29 Juli 2019,
Pada akhirnya semua akan menjadi kisah yang terangkum dalam satu buku, aku dan kamu yang pernah bahagia di Bandung. Selamat tinggal Bandung, semua tentang kenangan.
🧷
Jingga Point Of View-
Entah sudah berapa puluh menit yang lalu pesawat yang aku tumpangi sudah lepas landas dari bandara. Aku berusaha menyibukkan diriku dengan berbagai aktivitas supaya perjalanan selama lebih dari 3 jam ini tidak terasa membosankan.
Perlahan-lahan kenangan tentang Bandung dan Adreas berputar dalam ingatanku. Teringat semua tentang indahnya sore di Bandung, nyamannya berjalan bersama dengan Adreas. Ah, aku sudah berjanji melupakan segala tentang Bandung ketika pesawat yang akan membawaku ke Jogja ini sudah lepas landas.
Setelah bosan membaca novel tipis yang kubawa, makan camilan yang lama kelamaan membuat gigiku lelah karena terlalu keras. Aku memasang earphone di kedua telingaku, mendengarkan sebuah lagu favorit. Lagu favorit bersama Adreas. Lagi-lagi sosok Adreas berputar dalam ingatan, senyumnya ketika pertama kali memperdengarkan lagu ini.
Flashback on
"Ngga! Sedih mulu ih keliatannya"
Seorang laki-laki seumurku menepuk pundakku saat itu, Adreas. Sosok yang belakangan ini selalu menemani hari-hari yang terasa suram, hati yang patah, pikiran yang sudah tak tau mau dibawa kemana.
"Sakit hati tuh wajar banget. Aku aja sering banget nih ngrasain sakit hati"
Reas tersenyum, manis sekali. Kantung matanya tercetak dengan jelas, wajahnya sedikit kusut siang ini. Namun aku masih saja tidak bergeming, malas sekali rasanya untuk bahagia. Semuanya terasa hambar. Ini memang cinta anak SMA yang katanua cinta monyet. Tapi apakah jatuh cinta dan sakit hati mengenal usia?
Kita berdua duduk disebuah kursi yang diletakkan di taman, dibawah pohon yang rindang.
"Nih dengerin deh, aku punya satu lagu yang harusnya kamu lakuin sekarang. Jangan sedih-sedih mulu, kaya perawan tua aja!" Ucapnya sembari memasukkan ujung kabel earphone pada lubang di ponselnya, lalu dengan cepat menyodorkan salah satu bagian earphone ke arahku, lagi-lagi sambil tersenyum.
"Jahat banget mulutnya! Sini aku dengerin. Selera musik kamu kan oke banget"
Akhirnya aku menyerah dengan sunyi, tidak tahan mengabaikan seseorang yang sedari tadi dengan semangat menghampiri.
'Beri dirimu sedikit waktu
Tak usah pura-pura tertawa
Ceritakanlah keluh kesahmu
Telingaku tak jenuh mendengar'Lirik pada bait pertama berhasil melukiskan sosok Adreas di bayangan. Adreas memang selalu menjadi tempat untuk bercerita tentang segala sesuatu. Aku menoleh ke arahnya, terlihat sekarang ia sedang memejamkan mata dan menyandarkan punggung lebarnya di kursi.
'Hidup ini indah
Bila kau mengikhlas
Yang harus dilepas
Kau terlalu agung 'tuk dikalahkan rasa sakit'Bait ketiga memunculkan pikiran bahwa mungkin lagu ini yang menjadi referensi Adreas ketika beberapa hari ini selalu mengoceh bahwa sakit hati tidak sepenting dan sebutuh itu untuk dinikmati. Lagi-lagi Adreas terlihat sangat menikmati musiknya, bibirnya melukiskan senyuman.
'Sudahlah berhenti meratapi
Sesuatu yang takkan kembali
Kebahagian tak pernah pergi
Kau mungkin tengok arah yang salah
Sebab aku dan bumi mengasihimu'
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona-
FanfictionIni perihal cerita kita. Berlatarkan indahnya kota. Pan·ca·ro·na kl n bermacam-macam warna