Ini kisah dua remaja yang tumbuh secara bersama dilingkungan yang sama.
Jesslyn Guan Reiner, biasa di panggil jejes. gadis imut dan super aktif ini tumbuh secara bersama dengan seorang Albert Jordan althara, pria tampan dan populer dikalangan kaum h...
Seperkian detik sepeninggalan Arlan lagi lagi seseorang meneriakinya begitu kencang, namun kali ini dengan suara khas orang dewasa yang begitu berat. Dirinya sontak kaget dan rotinya yang ia pegang ikut terjatuh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡♡♡
"KETUA KELAS 10 IPA 6!!!" teriaknya menggelar ke seisi kantin.
Pak Doni menatap Jesslyn dengan tatapan tajam seraya berdecak pinggang, Jesslyn yang mendapati Pak Doni secara tiba-tiba langsung tersentak kaget dan melemparkan rotinya reflek.
"Ngapain kamu Disini?!" tanyanya dengan tidak santai, Jesslyn bergeming seraya membelakangi tangannya.
"Jawab!" pekiknya membuat telinga pecah saja.
"Emm... Lagi jahit nih," jawabnya melantur sontak Pak Doni semakin melebarkan matanya berapi-api.
"Bangun kamu!" suruh nya sudah geram dengan muridnya satu ini. Jesslyn langsung menurut dan berdiri.
"Seenaknya kamu jajan di kantin padahal jam istirahat belum berbunyi!" lanjutnya masih dengan ekspresi ingin memakan orang saja.
"Saya kan laper pak," ujar Jesslyn melirih layaknya orang kelaparan.
"Mau laper atau nggak. ya, nanti! Waktunya istirahat!" jelasnya Jesslyn menelan saliva mendengar suara pak Doni yang sangat nyaring layaknya terompet tahun baru.
"Lima belas menit lagi juga kan istirahat pak." Elaknya tak ada takutnya membuat pak Doni semakin menjadi-jadi berniat untuk menghukumnya.
"Kamu ya! Semakin menjadi-jadi! saya hukum kamu!" ancamnya.
Sontak Jesslyn terpelonjat dirinya bergeming ngeri. "Pak please jangan hukum saya.. hari ini saya baru aja selesaiin tiga hukuman sekaligus lho pak, masa bapak tega si sama murid paling cantik di seantero SMA Erlangga ini?"
"Itu pantas buat murid gak tau aturan kaya kamu!" cerca nya membuat alis matanya yang tebal itu semakin menebal dan panjang.
"Sekarang kamu lari lima putaran di Lapangan!" lanjutnya. Jesslyn mendengus pasrah.
"Pak..." Lirihnya. Pak Doni tak menggubris dirinya langsung membelakangi Jesslyn.
"CK!" Jesslyn menahan kesalnya dengan guru satu ini, dirinya menghentak-hentakan kakinya di lantai, kesal.
"Cepetan!" galak pak Doni sehabis mendengar hentakan kaki Jesslyn.
Keduanya berjalan kearah lapangan sesampainya pak Doni langsung menyuruh Jesslyn lari lima putaran dan meninggalkannya sendiri.
"Sial banget gue hari ini," beo nya kesal sendiri di sela-sela ia berlari memutari lapangan SMA Erlangga yang luas ini. Lapangannya ini bisa memuat 3 kelas untuk sekali pelajaran namun dengan guru yang berbeda-beda.