Bagian 21 : Rose

1.3K 231 20
                                    

Levi kini menarik pergelangan tangan Lucy berjalan pergi dari tempat pengungsian membuat wanita itu bingung. Dia tergesa-gesa menghentikan langkah kakinya, membuat pria di depannya juga berhenti dan menoleh padanya.

Alisnya menyatu dengan kerutan di dahi. Lucy tau bahwa Levi akan membawa dirinya pada Lucas atau markas.

Tapi ...

"Levi, aku harus membelikan sesuatu untuk temanku."

Levi memandangnya dengan engan tapi mendengar kalimatnya dia hanya bisa mengangkat alis heran dan bertanya-tanya. Tentu perubahan wajahnya diperhatikan Lucy dari tadi.

Melihat Levi tertarik, Lucy melanjutkannya penuh percaya diri kali ini. Senyum mekar melalui bibirnya. Dia memulai dengan pertanyaan.

"Apakah kamu punya uang?"

"..."

Melihat Levi yang tidak menjawab Lucy menggigit bibir bawahnya dengan sedikit kepanikan. Dirinya berniat meminjam uang dari Levi dan memberikan beberapa makanan pada Eren dan kawan-kawannya.

Namun ekspresi Levi seperti tidak mengharapkan pertanyaannya yang begitu tiba-tiba.

"Aku hanya memberikan makanan beberapa kenalanku."

Levi memndangnya sejenak tampa perubahan sebelum melemparkan sekantong kecil uang. Lelaki itu sebenarnya tidak terlalu memikirkan kesenangan sehingga uang masih banyak dalam tabungan.

Lucy menerimanya penuh dengan syukur. Dengan tiba-tiba dia menarik lengan Levi dan akan berlari. Namun siapa sangka bahkan tubuh Levi tidak bergerak sedikutpun dam malah dia yang mundur.

Lucy menoleh dan mengerutkan alis kesal padanya. Dengan ringan menggoyangkan lengannya. Levi sedikit mengangkat alis dengan geli.

"Ayo bawa aku ke pasar."

Lucy yang menariknya tanpa menyerah membuat Levi mengendurkan tubuhnya dan membiarkan langkahnya mengikuti tapakkan kaki wanita di depannya.

Mereka tiba dengan berjalan kaki beberapa menit. Lucy dapat melihat para pedagang yang sedang menyiapkan dagangannya. Mata Lucy berbinar ketika melihat-lihat dan tanpa sadar melepaskan genggaman tangan dari Levi.

"Levi itu ..."

Lucy menunjuk pada sekerumunan orang yang dipenuhi alunan musik bergembira. Ada di atasnya sepanduk bertulis, hari jadi toko baju Corlite. Lucy mendekat dengan penasaran dan melihat beberapa orang menari bebas di dalam lingkaran manusia dia atas panggung kayu kecil.

Dari sekian lama Lucy tinggal disini dia tidak ingat pernah ada acara seperti ini di dinding Sina. Mungkin bagi orang-orang disana hal seperti ini adalah murahan.

Tanpa sadar Lucy mengetuk kakinya mengikuti irama. Senyumnya mengembang dari tiap melody menghantar. Wanita itu akhirnya melirik pada Levi di sampingnya.

"Levi! Apa kamu mau ikut menari dengan mereka?"

"Tidak."

Tsk, apa gunanya itu?

Levi menjawab tanpa jeda sedikitpun dan sebagian perkataannya hanya diucapkan dalam hati. Dia hanya berpikir semua kegiatan ini hanya menghabiskan waktunya. Dia tidak menyadi Lucy disampingnya agak merengut

"Kamu sama sekali tidak seru! Menari setidaknya dapat meringankan beban pikiranmu."

Levi mengerutkan alisnya dan menolehkan kepala ingin menjawab perkataan Lucy. Namun yang di dapati di sampingnya bukan Lucy, hanya orang asing.

Dia segera memindai area sekitarnya, hanya untuk melihat Lucy berada di barisan orang-orang yang menari. Levi terdiam sejenak ketika mata mereka bertemu.

Lucy melakukan putaran dua kali ketika iris matanya selalu terpaku pada seorang dalam kerumunan. Rambut pirang pucatnya terurai dari gelungannya dan melambai dalam udara. Lucy tersenyum lebar pada Levi untuk menunjukkan kegembiraannya.

Jika itu bermaksud menarik pikiran Levi, maka Lucy jelas berhasil.

Levi menatapnya tanpa perubahan ekspresi. Rambutnya bersinar akan cahaya pagi. Tetapi entah karena apa adegan Lucy menari menjadi lebih dan lebih lambat. Alunan musik menjadi alunan samar dalam latar belakang.

Orang-orang disekitarnya perlahan kabur, seperti menyisakan dirinya dan Lucy disini. Di dunia ini. Tatapan tajamnya melembut secara tidak disadari.

Levi kembali tersentak dalam pikirannya, menandakan jarinya sedikit bergerak dan dia sedikit tersisa dalam keadaan linglung ketika menunduk melihat sepatunya.

Levi kembali mendongakkan kepalanya dan menatap padanya untuk keduakalinya. Dia mengedipkan mata dan semuanya kembali normal dengan alunan musik sedang.

Namun sesaat ketika dia menatap pada tubuh Lucy. Wanita itu terpeleset di pinggir panggung dan jatuh pada tubuh depannya dahulu. Banyak orang tidak menyadarinya, tapi Levi jelas melihatnya. Dia bergeser dengan cepat meraih pinggangnya.

Lucy meraih pundak Levi dengan refleks. Wajah mereka berhadapan dengan separuh telapak kaki Lucy menyentuh lantai panggung, sehingga wajahnya tepat berada di atas Levi dan helai rambut jatuh menyerempet pipi pria di hadapan matanya itu.

Hembusan napas hangat dari Lucy bisa di rasakan di wajah Levi. Pria itu melihat wajah Lucy yang menghangat menjadi perlahan merah dengan iris birunya melebar. Bahkan pandangan Levi berlama-lama padanya tanpa alasan.

Deg deg ...

"M-ma'af!"

Lucy segera bangkit dan menyeimbangkan diri. Dia kemudian turun dari panggung dan berlari di beberapa toko roti acak untuk menghindari Levi.

Levi hanya mengikuti sosoknya dengan lirikan mata. Sebelum dirinya melihat pada telapak tangan miliknya yang menangkap pinggang Lucy.

Deg deg ...

Dia meremasnya sejenak dan kembali membukanya. Bekas kemerahan dapat terlihat di telapak tangannya karena kepalan cukup kuat. Alis Levi mengerut bingung dan dengan hati-hati menelusuri dada bidangnya dengan sentuhan perlahan berhenti dimana jantung terus berderak tanpa ada tanda mau berhenti.

Deg deg ...

Levi mengehela napas dan sedikit membungkuk mengacak-acak rambutnya. Matanya sedikit terpejam dan fokusnya menjadi suara. Namun bahkan ketika menenangkan diri jantungnya masih terus berdegup melewati telinga.

Deg deg ...

Sepertinya jika pulang, Levi memikirkan untuk bertanya pada Hanji nanti.

###############

Jangan lupa vote dan komen!!

Marhaban ya Ramadhan!!

Leven_Ack

Along With U || Levi X OC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang