Kebaya Akad

10.5K 1K 53
                                    

"Harus banget ya kita nikahnya di Jakarta ?? Kenapa nggak Ditempat dinasmu saja"

Aku mencekal lengan Sengkala, menghentikannya dari langkahnya yang terburu buru keluar dari Bandara.
Pertanyaan yang lebih seperti seorang anak kecil yang merajuk ini membuat Sengkala yang sedang berbicara dengan Paspampres bernama Gilang dan juga Geofan menoleh padaku.

Tiga hari lalu usai aku pergi ke Sulawesi tempatnya berdinas untuk memenuhi semua syarat pengajuan nikah kantor, Sengkala langsung mengajakku kembali ke Jakarta, kufikir setelah dia mengatakan pada Papa jika tidak akan ada yang bisa mencampuri urusan kami, Sengkala tidak akan Membawaku lagi ke Kota penuh kenangan buruk ini.

Sengkala berbalik dan memberikan isyarat pada Geofan dan juga Gilang untuk meninggalkan kami berdua. Wajah masam yang begitu parah saat pertama kali kita bertemu kini berganti dengannya yang mencoba menekan kesabaran menghadapiku ini.

Satu usaha yang paling kuhargai darinya.

"Kamu perempuan Le, tidak mungkin aku akan menikah denganmu dan mengambil tanggungjawab atas dirimu jika tanpa restu orangtuamu, sebenci apapun sama mereka"

Aku menyentak tangan Sengkala, sedikit kesal karena pada kenyataannya apa yang dikatakan Sengkala benar adanya dan tidak terbantahkan.

"Tapi kenapa harus Jakarta ??" rasanya ingin menangis karena pada nyatanya kami berdua seperti boneka,  bahkan pernikahan yang seharusnya hari bahagia bagi mereka yang akan melaksanakanya, kami berdua tidak tidur campur apapun.

Semua sudah diatur oleh mereka yang mencetuskan ide awal perjodohan ini.

"Karena pada kenyataannya mau tidak mau kita akan menjadi sorotan semua orang ... Anggap saja, ini bentuk bakti terakhirmu kepada orangtuamu !!"

Sengkala melepaskan tangannya yang kucekal, kufikir dia akan pergi meninggalkanku, tapi nyatanya aku salah, Sengkala justru menautkan jemari kami, kembali menyalurkan satu perasaan yang membuatku berdesir dan pipiku merona merah.

Dadaku berdegup kencang saat langkah kakiku mengikuti langkah lebar sang pemilik punggung tegap itu berjalan, semudah inikah aku jatuh hati atas semua perhatian dan kehangatan sosok masam seorang Sengkala.

Karena aku takut, jika aku telah menjatuhkan hati padanya, dia tidak akan bisa membalasnya, seperti yang dikatakan Malik, Sengkala terlalu trauma untuk mengenal kata cinta.

Tapi rasanya untuk sekarang ini dengan semua perhatian yang diberikan Sengkala padaku, lebih dari cukup untukku, daripada sebuah kalimat semata tanpa pembuktian apapun. Karena pada kenyataannya, kita akan saling belajar  menerima satu sama lain dan hidup bersama dalam sebuah keluarga.

Mobil yang kami kendarai berhenti disebuah butiq yang terkenal milik seorang Designer kondang, melihat kembali ada Paspampres yang berjaga, sudah pasti ada anggota keluarga Sengkala yang berada didalam sana.

"Ibu sama Mamamu sudah siapin baju buat kita," aku terhenyak dari lamunanku mendengar Sengkala yang menjawab pertanyaan yang berputar di kepalaku." tinggal fitting dan beres !!"

Aku hanya bisa mengangguk, memangnya aku punya pilihan selain mengikuti semua yang telah disiapkan. Tapi ternyata bukan hanya Ibu dan Mama yang ada didalam.

Tapi juga si Kakak Ipar Sengkala yang ular berbisa dan Kakakku sendiri yang menjelma menjadi musuhku sendiri dan tak ketinggalan juga mantan kekasihku. Sakti Malik. Terlihat jelas keakraban diantara Rachel dan juga Kak Letta. Sungguh sangat cocok dua ular betina ini jika disandingkan.

Astaga !! semoga tidak ada hal buruk yang akan merusak moodku.

"Sengka !! Ale !!" sapaan Malik membuat dua perempuan yang sibuk berkutat dengan kebaya mereka. Melihat kedatanganku membuat Ibunya Sengkala mendekat dan memelukku, tapi sambutan berbeda justru terlihat di wajah mamaku sendiri.

Raut enggan terlihat begitu kentara, sama seperti saat terakhir kalinya aku bertemu dengan beliau dirumah. Jika tidak ada calon besan beliau, sudah pasti beliau akan mengacuhkanku bak manusia tak kasat mata.

Sebenarnya kenapa dengan Mamaku ini ??

"Nak ... Kesini dulu ya, biar di pasin dulu kebaya akadnya" ku lepaskan genggaman tangan Sengkala, mengikuti Ibunya menuju ruangan lain bersama dengan Mamaku.

Sebuah gaun mewah berwarna putih berhias dengan kristal Swarovski disetiap bagian detailnya dengan kain jarik khas jawa kini ada didepan mataku, aku ternganga. Sungguh ini terlalu mewah untukku.

"Kamu coba dulu ya, Ibu sama Mamamu keluar dulu buat nyegah Sengkala masuk ... Biar dia surprise gitu nantinya kalo ketemu kamu waktu akad"

Kembali aku hanya mengangguk pasrah mendengar perkataan Ibu, kini tinggal aku dengan sang designer yang berusia akhir 40an yang terus menerus berceloteh tentang indah dan istimewanya kebaya akad yang sedang ku pegang ini.

Kebaya akad ini memang indah, pas melekat di tubuhku, membuat kulitku yang kuning langsat semakin terlihat berkilauan dengan kristal yang menghiasi, tapi entahlah, aku tidak sreg memakai kebaya indah ini. Ini seperti bukan diriku.

Dan akhirnya, sebuah suara sinis terdengar di belakangku, menguatkan perasaan burukku akan kebaya akad indah ini.

"Merasa cantik memakai Kebaya akad itu ??'' aku tidak menoleh saat suara Sandika Malik terdengar di belakangku, dengan cuek aku mengacuhkannya, membiarkan sang asisten designer membantuku melepaskan Kebaya itu.

"Tentu saja aku cantik, apapun yang kupakai akan luar biasa" jawabku enteng. Heeehhh kalimat sarkas tidak akan berpengaruh apapun padaku.

Perempuan cantik yang berjalan bak model itu mendekatiku, seringai licik terlihat di wajah cantiknya, sepertinya perlawanan verbalku padanya tempo hari tidak berefek jera untuknya.

"Asal kamu tahu Calon Adik Iparku, berterimakasihlah padaku," aku mengeryit, heran dengan rasa percaya diri manusia satu ini yang terlalu overrated, senyuman sinisnya semakin lebar saat mengetahui jika aku keheranan dengan kalimatnya.

"Kebaya akad yang akan kamu pakai itu pillihanku ..." Rachel menyentuh ujung daguku, memaksanya agar menatap kearahnya yang sedang menyeringai meremehkan," ... Aku selalu tahu apa selera Sengkala, jangan lupakan jika aku mengenal laki laki yang akan menjadi suamimu ini lebih dari siapapun, bahkan termasuk keluarganya"

Kutepis tangannya itu dengan kuat membuat seringai kepuasan terlihat semakin jelas di wajah cantik bermuka ular tersebut.

"Pantas saja aku merasa jika kebaya akad itu terasa buruk untukku secantik apapun bentuknya, ternyata pilihan dari seseorang yang tak lebih dari sekedar ular betina" kini seringai itu lenyap, berganti dengan kegeraman yang mengubah wajah cantik seorang Rachel Sandika Malik menjadi mengerikan. "Aku jadi kasihan dengan Kak Sandika, apa dia tahu jika istrinya ini masih menginginkan Sengkala yang notabene merupakan Adiknya sendiri, aku jadi tidak sabar untuk melihat bagaimana reaksi seorang Sandika Malik jika tahu penyebab adiknya menjauh adalah perempuan ular yang dia sebut sebagai seorang Istri"

Wajah putih mulus bak porselen itu kini memerah, menahan atas kekesalan atas balasan menohok yang kuberikan padanya. Membuatku semakin bersemangat untuk membalasnya lagi.

"Aaaahhhhhh, kasihan sekali suamimu, dibandingkan dengan Sengkala, Sandika jauh lebih mengenaskan, hanya dimanfaatkan oleh perempuan ular sepertimu, apa ambisimu sampai menginginkan dua bersaudara ?? Karena karier Sandika lebih mentereng ?? Dasar bitch !! Tidak terpikirkah jika suamimu mengetahui semuanya ??"

Sebuah tarikan kurasakan dirambut panjang ku, wajah cantik yang tadi terpatri itu hilang lenyap berganti dengan iblis, mata Rachel melotot saat menggumamkan kata kata ancaman padaku.

"Bermimpilah untuk membuat dua saudara itu akur kembali, karena sebelum kamu menjalankan apapun rencanamu, akan kubuat hidupmu menderita, jika berani melawanku, akan kubuat hidupmu menjadi bahan cacian satu Negara ini, hidupmu tidak akan tenang karena sudah berani menikah dengan Sengkala dan berniat menghancurkanku!!"

"......"

"Camkan itu sebelum berani bermain main denganku calon adik ipar !!"

TBC
Chek spoiler di Instagram
Fabby Alvaro

Kapten Sengkala Tersedia Ebook Dan bukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang