Prolog°

83.9K 9.3K 717
                                    

Itu dia Lee Jeno, sedang berjalan santai menuju ruang BK padahal orang tuanya sudah menunggu dia di dalam ruangan.

Saat dia membuka pintu, dirinya langsung ditatap oleh mama dan guru nya.

"Ayo cepat duduk Jeno." Pinta guru BK.

"Jadi ini dia raport Jeno untuk semester ini, seperti yang bisa dilihat nilainya mengkhawatirkan. Bila Jeno tidak bisa meningkatkan nilainya saya tidak yakin dia akan bisa naik kelas di semester depan."

"Dan juga nilai sikap Jeno itu masih kurang. Jangan sampai kamu lupa Jeno kalau nilai sikap juga dijadikan pertimbangan untuk kenaikan kelas."

Mama Lee hanya bisa menghela napas, entah berapa kali dia menasihati Jeno tetapi semuanya hanya dianggap angin lalu.

"Saya sudah sering memarahinya Bu tapi itu semua tidak berguna, dia tidak pernah mendengarkan saya."

Jeno mendengus pelan, sudah bosan dia mendengar semua ocehan dari orang tua serta gurunya.

"Saya rasa dia harus mendapat seorang tutor." Ucap guru BK.

"Saya sudah pernah mencobanya Bu, namun tetap saja hasilnya nihil."

"Ehm ada satu tutor yang dapat dibilang manjur untuk mengajar anak-anak yang sebelas dua belas dengan Jeno. Dia juga murid di sekolah ini."

"Berarti seusia dengan Jeno?"

"Iya betul sekali."

"Memangnya bisa anak seusia Jeno menjadi tutor?"

"Tentu saja bisa, anak ini sangat pintar dan sikapnya juga baik. Sudah banyak murid lain yang diajar olehnya dan hasil nilai mereka langsung meningkat."

"Wah hebat sekali anak itu, boleh deh jadi tutor anak saya. Boleh minta nomor anak itu?"

"Sebentar ya." Guru itu menuliskan nama serta nomor teleponnya di kertas lalu memberikannya kepada mama Lee.

"Saya harap nanti nilai Jeno bisa meningkat ya."

Jeno benar-benar tidak peduli, dia bahkan tidak melirik kertas yang diberikan oleh guru BK.

Dia juga menatap malas guru BK tersebut.

"Baik bu terima kasih atas sarannya, kami pamit dulu ya." Ucap mama Lee sambil tersenyum.

"Jeno bilang makasih dong." Bisik mama Lee kepada anaknya.

"Makasih bu." Ucapnya malas.

Yaampun rasanya mama Lee ingin melempar Jeno dari atap gedung sekolah ini.

Memang nilainya terendah di sekolah ini dan sikapnya juga tidak baik, tapi dia kan penerus perusahaan papanya. Jadi nilai serta sikap tidak penting karena masa depannya sudah terarah.

Sepanjang perjalanan di mobilnya, mama Lee memarahi Jeno. Sedangkan dia? Menatap Handphonenya sambil membalas pesan dari pacar-pacarnya.

Tapi bagaimana jika tutornya itu justru menarik perhatiannya yang berujung menjadi hubungan spesial.




Tbc°

Saya yakin kalian pasti tahu bagaimana cara menghargai karya seseorang, jadi jangan sider ya!

Saya yakin kalian pasti tahu bagaimana cara menghargai karya seseorang, jadi jangan sider ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Tutor | NoMin]

Tutor | nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang