Hold me tight

797 99 13
                                    

Kelamaan gasih aku up dilapak ini?




Seulgi

Entahlah, aku tidak ingat. Setahuku, aku menangis dipelukan Taehyung. Tapi kini aku sedang berbaring dikamarku, hidungku sedikit kesulitan untuk dibuat bernafas, mungkin karena aku menangis terlalu lama.. yang kudengar dari balik rumahku ini adalah suara hujan, hujan yang sangat deras dengan sambaran petir yang kian memekik setiap menit.

Aku memutuskan untuk keluar kamar, dan aku dikejutkan oleh gelapnya seisi rumahku. Oh, aku ingat.. Yeri dan Jungkook tidak ada disini, ibu juga pergi ke Ilsan, Rose dan Jennie pasti kembali ketempat mereka masing masing, lalu..Taehyung? apa dia meninggalkanku sendirian?

Kuputuskan untuk menyalakan semua lampu rumah kemudian duduk diruang tv, ingin hati menonton televise namun karena mataku yang sembab dan bengkak, aku mengurungkan niat untuk menonton televise.

"Hmm.."

Baiklah, aku keluar menuju balkon, meski basah dan terkena siraman hujan,aku tidak peduli. Dingin yang menusuk tulang, jauh lebih bisa ditoleran rasa sakitnya, daripada penderitaanku selama ini. Hingga, monolidku menemukan sesosok manusia yang sedang berdiri dihalaman rumahku.

Mungkin aku berkhayal.

Tidak, siapa? Taehyung?

"Taehyung, sedang apa kau disana? masuk saja, nanti kau sakit kalau berlama lama terkena hujan!."

Tidak ada pergerakan sama sekali.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Seulgi ragu untuk keluar kehalaman rumahnya, karena hujan yang begitu deras ia sempat berpikir dua kali untuk menghampiri Taehyung. Ia memutuskan untuk memakai payung sebelum keluar menuju halaman depannya.

"Taehyung, apa yang kau...."

Monolid Seulgi melebar, pria yang sedang berdiri membelakanginya kini memutar tubuhnya, menampilkan wajah yang sangat tidak asing untuk dikenali.

"J-jimin--"

Otomatis, Seulgi melangkah mundur, sudah Lelah kalau harus berinteraksi dengannya. Tetapi, hal yang membuat Seulgi berhenti melangkah menjauh adalah, saat ia tahu bahwa Jimin sepertinya sudah berdiri terlalu lama disini, tubuhnya basah kuyup dan bergetar, bibirnya pucat sekali dan sorot matanya sangat sendu.

"J--jim, kau baik baik saja?." Seulgi merendahkan pandangannya, mengamati sosok pria itu yang kian melemah.

"S-seulgi, dd--d--dingin.."

bruk.

Butuh waktu dan kekuatan extra untuk bisa membawa Jimin masuk kedalam rumah, meski ia sama sekali tidak mengingikan hal ini, tetap saja rasa kasihan itu masih ada. Belum lagi, Jimin bisa bisa mati kaku kalau dibiarkan terguyur hujan sampai besok. Masih kurang baik bagaimana Seulgi?

Sungguh, tidak ada maksud lain, Seulgi hanya tidakmau Jimin memakai pakaian basahnya, mau tidakmau dialah yang harus menggantikan pakaian Jimin, kebetulan beberapa baju pria itu masih tersimpan dilemari Seulgi.

Setelah menggantikan pakaian Jimin, Seulgi memakaikan selimut ditubuh Jimin, lalu ia membuatkan teh hijau dan juga bubur untuk Jimin.

"Seulgi.." lirih Jimin yang mulai tersadar dari tidurnya.

Before A SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang