lalang disana.Mataku menangkap sosok yang kuajak bicara semalam. Ketua panitia. Aku langsung menghampirinya.
"Permisi, pak saya cari Zahra" ucapku to the point
"Loh orang tadi malem kan?" Katanya kebingungan.
Tak mau basa-basi aku menunjukan foto yang kudapat tadi.
"Bukannya ini Zahra ya?" Tanya lelaki itu kaget.
"Zahra belum kembali?"
"Ka Romi."
Teriakan dari arah yang cukup jauh membuatku mencari orang yang memanggil namaku.Dia Linda, teman akrab Zahra. Linda lantas menghampiriku dengan tergesa-gesa.
"Awalnya aku mau berpencar sama Zahra, eh dia malah nggak kembali. Udah hampir satu jam juga aku tungguin ditempat tadi." Ujar Linda tanpa basa-basi setelah didepanku.
"Boleh tunjukan jalannya?"
Linda lalu mengangguk mantap. Ia memimpin jalan didepan dan diikuti oleh aku dan ketua panitia tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan (Selesai)
Teen FictionCara orang menyampaikan cintanya itu berbeda. Dan kamu tidak perlu menjadi sempurna untuk dicintai. Lalu, cinta dulu baru menikah? menikah dulu baru cinta? Atau bahkan tidak perlu mencintai? ***Masalah dalam hubungan, tidak di alami oleh siswa SMA...