Fakta tentang Kapten

11.4K 1K 27
                                    

Disclaimer
Selamat datang di dunia Mama Al
Dimana yang mustahil terjadi disini
Happy reading beloved reader
Enjoooyyyy

Keadaan mulai membaik, dengan dihentikannya pencarian korban, kini pembangunan Huntara maupun barak serta pembersihan puing puing sisa longsor, dan likuifaksi semakin optimal.

Duka itu ada, untuk mereka yang keluarganya hilang maupun tidak bisa ditemukan, tapi semua harus tetap berjalan, mereka yang masih selamat dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan hidup tidak bisa terus menerus meratapi nasib.

Ada banyak hal yang menanti kita untuk disyukuri, ada banyak alasan untuk kita tetap menjalani hidup ini.

Ditengah hal seperti inilah membuatku tetap waras, membuatku merasa beruntung ditengah banyaknya hal yang kukeluarkan.

Seperti sekarang, melihat Dion yang membagikan permen lollipop untuk setiap anak yang mau diperiksa kesehatan berkalanya, membuatku menghangat, barang yang tidak seberapa itu bisa memantik senyum harapan para anak anak yang sedang dilanda kepiluan.

"Kenapa senyam senyum ??" Aku menoleh, dan kembali mendapati Komandan Masam, Kapten Sengkala tengah berdiri disebelahku yang menatap Dion diujung klinik.

Aku mendengus sebal, apa dia tidak punya pekerjaan sampai suka sekali berkeliaran di Klinik dan menginspeksi setiap raut wajah yang ditemuinya.

"Kapten nggak tahu kalo saya lagi mengagumi ciptaan Tuhan ??"

Haaaa, Kapten Sengkala mengeryit terlihat keheranan dengan apa yang kumaksud, dan kembali aku dibuat terkekeh dengan reaksinya.

Aku mengedikan daguku kearah Dion, memang dalam seragam loreng, dan juga stetoskop yang menggantung dilehernya membuat kharisma Dion naik berkali kali lipat dibandingkan dengan DokMil lainnya, memangnya siapa yang akan meragukan keturunan Kusuma. Bahkan Papa angkat topi untuk keluarga mereka.

"Dion, jika sedang fokus dan tersenyum seperti sekarang ini ketampanannya naik berkali kali lipat, Kapt !!! Nggak kayak Komandan masam yang ada disebelah aku sekarang ini" sindiran ku langsung dihadiahi kedikan acuh dari laki laki tidak peka disebelahku.

Hahahaha, mungkin dia juga merasa kalo dirinya itu memang benar masam adanya, sungguh fakta yang menggelitik.

"Aku nggak butuh dipuji tampan oleh perempuan, untuk apa dapat pujian dari orang yang hanya mengharapkan imbal balik dariku !?"

Aku melongo, tidak menyangka akan jawaban super acuh yang diberikan oleh Kapten Sengkala, tidak ada raut tersinggung diwajahnya yang masam itu.

"Memangnya kalo orang muji itu identik dengan imbalan Kapt !! Enggak !!" Bantahku keras, kenapa sih dia selalu bisa membuat celah untuk membuatku kesal padanya.

Dan tanpa rasa bersalah, dia menarikku dengan kuat, membawaku keluar dari klinik tanpa memperdulikan tatapan bertanya pada siapapun yang melihat ulahnya yang barbar ini.

"Lebih baik kecerewetanmu itu dipakai untuk hal yang lebih berguna dan aku tahu dimana tempat yang tepat"

Entah kenapa keberuntungan selalu berpihak padanya, setiap kali umpatan dan cacian yang sudah kupersiapkan untuknya selalu harus kutelan kembali, karena kini dia membawaku ketengah kerumunan Ibu Ibu yang membawa balitanya, bagaimana aku akan mengomelinya atas tingkah otoriternya jika setiap mata tertuju pada kami berdua.

Aku menatap Kapten Sengkala, meminta penjelasan darinya.

"Ini Dokter Aleefa Ibu Ibu, Dokter Aleefa yang akan memberikan panduan pada Ibu Ibu semua hal apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan anak anak dan keluarga ditengah pengungsian seperti sekarang ini "

Kapten Sengkala Tersedia Ebook Dan bukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang