Disclaimer
Ini dunia Mama Al, jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan maka jangan dipermasalahkan.
Happy reading my beloved readerKuseka peluhku yang masih mengucur ditengah malam seperti ini, bagaimana tidak, bencana tanah longsor, banjir dan juga likuidasi yang menimpa daerah ini benar benar membuat tenaga medis tidak berhenti berjibaku dengan para korban yang terus menerus datang untuk perawatan luka luka mereka maupun gejala penyakit baru akibat kurangnya fasilitas yang memadai.
Dikarenakan dengan kurangnya pasokan air bersih membuat berbagai banyak penyakit lainnya timbul, seperti penyakit kulit, diare dan juga beragam gangguan pernafasan karena Huntara yang belum sepenuhnya membuat mereka yang terdampak bencana kebagian, mereka masih bertahan di tenda tenda darurat dan berbagi tempat dengan banyak orang lainnya.
Kuselonjorkan kakiku sembarangan, akhirnya pasien yang terakhir kutangani sudah selesai, disini, aku merupakan serabutan, apapun yang bisa kutangani akan kutangani, dan kini aku hanya memandang deretan brangkar di Klinik darurat ini yang banyak berisi mereka yang harus terpaksa dirawat dan dipantau perkembangannya, memperhatikan mereka yang berada dibawah pengawasan Dion dan Dokter Wibowo, dokter kepala ditempat ini yang masih berkeliling.
Rasa lelah yang terbayar lunas saat melihat binar harapan mereka usai kita melakukan tugas.
Aaaahhhh, aku mencintai tugasku sekarang ini.
"Makan yuk," uluran dan ajakan Dion membuatku bangkit dengan cepat, beberapa perawat dan Dokter yang tadi sempat makan kini bergantian dengan kami.
Melakukan semua hal yang kita sukai benar benar membuatku lupa akan rasa lapar yang sering mendera, mungkin itu salah satu sebab aku tidak gemuk gemuk, berat badanku cenderung sering turun daripada naik.
"Gimana sama Komandanku kemarin ??" Pertanyaan Dion yang sangat tidak wajar dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan makan malam yang akan kami lakukan membuatku keheranan.
Harus gitu bahas, orang berwajah masam itu disaat mau makan, membuat rasa laparku menguap seketika.
"Emangnya kenapa ??" Tanyaku balik.
Kekehan mengejek terdengar dari Dion, jika wajah usilnya sudah seperti ini, maka sudah bisa kupastikan jika mengetahui hal memalukan yang sudah Kualami, seharian tidak sempat berbicara dengannya pasti membuat jiwa keponya melambung tinggi.
"Gimana rasanya jadi korban ketidakpedulian dan ejekan Komandanku yang asem itu ?? Enak Le ??"
"Apaan si !!"
"Halaaah jangan bilang kamu malah terpesona sama dia, gitu gitu walaupun nyebelin dia baik lho ?! Awas, Jan terlalu benci sama kesel, tar ujungnya Baper !!"
Godanya yang membuatku geram, mengingat bagaimana wajah tidak peduli laki laki itu melihatku meringis kesakitan saat mencoba bangun membuat tekanan darahku naik kepuncak tertinggi.
Baper apanya, gedek sama muka masam itu ya, rasanya Komandan satu itu kayak orang yang overdosis Vitamin C. Asemnya nggak karuan.
Tapi belum sempat aku menjawab godaan Dion, seseorang yang kuketahui bernama Mbak Maya menyela kami. Nafasnya terengah-engah dan itu sudah pasti ada hal penting.
"Dokter Dion dipanggil sama Dokter Wibowo, ada hal urgent !!" Tidak bertanya hal urgent apa, Dion dengan cepat melesat diikuti Mbak Maya, membuatku tak habis pikir, dia mungkin usil, tapi disituasi yang sebenarnya, Dion berubah menjadi sosok prajurit yang sebenarnya. Jika sudah menyangkut para loreng dan kerahasiaan, maka aku harus menekan rasa kepoku yang biasanya kan menjadi jika mendengar suatu rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Sengkala Tersedia Ebook Dan buku
RomanceKapten Sengkala Malik Putra kedua Presiden Ahmad Malik, yang memilih menjadi Penjaga Negeri dengan segudang prestasi dan pencapaiannya di dunia militer setelah Kekasihnya memilih menikah dengan Kakaknya sendiri, Sandika Malik yang lebih terkenal did...