• WHO •

1.2K 154 36
                                    

MAU NANYA, BENERAN NGGA SIH ADA YANG TERTARIK SAMA CERITA INI? NANYA SERIUS LOH.

Soalnya, kalo ngga bakal aku unpub.. T~T.

.

.

.

.

.

.

Siang ini Jimin mengajak Seulgi menghabiskan waktu bersama, sekedar makan siang dan berkeliling busan tidak terlalu buruk.

Ketika Jimin memarkir mobilnya didepan salah satu cafe Seulgi sempat terdiam, pasalnya cafe yang dipilih Jimin merupakan cafe favorite Seulgi sejak sekolah menegah.

"Kau suka kan? ayo masuk kedalam, aku akan memesan cake beruang coklat dan juga vanilla ice cream untukmu." ucap Jimin begitu hafal apa saja yang Seulgi sukai.

Sambil mengulum bibirnya sendiri menahan senyuman malu, Seulgi pun bergegas keluar dari mobil. Saat kakinya baru saja menapak aspal, Jimin meraih tangan putih Seulgi kemudian berjalan berdampingan menuju cafe.

"Ehm duduk di sebelah, sana!." Jimin mempercepat langkahnya setelah menunjuk meja nomor 13, tepat sekali dekat dengan jendela.

Lagi lagi Seulgi harus menghadapi tingkah manis Jimin, jangan kira pipi gembul Seulgi tidak memerah, meski hanya hal sepele tapi apa yang dilakukan Jimin hari ini cukup membuat Seulgi terkesan. Bak mengajak seorang ratu untuk makan siang, Jimin sangat telaten melayani Seulgi, menarikkan kursi, memesankan makanan, serta menanyakan apa yang Seulgi inginkan selain yang Jimin sebutkan tadi.

"Tidak Jim, sudah cukup."

Masih memamerkan senyum manisnya, Jimin mengangguk paham. Pria berpakaian formal itu nampak sangat senang ketika memiliki waktu berdua dengan Seulgi, melihat wanita yang ia cintai tersenyum dan membinarkan mata sipitnya, cukup membuatnya tenang.

Jimin meraih tangan Seulgi, digenggam kemudian ia mengelusnya pelan. Seulgi memanglah candu bagi Jimin, susah sekali mengalihkan pandangannya meski hanya sekejap, tidak ada rasa bosan ketika kedua netra coklatnya mengamati sosok ayu dihadapannya.

"Jimin, kutusuk mata sipitmu itu jika terus menatapku!." ketus Seulgi sambil menunjukkan ekspresi wajah cemberut.

Makin gemas saja Jimin, ingin sekali memeluk Seulgi lalu menciumnya tanpa henti. "Iyaaa, jangan kasar kasar, kau marah malah membuatku semakin cinta."

"Ck, simpan rayuanmu itu. Geli sekali mendengarnya." dengus Seulgi seraya mengalihkan pandangannya dari sosok yang justru tidak mau berhenti menatapnya.

Tidak lama kemudian, pesanan mereka sudah tiba. Seulgi terlihat begitu girang melihat cake berbentuk beruang yang sangat menggemaskan, sambil mengangkat garpu dan sendok, seulgi tidak memudarkan senyum lebarnya. Tapi, ada hal lain yang membuat fokus Seulgi teralihkan, diatas kepala beruang tsb, ada ukiran dari coklat, yang bertuliskan "WILL YOU MARRY ME, SEULBEAR?.".

"Jangan dipandang terus menerus, lava coklatnya akan memadat jika terlalu lama kau diamkan." celoteh Jimin sebelum memasukkan sesendok cheesecake kedalam mulutnya.

Seulgi mendongak dan menatap Jimin dengan tatapan inosen, ia menunjuk tulisan tsb hingga jimin melihatnya.

"Oh, sudah dilihat ya..jadi, i will atau i will?." goda Jimin.

Bukannya menjawab, Seulgi malah merusak ukiran coklat itu menggunakan garpu. Seketika raut wajah Jimin jadi muram.

"Yah.... kan sayang.." lirih Jimin kecewa.

Before A SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang