Before you go

902 102 11
                                    

Hari ini, 11 mei 2020. Aku telah melahirkan bayiku, dia berjenis kelamin laki laki. Butuh perjuangan keras untukku bisa melahirkan normal, aku sendiri tidak paham, dokter sangat khawatir saat aku meminta persalinan secara normal. Ternyata, tim dokter khawatir aku masih trauma akan kehilangan Jiyeon waktu itu. Ah, tiba tiba aku merindukan Jiyeon.

Kini, aku dirumah sakit, menggendong bayiku, bersama Jimin, Ibu, Jungkook, Yeri dan juga Rose.
Mereka begitu bahagia karena putraku telah lahir didunia ini.

Jujur, entah mengapa aku sangat tenang dan bahagia kala melihat Jimin menggendong putra kami. Dia terlihat bahagia sekali, sorot matanya dan semua ucapan seorang ayah untuk anaknya. Haru. Aku ingin memeluknya.

Oh..perkenalkan, putraku.. Park Seulji.

×××××××

3 hari berada dirumah sakit membuat Seulgi bosan, wanita bermarga Kang itu mendengus sebal dan menggerutu setiap saat. Untungnya, Jimin tidak pernah mengeluh mendapati istrinya meracau seperti ini.

Sambil menimang Seulji, Jimin berusaha tegar dan bersiap kalau kalau Seulgi membahas soal janjinya. Janji, dimana Jimin akan benar benar pergi merelakan Seulgi.

"Jim."

"Seulgi."

Yah..barengan 🤓

Jimin mengulum bibirnya sendiri kemudian meminta Seulgi mengatakan apa yang ingin ia sampaikan lebih dulu.

"J-jim, ehm..Seulji baru saja lahir..k-kurasa, kau harus tetap disini setidaknya sampai aku mampu menjalani kehidupanku sebagai seorang ibu."

Lega rasanya, baru saja Jimin ingin menunda kepergiannya karena terlalu excited akan kelahiran putranya. Ia mengangguk antusias. "Ya, tidak masalah..selama itu juga, aku akan menjadi ayah yang baik untuk Seulji. Besok, kau sudah boleh pulang kan? aku akan meminta kak Seokjin untuk membeli semua keperluan Seulji, dari stroller, pakaian, susu bayi, tempat tidur bay---"

"Aku..aku ingin kita membelinya bersama Jim, tidakperlu meminta kak Seokjin melakukannya." potong Seulgi tanpa menoleh pada Jimin.

Kalau boleh, Jimin ingin berteriak girang sekarang. Bukankah, tanpa sengaja Seulgi ingin menghabiskan waktu bersamanya?
"Begitu?..baiklah, kau ibunya...kau berhak memilih semua yang kita perlukan untuk Seulji."

"Hm, k-kau..kau juga ayahnya.."

Tepat setelah Seulgi bersuara, mereka berdua merasa canggung, seperti baru pertemu pertama kali.

"Ah, bisakah kau menggendong Seulji sebentar? aku akan membeli beberapa makanan untukmu." ujar Jimin seraya menyerahkan Seulgi yang terlelap pada Seulgi.

"Iya, hati hati.."

Pria dengan turtleneck putih itu bergegas keluar dari kamar Seulgi, melangkah buru buru menjauh kemudian merogoh ponselnya. Seperti dikejar kawanan anjing, Jimin sampai kalang kabut ketakutan sendiri, memegang ponselnya saja seperti sedang memegang rudal.

Rupanya, Jimin mencari nomor seseorang, setelah menemukan nomor yang ia cari, ia pun menelfon nomor tsb.

"Halo? kau dengar aku, kumohon jangan bertanya apapun, cukup lakukan yang kuperintahkan. Pertama, kau sudah menyiapkan cek yang kuminta? kedua, semua kebutuhan bayi sudah kau lengkapi? ketiga, tiket pesawat milikku..sudah ada kan? jangan sampai kau salah memesan, karena..tepat 3 hari dari sekarang, aku akan pergi. Jangan bertanya! yang terakhir.. tetaplah mengintai Seulgi dan anakku, kau harus memberiku kabar soal perkembangan mereka. Waktuku tidak banyak, kumohon.. pastikan Seulgi dan Seulji bahagia tanpaku."

Before A SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang