Irene pulang dengan kekesalan yang teramat sangat. Kecerobohan Amber dan keegoisan Krystal membuatnya berada di antara keduanya. Kenapa dia harus berada diantara kekacauan mereka, kenapa ia harus terseret dalam hubungan yang tak jelas ini.
Ingin rasanya Irene menghujami Amber dengan jutaan pertanyaan. Ia ingin mengatakan semuanya, mengenai Dani dan Krystal. Namun, langkah kaki yang awalnya berjalan dengan cepat itu riba-tiba terhenti. Mau diakui atau tidak ia tetap menyukai Amber. Irene bahkan mengutuk dirinya sendiri karena masih saja menyimpan perasaan pada pria yang menurutnya sangat brengsek itu. Irene benci karena dirinya sangat menyukai Amber. Amber yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Pria yang dulunya dingin berubah menjadi perhatian dan hangat terhadapnya. Irene tak ingin membiarkan apa yang seharusnya ia dapat sejak dulu itu hilang lagi. Selain itu ada Jeno, ia tak mungkin membiarkan Jeno kehilangan ayahnya.
"Anak Amber hanya Jeno. Wanita itu bisa saja berbohong." pekik Irene dalam hatinya.
Kepulangan Irene disambut dengan teriakan Jeno yang sedang bermain dengan Amber di ruang tamu.
"Jeno belum tidur?" Irene berlutut dan membalas pelukan Jeno.
"Jeno menunggu ibu."
"Benarkah? Tapi bagaimana ini, sepertinya malam ini ibu tidak bisa menemani Jeno. Malam ini ibu akan tidur di kamar ibu bersama dengan ayahmu."
Amber mendelik mendengar ucapan Irene. Bagaimana ia bisa mengatakan hal itu tanpa meminta persetujuan darinya terlebih dahulu. Akan sangat aneh jika mereka tidur di kamar dan ranjang yang sama setelah semua yang terjadi.
Jeno nampak kecewa, namun ia mengangguk paham.
Malam semakin larut. Setelah Jeno tertidur Irene keluar menuju balkon menghampiri Amber yang yang sedang berada disana.
"Sejak kapan kau merokok?" Ucap Irene ikut duduk disamping Amber.
Amber segera mematikan rokoknya setelah menambil hisapan terakhir.
"Apa maksud ucapanmu tadi?" Amber mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Yang mana? Tidur di kamarku? Bukankah kau minta rujuk? Apa aku tidak boleh di kamar yang sama denganmu?"
Amber berdeham mendengar kalimat itu kembali keluar dari mulut Irene.
"Aku sakit parah."
"Aku tau."
"Aku berniat untuk sembuh."
"Aku akan menemanimu berobat."
"Ini adalah kesempatan terakhirmu. Aku bisa memberimu surat cerai lainnya."
Amber diam, ia mengerti maksud dari ucapan Irene. Namun sejak awal ia sudah memilih untuk memegang janjinya pada Jeno, yaitu tidak membiarkannya kehilangan ibu lagi.
"Aku sudah mengucap janji pada Jeno. Aku tidak mungkin mengingkarinya. Jangan bahas masalah itu lagi." singkat Amber kemudian pergi meninggalkan Irene.
~
Alam sangatlah aneh. Saat kita sedang ingin menghindari sesuatu entah mengapa alam selalu mempunyai cara untuk mempertemukan diri kita dengan hal tersebut.
Hal itu berlaku bagi Amber. Saat ia mencoba susah payah menghindari dan melupakan Krystal, wanita itu entah bagaimana selalu saja muncul dihadapannya. Setiap kali Amber bertemu dengan Krystal ia selalu memasang wajah datar seakan tak peduli atau bahkan menganggapnya ada. Namun, kali ini berbeda ia melihat Krystal bersama dengan Myungsoo di rumah sakit, dan ia tak mampu bersikap biasa saja. Amber kesal, ia tak suka melihat Krystal dekat dengan pria lain. Egois memang, tapi itulah yang Amber rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Story
FanfictionSepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama beberapa tahun namun harus berpisah karena sebuah penolakan yang dilakukan oleh ayah dari sang gadis. Bertahun-tahun berlalu sejak terakhir kali mereka berhubungan. Hari itu, di depan sebuah TK me...