Dan besok malamnya, mereka undang para tetangga dan sanak famili dekat untuk makan malam bersama di rumah mereka. Syukuran karena Supriyanto lulus sekolah.
Dalam acara itu, Suprihatin membaca ayat-ayat suci Al Quran. Sementara di kakus, karena takut ketahuan ayahnya... diam-diam Supriyanto menikmati rokok ketiga dan terakhir yang boleh ia isap hari itu.
Waktu itulah Supriyanto teringat bagaimana ia terpaksa mengencingi tangannya demi menghilangkan bau rokok. Ingatan itu berkembang ke asal muasal ia sampai merokok sedemikian banyak. Apa yang sebelum ini telah ia lupakan karena terus memikirkan EBTA serta ibunya yang sakit keras, mendadak tampil lagi ke permukaan: perempuan cantik yang itu !
Usai syukuran, ia mengajak Markus pergi berdua meninggalkan rumah.
"Kutraktir abang makan kambing guling di Tomang," ujarnya.
Nyatanya, sambil menikmati kambing guling Supriyanto langsung saja mengemukakan isi hatinya.
"Sudah kau temukan Nyonya itu untukku, bang Markus?"
Markus agak kaget, namun segera menguasai diri.
"Sudah," jawabnya.
"Dan?"
"Ia sudah pindah. Kata mereka, pindahnya terburu-buru..."
"Pindah?" ganti Supriyanto yang kaget. "Pindah kemana?"
"Penghuni baru rumah itu bilang, Marni tidak mau memberitahu."
"Marni?" Supriyanto tertarik. "Abang maksud, pelayan judes itu?"
"Aku tak tahu nama pelayan itu. Yang bernama Marni, majikannya. Sang Nyonya..."
"Oh, oh. Kok jelek amat. Kontra dengan orangnya."
"Apalah artinya nama!" Markus berlagak puitis. "Yang penting, orangnya."
"Ia punya suami?"
"Tidak."
"Janda, kalau begitu."
"Juga tidak."
"Gadis?" Supriyanto membelalak. "Ia masih gadis?"
"Aku yakin, tidak."
"Bagaimana abang yakin?"
"Karena aku telah tanya sana tanya sini. Sumber-sumberku dapat dipercaya, pak Kapten!" Markus senyum-senyum.
"Oke, Sersan!" Supriyanto balas tersenyum. "Apa kata sumbermu?"
"Marni kelas atas."
"Apa?"
"Kelas atas. Langganannya pilihan. Taripnya sekali pakai, di atas seratus ribu..."
"Maksud abang, dia..."
Supriyanto tak lagi dapat menikmati makanannya. Juga tak mampu meneruskan kata-katanya.
Markus yang meneruskan:
"Marni itu seorang wanita panggilan. Jelasnya, Marni itu pelacur!"
Supriyanto menenggak minumannya. Berucap:
"Syukur!"
"Lho. Kok malah bersyukur?"
Jawab Supriyanto puas:
"Tadinya, kukira ia itu isteri muda papaku..." Lantas menambahkan: "Aneh ya. Kok dia buru-buru pindah?"
"Apanya yang aneh?"
Itu bukan pertanyaan. Itu pernyataan, yang diucapkan acuh tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIMADONA - ABDULLAH HARAHAP
AdventureSebuah novel lama karya Abdullah Harahap yang terbit dalam bentuk stensilan di tahun 1980an, berkisah tentang petualangan seorang perwira polisi bernama Supriyanto.