Senyum bahagia yang Jeno pasang sedari tadi tak kunjung hilang. Bocah itu senang bukan karena deretan makanan di mejanya, melainkan karena orang yang selama ini ia cari sudah ia temukan. Bocah itu awalnya merasa ketakutan ketika ada seorang wanita asing datang menjemputnya di sekolah. Namun, ia seketika percaya saat wanita itu bercerita tentang Amber dan semua hal yang Jeno ketahui hingga membuat bocah itu yakin bahwa ia adalah orang yang selama ini dicarinya.
Irene hanya diam mendengar Jeno berceloteh. Hutang rindu terhadap anaknya akhirnya dapat Irene cicil dengan memandang senyum dan mendengar suara imutnya. Ingin rasanya Irene menumpahkan air mata yang selama ini ia tahan untuk Jeno, tapi hal itu terlalu sayang ia lakukan karena takut perasaan Jeno ikut menjadi buruk.
"Dari tadi Jeno selalu menyebut nama Dani, apa kau sangat menyukainya?"
"Ne~ Jeno sangat menyukainya, dia teman yang baik. Jeno juga suka pada Tante Krystal."
"Krystal?"
"Eung~ Ibunya Dani. Kami pernah piknik bersama dengan ayah juga."
Banyak sekali cerita yang Jeno bagikan pada Irene. Kebanyakan cerita anak itu berputar pada Amber, Krystal dan Dani. Entah mengapa, hal itu membuat hati Irene geram dan merasa tak rela.
"Jeno-ya." potong Irene pada cerita Jeno.
"Ne?"
"Antara Ibu dan Krystal, siapa yang lebih Jeno sukai?"
Jeno diam sejenak untuk kemudian memberi jawaban.
"Ibu."
"Benarkah?" respon Irene merasa senang Jeno lebih memilihnya timbang Krystal.
"Tapi, Jeno akan lebih suka jika ibu ada di rumah. Kenapa ibu tidak pernah pulang? Ayah selalu bilang ibu pergi untuk bahagia. Apa ibu bahagia?"
Irene segera menunduk, ia tak berani menatap mata Jeno yang sedang menunggu jawaban atas pertanyaannya. Apakah selama ini ia bahagia? Tentu saja tidak. Setiap detik Irene merasa kesakitan karena memillih untuk pergi meninggalkan anak yang baru saja ia lahirkan. Ditengah kekalutan hati Irene, Jeno yang sedaari tadi menunggunya berucap itu memekik, memanggil sang ayah yang baru saja sampai. Jeno belari, menghampiri Amber untuk menunjukkan bahwa ibunya sudah pulang.
"Kau sudah datang?" sambut Irene pada Amber setelah mencoba menata hatinya.
Amber tak segera menjawa pertanyaan Irene, pria itu menatap tajam pada Irene yang terlihat seakan tak ada yang salah.
"Keluarlah, kita harus bicara."
"Kenapa? Kita bisa bicara di sini."
"Keluar, sebelum aku merusak tempat ini."
Jeno terlihat murung di dalam cafe sambil mengamati Amber dan Irene yang berada di luar. Jeno tak paham dengan orang dewasa, mereka sangat rumit mengapa mereka harus rela berdiri diluar ketika ada banyak sekali kursi di dalam. Bukankah akan lebuh nyaman dan menyenangkan jika mereka bisa duduk bersama dengan makana-makanan enak yang sudah tersedia di meja.
"Apa kau sudah gila?"
"Kau yang sudah gila. Bagaimana bisa kau membawa masuk wanita lain ke dalam rumah saat kau masih memiliki seorang istri?! Kenapa mantan pacarmu itu bisa ada di sana?"
"Jangan mengubah arah pembicaraan. Apa maumu."
"Aku kembali untuk Jeno."
"Berhenti omong kosong. Ke mana saja kau selama ini beraninya kau bicara seperti itu." amarah Amber memuncak mendengar ucapan Irene yang seakan peduli pada Jeno sementara yang ia lakukan adalah pergi menghilang tanpa kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Story
FanfictionSepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama beberapa tahun namun harus berpisah karena sebuah penolakan yang dilakukan oleh ayah dari sang gadis. Bertahun-tahun berlalu sejak terakhir kali mereka berhubungan. Hari itu, di depan sebuah TK me...