Kembali kerumah

9.7K 1K 23
                                    

Disclaimer
Selamat datang di dunia Mama Al
Jika ada yang ingin ditanyakan, atau mau kritik dan saran yang membangun kalian bisa DM aku di Instagram ku
Happy reading beloved reader
Enjoooyyyy

Kupakai kacamata hitam dan juga topi Nikeku saat keluar dari Bandara Soetta, menunduk dan bersembunyi dibelakang punggung lebar Dion saat melewati wartawan yang menunggu kedatangan Pak Presiden dan juga Putra kedua beliau dijalur khusus.

Cuti yang didapatkan mereka yang baru selesai bertugas untuk beberapa hari dimanfaatkan betul untuk pulang kampung, seperti Dion yang juga pulang ke Jakarta, membuatku bisa mempunyai alasan agar ikut kepenerbangan komersil sekaligus menjelaskan duduk perkara pada orang yang mengundangku sampai bisa terjebak dengan Kapten Sengkala ini.

Terkejut, nyatanya Dion tidak terkejut sama sekali, dimata Dion perjodohan atau pernikahan politik seperti ini bukan hal tabu untuk kami yang ada dilingkaran politik jika anak anak juga bisa dijadikan alat untuk memperkukuh posisi mereka di pemerintahan, maka bukan hal haram untuk dilakukan.

Dan menurut Dion, Papaku adalah yang beruntung diantara mereka yang mencoba peruntungan, sama seperti yang dikatakan Kapten Sengkala berapa hari yang lalu, bukan soal betapa pentingnya jabatan Papa, tapi Ayahnya Sengkala justru simpati dengan aksi kabur kaburanku dengan Papa di tanah bencana.

Jika seperti ini, aku tidak hanya merasa jika Papa terlalu jauh dan keterlaluan padaku, tapi Papa telah menggadaikan Putrinya untuk transaksi politik demi memenuhi ambisi beliau semata.

"Aku udah denger track record kepopuleran Kapten Sengkala tapi nggak nyangka kalo seheboh ini saat tahu akhirnya dia kawin !!" Gumam Dion saat kami akhirnya sampai diluar Bandara.

Beberapa wartawan yang melintas membuatku harus menekan suaraku pada Dion.
Aku mendengus sebal mendengar kalimat tidak pantas Dion ini,"nikah woy, nikah !! Dia nikah Sama orang yang ada didekatmu ini, kawin, dikira kucing !!"

Kudengar kikuk geli Dion, sebelum akhirnya dia menarik bahuku dan merangkulku, menggodaku karena sudah emosi dengannya," iya iya calon Nyonya Malik, calon atasanku !!"

Dasar dia ini.

"Kamu mau pulang atau mau kemana Le ??" Tanya Dion sambil mengeluarkan ponselnya, sudah pasti dia akan menghubungi sopirnya, tapi aku, aku justru kebingungan, Kapten Sengkala mengajakku berkemas dan pulang.

Tapi, kemana aku akan pulang, semenjak ponselku kunyalakan, sama sekali tidak ada notifikasi dari Mama maupun Papa.

Kemana aku akan pulang, jika tidak ada yang mengharapkanku, aku bahkan ragu jika mereka akan tahu kalo aku sudah ada di Jakarta. Memikirkan hal itu membuat hatiku pedih, kufikir aku sudah kebal, nyatanya aku merasakan sakitnya.

Keputusan mengikuti ajakan Kapten Sengkala rasanya bukan keputusan yang benar.

"Le ..." Sikutan Dion membuatku mendongak, mengalihkan perhatian dari ponselku kearah DokMil satu ini, aku mengikuti arah telunjuk Dion dan baru sadar jika salah satu mobil yang seharusnya dipakai Paspampres kini berada didepan kami.

Laki laki tinggi, dengan pakaian kasualnya turun dari mobil itu, sama sepertiku, kacamata hitam dan juga masker melindungi wajahnya, hanya melihat postur tubuhnya saja aku sudah tahu, dia itu siapa.

Sengkala Malik.

"Sudah ngobrol sama Dionnya ??"

Suara cengengesan Dion menyambut suara menyebalkan Kapten Sengkala, mendengarnya saja sudah membuatku malas dan berakhir dengan jawaban yang hanya berupa anggukan dariku.

"Bagus !!" Ucapnya singkat, tidak terganggu dengan kikikan Dion yang mengejek kami berdua," ayo aku anterin kamu pulang, sebelum membantah, ini Papamu langsung yang nyuruh"

Tanpa sempat berkata apapun kembali dia menyeretku menuju mobil itu, selain memberikan punggungnya untukku, dia suka sekali menarikku seperti kambing.

"Nggak usah ditarik, aku bisa jalan sendiri !!" Sentakku kesal.

Kubanting pintu mobil ini dengan keras, bodoh amat kalo mobil ini rusak, nggak peduli aku, nggak peduli. Rasa kesal menjalar di tubuhku, bukan pada laki laki yg kini ada disampingku, tapi pada laki laki yg menungguku di rumah.

Laki laki yg telah tega menggadaikan Putrinya demi sebuah kesepakatan politik semata, laki laki yg lebih memilih menghubungi orang lain demi sebuah lancarnya koneksi daripada menanyakan kabar putrinya.

Rasanya lidahku kebas hanya untuk menyebutkan dan mengakui jika laki laki itu adalah Papaku sendiri.

❤️❤️❤️❤️❤️
Kapten Sengkala
❤️❤️❤️❤️❤️

"Kenapa ada Paspampres Kap ??" Tanyaku saat sadar ada satu mobil lagi yang serupa dengan yang kami tumpangi ini turut masuk kedalam pekarangan rumahku.

Kapten Sengkala melirik sejenak mobil itu dan menjawab acuh," karena aku sekarang anak presiden, bukan Kapten Sengkala Malik, jadi biasakan panggil aku Sengka saja"

Dan aku hanya bisa mengangguk mendengar nada sarkas yang begitu kentara itu, rupa rupanya laki laki ini juga bermasalah dengan statusnya.
"Terserah kamu, tapi Sengka, itu terdengar lucu untukku"

"Kenapa diam lagi ??" Tanyanya saat aku kembali menghentikan langkahku tepat didepan pintu rumah yang nyaris tak kukunjungi selama setahun ini.

Rumah yang dulunya begitu hangat kurasakan ini kini begitu enggan untuk kudatangi, dulu rumah ini sarat akan kehangatan saat Papa hanya fokus pada bisnisnya, setiap weekend beliau akan menyempatkan waktu untuk berlibur, sekalipun itu hanya ke Puncak, tapi ambisi beliau pada politik yang digelutinya selama 10 tahun ini merenggut sosok Papaku yang begitu kurindukan. Begitupun dengan Mama, Ibu rumah tangga biasa yang hanya mengurus Kakak dan diriku kini menjelma menjadi Ibu pejabat sosialita, dimana ajang pamer berkedok charity menjadi makanan sehari-hari.

Aku kehilangan semua itu.

Usapan dibahuku membuatku terhenyak, dan aku sadar jika aku belum menjawab pertanyaan Sengkala.

"Aku bakal temenin !" Ucapnya pekan, sorot mata itu menawarkan kehangatan, tidak banyak kalimat tapi menjanjikan hal yang tidak bisa kutolak.

Aku menarik nafas lelah, sebelum menekan bel, jantungku berdetak kencang, membayangkan ceramahan Papa tentangku yang sulit diatur.

Tapi aku salah, Papa membuka pintu lengkap dengan Mama dan Kakak Perempuanku, Aleeta, tersenyum lebar seakan akan begitu bahagia menyambutku.

Seketika hatiku menghangat mendapatkan sambutan yang tidak kubayangkan ini, tapi sedetik kemudian rasa bahagia itu terhempas seketika saat mendengar kalimat Papa.

"Calon Mantuku !!"

Aku mematung ditempat, sekejap aku seperti mati rasa saat menyadari semua hal yang terlihat indah itu ditujukan untuk laki laki yg ada disampingku ini, laki laki yang menggenggam tanganku erat saat tahu jika aku kehilangan kata.

Mama, dan Kakakku pun tidak sedikitpun melirikku, mereka hanya terfokus pada Sengkala , tidak ada yang menanyakan bagaimana kabarku, keadaanku, aku merasa asing dirumahku sendiri.

Jika seperti ini kenapa Papa meminta Sengkala membawaku pulang, jika hanya karena Sengkala kenapa tidak Aleeta yang dia sodorkan pada Laki laki ini.

Kenapa aku !? Jika Papa tidak mengharapkan kehadiranku karena aku yang selalu membantahnya kenapa beliau tidak pernah berhenti mengejarku dipelarian, kenapa beliau selalu mengusikku dan memintaku untuk pulang jika kesalahanku membuat beliau tidak mau melihatku.

Tidak tahukah beliau jika sudah menyakitiku hanya dengan beliau yang sibuk dengan ambisinya, tidak tahukah beliau jika aku tersakiti dengan perjodohan ini.

Dan kini, lagi dan lagi, beliau menyakitiku.

TBC
Chek spoiler di Instagram
Fabby Alvaro

Kapten Sengkala Tersedia Ebook Dan bukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang