"Ale !!"
Aku berputar dari tempat berdiriku saat suara lantang dan berat memanggil namaku ditengah riuhnya suasana Bandara Sam Ratulangi.
Tubuh tinggi dengan pakaian dinasnya kini berjalan dengan langkah lebarnya kearahku, sungguh wajah menawannya menghipnotisku seketika untuk tidak mengalihkan perhatianku sedikitpun darinya.
Bukan hanya aku yang terhipnotis oleh sosoknya yang menawan tapi juga beberapa pengunjung bandara yang memekik kecil saat Perwira muda yang menjadi pujaan kaum hawa ini melintas didepan mereka, seakan tidak peduli dengan batasan privacy mereka mengeluarkan ponselnya untuk mengambil gambar seorang Sengkala Malik.
Sebegitu kuatnya pesona Kapten Masam ini, jikapun bukan putra presiden, semua prestasi dan juga pesonanya pasti akan menjadikan Sengkala menjadi selebgram militer yg terkenal.
Tapi di mataku, Sengkala lebih dari itu, dia lebih dari seorang tentara idola yang seragamnya menjadi fantasi bagi perempuan, mengetahui banyak fakta mengenai Sengkala membuatku mulai mengakui jika aku tertarik dan membuatnya mempunyai nilai lebih untukku.
"Sengkala, dia putra kedua dikeluarga kami, walaupun yang paling pendiam, tapi dia yang paling perhatian"
"Sengkala, bahkan setelah Ibu dan Ayah yang terlanjur kesal padaku karena aku yang tidak mau ikut mereka, Sengkala satu satunya yang mendukung keputusanku untuk bersama Nenek di Kota ini"
"Sengkala, dia yang termanja diantara kami bertiga, jadi jangan iri jika melihatnya ndusel ke Ibu"
"Sengkala, hanya badan dan wajahnya yang garang, tapi dia paling takut dengan makanan pedas walaupun dia paling suka wisata kuliner"
"Sengkala, dia orang yg sangat suka bermalas malasan, paling suka nonton film action dan paling benci pembohong serta pengkhianatan, karena itu dia belum bisa memaafkan Mbak Rachel, bukan karena dia masih cinta, tapi karena dia benci pengkhianatan yang mbak Rachel lakukan"
"Sengkala, dia memang pemimpin yang tegas, bisa memahami anak buahnya dengan cepat, tapi dia laki laki yang tidak bisa memahami dirinya sendiri"
"Sengkala, mungkin dia memang acuh dalam kalimat, tapi ketahuilah, jika ingin melihat ketulusannya lihatlah dari caranya memperlakukanmu, dia memang pernah terluka karena cinta di masalalunya, maka dari itu wajar jika kini dia ragu mengenali cinta itu sendiri"
"Sengkala, kepeduliannya padamu dalam waktu singkat, janjinya untuk menerimamu itu sudah langkah besar untuknya membuka hati, berjanjilah Le. Jangan kecewakan kakakku seperti kamu pernah mengecewakan aku"
"Seperti yang dikatakan semua orang, kamu beruntung bisa bersanding dengan Sengkala, jadi aku banyak berharap kalian akan bahagia dan tidak pernah mendengar kabar mengecewakan"
"Ale ... Tolong, jangan kecewakan Kakakku, aku dan keluargaku berharap, jiwa penolongmu, jiwa kemanusiaanmu mampu mengembalikan Sengkala menjadi Sengkala seperti yang kukatakan tadi"
"Kamu dan Sengkala sama Le, sama sama mudah untuk dicintai, karena akupun sadar, matamu berbinar setiap kali mendengar nama Sengkala, hal yang pernah kulihat saat kamu menatapku dulu"
"Kamu hanya perlu meresapi, karena tanpa kamu sadari mungkin kamu telah jatuh hati pada Kakakku juga"
"Jika hatimu meragu atas perasaanmu pada Sengkala, maka pejamkan matamu dan kamu akan mendapatkan jawabannya"
Setiap kata kata Malik terus menerus terngiang di kepalaku, bahkan saat di pesawat tadi aku dilanda rasa gelisah, bagaimana tidak, bukan hanya Sengkala yang tidak bisa mengenali cinta, tapi begitupun denganku. Bahkan aku lupa bagaimana euforia yg pernah kurasakan saat bersama Malik dulu, aku sudah melupakan semua itu seakan tidak pernah terjadi sebelumnya.
Terlalu sibuk dengan kuliah, terlalu sibuk meratapi nasib dan keluargaku membuatku melupakan Malik dengan cepat dan segala rasa yang menurutku sangat tidak penting bernama Cinta.
Lalu bagaimana aku akan mengenali perasaanku nantinya, bagaimana jika aku akan mengecewakan Kapten Masam yang sudah begitu baik dan peduli padaku. Bukan hanya Kapten Masam ini saja yang kukecewakan tapi juga keluarga Malik yang begitu berharap jika kami berdua akan bahagia.
Dua manusia, tidak mengenal satu sama lain, dan kemudian menikah, hanya dilandasi rasa iba karena rahasia kehidupan yang menyedihkan.
Setidaknya itu yang terlintas difikranku sejak Malik mengatakannya, tapi semua bimbang yang kurasakan menghilang entah kemana saat Sengkala semakin mendekat padaku. Dan jantungku, kembali di buat berdetak tidak wajar saat senyuman tipis terlihat diwajahnya yang tampan, membuatku tanpa sadar turut menarik ujung bibirku untuk ikut tersenyum melihatnya.
Dan hatiku, menghangat tanpa kutahu penyebabnya, rasanya ribuan kuku kuku terkepak berterbangan didalam sana, terlalu klasikkah jika aku mengatakan kalo aku lega bisa melihatnya kembali karena akupun tidak tahu kenapa aku merasakan kehangatan ini.
Sungguh setelah semua yang ku lalui, setelah kebimbangan yang kurasakan, bertemu kembali dengan Sengkala menghapus segalanya tanpa dia harus mengatakan apapun tanpa dia harus berbuat sesuatu.
Terdengar sangat konyol memang.
Saat Sengkala berdiri tepat di depanku, tanpa bisa kucegah aku merangsek masuk memeluknya, tidak peduli berpasang mata yang melihat ulahku pada Sengkala, aku melingkarkan tanganku pada tubuhnya yang begitu nyaman menjadi tempatku bersandar, kurasakan tubuh tinggi itu menegang, terkejut akan apa yang kulakukan tiba tiba terhadapnya ini, tapi aku tidak peduli, aku justru menyurukkan wajahku semakin dalam ke dadanya, menikmati wangi maskulin citrus bercampur cinnamon yang menyerbu hidungku.
Dan sama sepertiku, aku merasakan detak jantung laki laki yang kupeluk ini berdetak sama cepatnya denganku, berlomba dengan jantungku sendiri.
Saat tangan besar yang sedari tadi menggantung dikedua sisinya kini terangkat membalas pelukanku dan mengusap punggungku perlahan, kini semua kebimbangan, semua tanya dan semua yang menghantuiku sebelum bertemu dengannya kini benar benar lenyap.
Aku tidak tahu apa aku benar jatuh hati pada Sengkala seperti yang dikatakan Malik, tapi aku sekarang yakin jika menikah dengannya akan membawaku pada kebahagiaan, Sengkala, laki laki yg akan menjadi suamiku ini layaknya rumah untukku.
Aku merasa pulang saat memeluk laki laki yg belum lama kukenal ini.
Pelukanku terlepas olehnya, tatapan keheranan penuh kekhawatiran terlihat oleh laki laki masam ini, dan sungguh raut wajahnya membuat dadaku berdesir, seperti apa yg dikatakan Malik, semua perhatian Sengkala menjawab segalanya tanpa harus dia berkata.
"Kenapa Kamu Le ?? Nggak kesambet waktu di pesawatkan ??"
Aku tertawa mendengar pertanyaan yang sarat akan ketidakpekaan dari Sengkala, sungguh kadar peka seorang Sengkala sangat natural tanpa dibuat buat.
"Ditanya malah cengengesan, Sakti nggak bikin ulah sampai kamu keknya seneng banget ketemu aku, biasanya tuh mulut nggak berenti ngedumel"
Aku memilih tidak menjawabnya dan justru meraih lengannya dan menggandengnya menuju pintu keluar, beberapa perempuan yang tadi mengabadikan Sengkala kini mendesah kecewa saat sang Kapten begitu manut kuajak keluar dari Bandara ini.
"Aku cuma mau nunjukin sama penggemarmu jika idola mereka sebentar lagi akan taken olehku" sungguh alasan yang luar biasa bukan, tidak mungkin aku akan menjawab apa yang tengah kurasakan padanya sekarang ini.
Sengkala mendengus sebal saat mendengar jawabanku yang terdengar sarkas di telinganya, mata tajamnya menatap sekeliling membenarkan alasanku.
"Kadang aku lupa jika perempuan yg akan kunikahi ini begitu absurd"
Aku tertawa, mulut pedasmu Kapten masam,"kalo begitu biasakan dengan sikap absurdku ini Kap .. Karena mulai dua minggu lagi, perempuan absurd ini akan kamu lihat saat membuka mata di pagi hari dan juga saat kamu menutup mata dimalam hari,"
❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Sengkala Tersedia Ebook Dan buku
RomanceKapten Sengkala Malik Putra kedua Presiden Ahmad Malik, yang memilih menjadi Penjaga Negeri dengan segudang prestasi dan pencapaiannya di dunia militer setelah Kekasihnya memilih menikah dengan Kakaknya sendiri, Sandika Malik yang lebih terkenal did...