23

864 113 21
                                    

Hal yang tak pernah Amber duga saat ini sedang ia jalani. Irene kembali ke rumah yang sudah bertahun-tahun ia tinggal. Dan yang paling parah adalah fakta yang baru saja ia ketahui mengenai Irene. Separah itukah kehidupan rumah tangga mereka hingga membuat Irene depresi. Seburuk itukah ia sebagai seorang suami hingga tak mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya. Amber bergelut dengan isi kepalanya selama perjalanan.

Sesampainya di rumah Amber melihat Irene berada di dapur. Meskipun sudah hampir satu minggu Irene di sana, nyatanya Amber masih belum terbiasa akan hal itu. Meskipun berada di rumah yang sama, keduanya tak pernah bertegur sapa. Mereka hidup seakan tak melihat atau mengakui keberadaan masing-masing. Hingga malam itu, untuk pertama kalinya Amber membuka mulutnya.

"Belum tidur?"

Irene menatap aneh pada Amber. Dia segera merapikan gelas dan hendak ke kamar Jeno. Selama di sana Irene tidur dan tak pernah melepaskan dirinya dari Jeno.

"Bersikap biasa saja. Jangan akting dan sok ramah, di sini tidak ada Jeno." ketus Irene melewati Amber begitu saja.

Amber menghela nafas. Ia sebenarnya kesal melihat respon tak bersahabat Irene ketika dirinya mencoba mengajak Irene untuk berkomunikasi. Ingin rasanya Amber bertanya langsung pada Irene mengenai keadaannya yang sebenarnya. Namun, Amber merasa bahwa malam ini bukan waktu yang tepat.

~

Setelah mengantar Dani ke sekolah Krystal tidak langsung pulang. Wanita yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga itu berkeliling mencari pekerjaan lain karena sepertinya Jeno tak lagi membutuhkan seorang pengasuh dan sangat tidak mungkin jika ia kembali masuk ke rumah di mana Irene berada.

Krystal berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, hingga siang menjelang belum ada tempat yang menerima seorang janda beranak satu itu.

Amber yang baru saja makan siang bersama dengan beberapa kolega tak sengaja melihat Krystal melalui kaca restoran. Wanita itu berjalan dengan lesu dan pundak yang membungkuk. Amber segera berpamitan meskipun sebenarnya ia belum selesai membicarakan bisnis dengan mereka. Melihat Krystal yang sedemikian rupa emembuat Amber tak bisa duduk dengan manis.

Amber berlari, mengejar dan meraih tangan Krystal yang sedari tadi tak mendengar teriakannya.

"Apa yang sedang kau lamunkan hingga tak mendengar panggilanku?"

"Ah, maaf." gagap Krystal menyangka bisa bertemu dengan Amber.

"Kau mau ke mana?"

"Hanya keliling, aku bosan di rumah sendirian."

Kebohongan yang sedang Krystal lempar ternyata tak berpengaruh pada Amber. Melihat amplop yang berada di tas Krystal membuat Amber menyimpulkan bahwa wanita itu sedang mencari sebuah pekerjaan.

"Apa kau sudah makan? Sudah lama kita tidak makan bersama. Disini ada sebuah restoran enak, apa kau mau mencobanya?"

Krystal tak memiliki kesempatan untuk menjawab. Sepertinya amber melemparkan pertanyaan tersebut tanpa mengharap sebuah jawaban.

Amber menggeret Krystal ke sebuah restoran meskipun sebenarnya ia baru saja makan siang bersama rekan bisnisnya.

Meskipun Amber penasaran ia tak langsung menghujami Krystal dengan beragam pertanyaan. Sementara Krystal meladeni permainan Amber sambil menyiapkan jawaban. Krystal tau bahwa Amber sadar akan kebohongannya karena tadi Amber sempat memandang lama pada isi tasnya.

"Apa tidak ada yang ingin Oppa tanyakan padaku?"

"Hem? Bukankah dari tadi aku bertanya?"

"Oppa pasti sudah sering sekali melihat amplop seperti ini kan?"

Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang