🍦-DFS (2)

8 1 0
                                    

Serapuh itu kah kamu?
Aku tau kamu pasti kuat.
Semangat

-Ashraf Syam Maholtra





🍦🍦🍦

Aku turun dari panggung dan mengambil air tapi sesaat ada seseorang yang menyodorkan air kepadaku. Aku menatap wajahnya ternyata dia adalah Syam.

Aku mengambil air dari meja bukan dari tangan Syam lalu meminumnya. Cahaya mulai redup dan mati. Ada seseorang menarikku. Aku ingin berontak tapi aku sangat lemas.

Cahaya menyala ternyata Syam menarik tanganku menuju tengah-tengah kerumuhan orang yang sedang berdansa.

Dia pun memgang pinggang rampingku. Desiran darahku membiatku gugup. Aku tak pernah sedekat ini dengan lelaki lain.

"Kau begitu cantik" bisiknya di telingaku

"Sudah berapa orang yang kau goda hah?" Tanyaku

"Gue serius" bisiknya. Hembusan napasnya menyapu di kulit mulusku.

Cup

Dia mincium pipiku. Omg kurang ajak dia. "As--" ucapanku terpotong oleh tanganya berada di bibirku.

Aku mengikuti alunan musiknya rasanya aku ingin mendekap tubuhnya. Sahabatku kembali lagi.

"Maaf" bisiknya lagi

Aku mengabaikan ucapan Syam, tangan syam menyentuh punggung mulusku membuaku geli. Tubuh kita menempel dan aku coba melepaskannya ia tak mau melepaskannya..

"Lepaskan" ucapku penuh penekanan.

Dia pun tak menghimbau perkataanku dan aku pun langsung menginjak kakinya dengan sepatuku. Akhirnya aku bisa keluar dari dirinya.

🍦🍦🍦

Kini menunjukan pukul 00.30 semua orang sudah pulang kini tinggal aku. Aku langsung menuju parkiran ternyata Syam sedang menungguku.

"Sedang apa kau?" Tanyaku.

"Masuk" ucapnya. Dia menarik tanganku dan mendorongku agar masuk kedalam mobilnya. Kini mobilnya berjalan menuju keluar sekolah.

Mobilnya berhenti di Club. Aku anti dengan Club. "Kenapa kita kesini?" Tanyaku dengan binggung

Dia menarik tanganku dan membawa ku kedalam club. Sempainya di dalam suara alunan musik terdengar lantang di telingaku.

"Gue mau pulang" ucapku tapi tiba-tiba ada seseorang yang menyapa Syam

"Woy Ashraf" ucapnya "Wow. Cewek mana lagi yang mau loe tidurin" ucap lelaki itu.

"Bangsat, minggir" ucapnya dan menarik tangaku menuju bar di sana. Syam memesan minuman dan meminumnya. Ia tidak mabuk karena kadar alkoholnya rendah.

Minuman kedua syam aku menahan tangannya. "Stop" ucapku

"Kenpaa?" Ucapnya

"Stop jangan minum lagi"

"Kenpa dania." Ucapnya membuat hatiku hangat ia memanggilku dania.

Tangannya itu menyimpan botol bir dan langsung memegang pipi mulusku itu. Ia menatapku ya kita berdua saling menatap. Tanpa sadar syam memajukan wajahnya dan..

Cup.

Ia mencium bibirku dengan lembut, aku ingin berontak tapi tangannya berada di punggung mulusku ya ia memperdalam ciumannya.

Plak

Tamparan keras mendari di pipi kiri syam. Ia tersadar dan menyudahi ciumanya.

"Brengsek" ucapku air mataku turun, ya karena ciuman pertama gua di ambil dengan seenak jidatnya.

"Dania tunggu" teriak syam aku langsung berlari ke luar. Lalu syam mengambil tanganku dan menarik menuju mobilnya.

Aku masuk kedalam mobil sambil menangis sesegukan. Syam menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi sekali membuatku memegang erat sabuk.

"Hentikan Syam. Aku mohon berhenti" teriakku langsung ia memberhentikan mobilnya aku menangis lemas rasanya.

"Gue mohon jangan menangis" ucapnya aku mengabaikan ucapannya

"Gue gak suka liat loe nangis dania. Jadi gue mohon berhenti" ucapnya.

"Loe tau apa sebabnya gue nangis? Karena loe. Kelakuan bejat loe itu brengsek" ucapku mulai memuncak amarahku. Ia memegang tanganku.

"Gue mau pulang" ucapku.

"Iya" ucapnya. Ia pun membawa mobilnya dengan kecepatan rata-rata rasa bersalah menyelimuti syam. Ciuman pertama dania ia  ambil begitu saja.

Syam tau sahabatnya ini sering menangis tapi syam tidak bisa melihat dania menangis karenanya. Tapi syam selalu saja memberi luka kepada dania.

Tapi apa salahnya Syam mencium dania. Ia pasti tau kalo dania itu masa depannya nanti. Tapi jika bukan masa dengannya nanti syam akan berusaha untuk menikahi dania.

Syam melihat wajah damai dania. Dania sedang tertidur pulas. Tidurnya seperti baby saja menggemaskan.

Cup

Syam mencium kening sahabatnya itu. Tapi keningnya begitu panas sekali. Ia langsung memberhentikan mobilnya dan mengambil termometer di dalam mobilnya itu ternyata benar dania sangat panas.

Rumahnya cukup jauh karena ia berjalan dari club. Kini jam tangan melingkar di tangannya menunjukam pukul 02.00 dini hari. Ia bisa kena marah orang tua kalo dia membawa dania dengan keadaan sakit.

Tapi untung saja ka al dan ja aurel sesang pergi hanimoon keluar negri membuatku gak merasa canggung. Karena dirinya membawa sang adik dengan keadaan tidur.

GELATOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang