34

800 129 13
                                    

Di mana ada anak-anak, maka  di sana pun akan ramai. Rumah yang awalnya sepi dan selalu tertata rapi itu kini penuh dengan suara tawadan mainan yang terlampau banyak. Dani marah setiap kali Jeno merusak susunan puzzle yang sedang ia kerjakan. Jeno tak kapok meskipun Dani terus meneriaki dan memukulnya. Jeno bahkan mengabaikan Amber yang sejak tadi menyuruhnya berhenti menjahili Dani.

"Kau lakukan sekali lagi ayah akan menghukummu."

"Ayah selalu membela Dani." 

"Tidak, ayah marah padamu karena kau salah. Ayah hanya ingin kalian akur dan berbagi mainan. Sekali saja tidak bisakah kalian buat rumah ini tenang?" pekik Amber kesal dari meja makan karena kedua bocah itu membuat bising paginya.

"Kau yang lebih berisik. Berhenti berteriak dan cepat suruh mereka ke sini untuk sarapan."

"Hei, kalian~!! Cepat makan sebelum ibu kalian marah besar!!"

"Apa?! Marah besar?! Aku tidak pernah marah!" seru Krystal sambil meletakkan panci berisi sup dengan cukup keras ke atas meja.

Amber membisu, dia memilih untuk menunduk dan melanjutkan sarapannya, sementara Krystal mulai menyuruh Dani dan Jeno untuk segera duduk dengan rapi di meja makan.

"Dalam hitungan ketiga jika tidak kemari ibu akan menjual semua mainan kalian." ucap Krystal sangat datar dengan aura dingin di sekitarnya.

Dani segera berdiri meninggalkan puzzle nya, sementara Jeno membuang pedang plastiknya. Mereka berlari menuju meja makan sebelum Krystal semakin marah.

Amber mengoceh melihat bagaimana Dani dan Jeno yang nampak sangat patuh dan takut pada Krystal.

"Ayah juga takut pada ibu." seru Dani.

"Siapa bilang? Tidak.!"

Mendengar pembelaan Amber membuat Dani dan Jeno mengeluarkan tatapan tak yakin mereka.

Tak ingin diragukan kedua bocah dihadapannya membuat Amber segera mencium Krystal yang duduk disampingnya. Namun sial bagi Amber. Disaat Amber menyombongkan dirinya Krystal malah memberikan tatapan tajam karena rasa kesalnya.

"Cari mati?" singkat Krystal membuat nyali Amber menciut.

"Tidak." gumam Amber sebelum diam kembali.

Dani dan Jeno saling senggol dan menertawakan Amber yang ternyata sama saja dengan mereka.

Ketiga orang itu kembali berdebat dan seperti biasa sarapan Krystal tak akan tenang karena sifat usil, cerewet, dan tak bisa diam milik Amber mengalir dengan kental di darah Dani dan Jeno. Meskipun demikian Krystal selalu bisa tersenyum dan merasa bahagia, walau hari-harinya tak seramai dan setenang dulu.

Pusing. Itulah yang Krystal rasakan sesaat setelah ia membuka matanya. Krystal mencoba sadar sepenuhnya dari tidur, di saat itu pula Krystal mengacak-acak rambutnya. Krystal berkali-kali menghela nafas ketika mengingat mimpi yang baru ia alami. Sebuah mimpi tak masuk akal yang sangat aneh. Dia bahkan mengumpat dirinya sendiri berkali-kali karena sudah memimpikan hal tersebut.

"Bodoh. Aku sudah gila. Bodoh~" gumam Krystal di pagi itu.

Pegal, pusing, dan tak nyaman. Krystal mencoba bangun dari tidurnya. Wanita itu demam setelah kemarin terkunci di lemari pendingin selama kurang lebih satu jam.

Sadar ia telah telat bangun, Krystal berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari kamar dan mencari Dani.

Krystal segera meminta maaf pada Dani, karena dirinya telat bangun anaknya itu harus bolos sekolah dan sarapan hanya dengan roti isi selai.

"Ibu mau?" tawar Dani setelah meletakkan selai coklat di rotinya.

"Untuk Dani saja."

"Ibu harus makan." Dani menyodorkan rotinya dan Krystal mengambilnya sambil mengucap terima kasih.

Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang