🍦-DI. Yogyakarta

16 1 0
                                    

Dua minggu berlalu.

Auris kini memakai kaos berwarna kuning busuk dengan celana kulotnya. Ia membawa beberapa baju untuk berlibur di Jogja bersama sahabat-sabahatnya. Mereka semua berangkat menggunakan pesawat dan di jemput dengan supir pribadi syam di jogja.

Yogyakarta

Auris berjalan masuk menuju villa Keluarga maholtra. Semua orang nampak terkejut dengan villa yang dimiliki keluarga Ashraf ini. Villanya cukup unik, benar saja orang papah auris yang mendesain 35 tahun yang lalu.

"Ayo masuk" ucap Ashraf

"Wow" ucap semuanya melihat villa begitu indah

"Disini memiliki 6 kamar Dua kamar utama dan dua tamu dan selebihnya kamar khusus keluargaku" ucap syam

Aku dan teman-teman masuk kedalam ruang keluarga yang klasik aku seperti berada di balli dan aku melihat syam membuka tirai ternyata itu ruang keluarga yang begitu luas dengan pemandangan dan kolam renang yang indah.

"Nah ini kamar kalian" ucap syam pada ku dan kedua sahabatku.

"Kamar kita dimana?" Tanya dirgam tak sabar

"Yang itu" ucap syam menunjuk kamar sebelahnya.

"Kasurnya muat ko buat kalian bertiga kalo gak muat biar Dannia tidur sama gue" ucap syam tanpa mencerna ucapannya

"Cukup ko cukup" ucapku. Semua orang tertawa kecuali aku dan syam. Kita bertatap-tatapan

"Omongan lo ga bisa di cerna apa?" Ucap dirgam

"Gimana kalo lo ke bobolan bigo. Itu anak orang" ucap farrel.

"Apa sih loe berdua" ucap syam. Ia langsung masuk kedalam kamar lelaki dan para perempuan masuk kedalam kamarnya masing-masing

Clek

"Wow ini keren bangettt" panik rissa. "Coba gue mau foto dong" sambungnya menuju balkon yang mengarah ke taman.

Kasurnya sangat luas, rumahnya sangat mewah dan indah, Ashraf memang orang kaya tidak sebanding dengan Aku yang hanya memiliki kepintarannya saja.

"Woyy auriss, kenapa melamun?" Ucap bunga mengagetkanku

"Gue ngantuk" ucapku. Aku langsung menidurkan badanku di kasur yang luas itu.

"Auris loe gak mandi dulu hah?" Tanya rissa. Aku pun menggeleng.

🍦🍦🍦🍦

Disisi lain ingin sekali syam mengajak dania untuk berjalan-jalan. Tapi anak-anak cewek dari tadi belum keluar kamar.

Aku, dirgam dan farrel pun berada di ruangan keluarga sedang bermain PS, mereka berdua terus kalah denganku.

"Shraf" panggil farrel

"Hmm"

"Loe ngomong ke auris gak di cerna apa" ucapnya

"Memang salah?" Jawabku enteng. Membuat mereka berdua menatapku dengan tajam

"Disini masih banyak kamar kosong" jelasku membuat mereka fokus ke layar televisi.

Clekk

Kamar dania terbuka dengan cepat aku melihat ke sumber suara ternyata temannya keluar. "Haii say" ucap dirgam menyapa pacarnya itu

"Haii sayang" ucap risa. "Kamu sedang apa?" Sambungnya

"Main ps" ucap dirgam. Lalu rissa pun menuju dapur dan membawakan dirgam minuman.

"Ini minum" ucapnya

"Makasih sayang" ucao dirgam.

"Gue mana?" Tanya farrel.

"Ambil aja sendiri" ucap rissa

"Ambilin dong gue lagi mainkan" ucap farrel

"Ashraf loe mau? Biar sekalian" ucap rissa. Aku hanya mengangguk. Dengan cepat rissa mengambil minuman dan memberikannya padaku dan farrel

"Ris, bunga mana ko gak keluar-luar sih?" Tanya farrel

"Liat deh di kamarnya" ucap rissa sambil duduk di samping dirgam. Langsung farrel pun berdiri dan masuk kedalam kamar bunga.

20 menit lamanya akhirnya bunga dan farrel keluar tidak dengan dannia. Ya dannia masih setia di dalam kamarnya itu.

"Dimana dania?" Tanyaku pada bunga

"Masih dikamar" ucap bunga.

"Kalian mau kemana?" Tanyaku melihat bunga dan farrel sudah rapi

"Jalan dong" ucap farrel

"Gue ngikutt" teriak dirgam

"Ayoo rissa" sambung dirgam menarik tangan risa. Lalu mereka berempat pergi dari villa ini tinggal dannia dan aku.

Aku masuk kedalam kamar dimana ruangan khusus kerja papanya dulu. Ruangan yang sejuk dan nyaman. Setelah 1 jam diruangan aku langsung menghampiri dania, rasa cemas menyelimutiku.

Clekkk

Kamarnya terbuka rambut yang acak - acakan sedikit di rapihkan oleh tangannya dan mata merah. Ya aku yakin dia bangun tidur. Aku tersenyum kearahnya.

Aku lihat dania menghampiriku. "Kemana yang lain?" Tanyanya

"Mereka pada jalan" ucapku. Aku melihat gerak-gerik dania menuju dapur. Aku mengikutinya dari belakang.

"Kau laper?" Tanyaku. Lalu dengan cepat dania mengangguk.

"Kamu laper?" Tanya dannia. Deg. 'Kamu'

"Iya" ucapku singkat.

"Aku buat spageti aja ya" ucapnya. Aku mengangguk. Lalu dengan cepat dania memasak seakan dia paling propesional saat memasak.

"Dannia loe sering masak?" Tanyaku

"Iya" ucapnya sambil memasukan slageti dalam air mendidih. "Kamu tau sendiri hidupku dan kakakku sangat mandiri" sambungnya.

10 menit berlalu.

akhirnya spageti pun siap di makan. Dania menyimpan di meja bar dekat dapur. Aku dan dia  makannya.

"Jangan bilang loe sendirian dan" ucapku tiba-tiba. Ia pun menghentikan akhtivitas makannya.

"Kata bunda, kamu pengen ngerasain kasih sayang ibu" ucapku melihat dania matanya sudah memerah.

"Anggap Aja bunda sabagai ibumu juga, maaf karena kemarin-kemarin aku sangat kasar" sambungku.

"Kamu sangat beruntung Syam. Orang tuamu sangat lengkap, kamu juga sangat kaya. Kau bisa membeli apa pun. Tapi tidak denganku, aku butuh kasih sayang ibu. Tapi papa pun melengkapi kasih sayang ibu. Tapi berbeda" jelasnya sambil menangis. Aku langsung mendekapnya

"Kau tidak sendiri, sahabatmu ini akan selalu menjagamu" ucapku. Dania mengangguk dan membalas pelukanku.

GELATOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang