• NOT OVER ; STILL •

1.5K 173 9
                                    

* VOTE *
TARARENGKYU 🤘 ABIS ADA REVISI CERITA, JADI MAAF UP UP TERUS 😭

.

.

.

.

.

.

Pagi pagi sekali, mungkin jam 5 subuh Seulgi terbangun, punggung tangannya mengusap pelan kedua monolidnya dan mencoba melebarkan pandangan. Seulgi menoleh ke sisi kanan tempat Jimin tidur semalam, namun kosong. Ia mengedikkan bahu lalu berjalan gontai meninggalkan kamar. Masih sangat sepi, mengingat Bora semalam tidak pulang karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, Jungkook? Oh ayolah, pria bergigi kelinci itu kan tidak akan bangun sebelum jam 8 pagi.

Sambil berjalan pelan menuruni anak tangga, Seulgi mencium aroma yang sedap.
Snif snif ...

Ia berjalan menuju dapur mencari asal aroma yang cukup menyadarkan dirinya dari rasa kantuk dan dingin yang masih ia rasakan.

"Jimin?." lirih Seulgi memastikan jika pria yang sedang memotong sayuran dinakas dapur memanglah Jimin. Seulgi meraih karet gelang diatas meja dan mulai menggelung rambut panjangnya sembari menghampiri Jimin.

Sadar akan langkah seseorang, Jimin tersenyum simpul. "Sudah bangun?." tanya Jimin tanpa menoleh dan memilih tetap sibuk memotongi sayuran.

"Sudah, bukankah masih terlalu pagi untuk memasak? bahkan, diluar masih sangat gelap." ujar Seulgi sambil melontarkan pertanyaan.

"Benarkah? masih gelap ya? tapi, kenapa disini sangat terang?." cetus Jimin sambil menatap Seulgi lalu mengedipkan satu matanya.

Seulgi mendecih dan tersenyum kecut. "Dasar, setelah selesai masak, pulanglah. Terimakasih sudah menemani."

Mendengar lontaran Seulgi, Jimin menghentikan aksi potong memotong sayur dan meletakkan pisau yang ia gunakan diatas meja. Jimin menghela nafasnya pelan, sebelum ia berbalik badan, meraih pundak Seulgi lalu memegangnya kuat kuat. Sedikit membuat Seulgi terkejut, ia menatap wajah Jimin dengan tatapan penuh tanya.

"Bisa kita mulai dari awal?."

●■●■●■●■●■●■●

Sana menangis didalam ruangan ayah Jimin, ia bahkan tak berhenti menangis sejak pagi tadi. Keduanya dilanda kebingungan dan juga emosi yang teramat menyesakkan. Pria paruh baya bernama Park Ji Hyun itu terlihat frustasi.

"Semua salahmu! bodoh!." teriak Sana dengan isakan yang sesak dan airmatanya turun deras tak ada habisnya.

Park Ji Hyun tersenyum smirk lalu mengalihkan pandangannya dari sosok gadis dihadapannya.
"Kau yang bodoh Sana, bagaimana bisa mantan kekasihmu itu mengikuti kita?! kenapa kau tidak selesaikan saja kisah kalian berdua sampai tuntas?!Hah!." bentak Jihyun geram.

Emosi yang meluap memaksa Sana untuk tak gentar meski hatinya sangat sakit. Ingin hati membela diri, tapi semua terlambat. Sana melangkah terlalu jauh, dan sulit untuk bisa menyelesaikan.

Sambil menahan getaran tubuhnya,Sana bangkit dari sofa ruangan Ji Hyun. Gadis berambut panjang itu mengusap pelan airmata yang membanjiri wajahnya. "Kau tau Ji Hyun ssi? kita sudah melakukannya! bagaimana jika jimin menceraikanku?! bagaimana jika ia mengusirku darisini?! BAGAIMANA AKU BISA BERTEMU DENGANMU LAGI! KEPARAT!." pekik Sana penuh penekanan. Tubuhnya kembali terhuyung, lemas, hingga Sana jatuh terduduk diatas sofa empuk berwarna maroon tsb.

Before A SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang