Pisah.

112 7 0
                                    

Bandung,
26 Juli 2019.

Meninggalkanmu adalah hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, kata maaf adalah satu-satunya kata yang dapat terucap.

🧷

Adreas Point Of View-

Ngga, hari ini aku pergi ya. Maaf, aku nggak bisa pamit.

Hari ini, tanggal 26 Juli 2019.
Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan Bandung, meninggalkan Indonesia untuk mewujudkan salah satu dari banyaknya mimpi-mimpi yang sudah sejak kecil kubayangkan.

Keputusanku, ralat. Keputusan yang didasarkan paksaan kedua orang tua, membawaku terbang meninggalkan Bandung, meninggalkan Jingga, meninggalkan Indonesia.

Beasiswa yang aku ajukan untuk program pendidikan di Jepang memberikan hasil yang memuaskan. Aku diterima lewat salah satu program beasiswa yang mereka tawarkan.

Aku memang tidak memberi tau Ingga soal pengajuan beasiswa ini, karena pada awalnya aku berfikir bahwa semuanya tidak akan mungkin aku dapatkan, namun semakin lama hal ini semakin membuatku gusar. Ada banyak kemungkinan yang harus aku fikirkan. Diterima dan pergi meninggalkan Jingga, diterima dan melepaskan kesempatan yang ada, atau tidak diterima dan hidup seolah baik-baik saja.

Dan perasaanku sudah terasa tidak enak, bukan sombong atau berniat untuk mengatakan hal-hal yang membanggakan diriku sendiri. Namun kemungkinan aku diterima sangatlah tinggi seiring berjalannya waktu, tidak banyak peserta yang kompeten.

Pada akhirnya, bertepatan dengan diumumkannya penerimaan mahasiswa jalur SNMPTN, aku juga mendapatkan berita yang sama dari program beasiswa itu. Aku diterima.

Entah bagaimana aku memutuskan untuk tidak cerita apapun ke Ingga sampai saat ini. Bahkan sekedar mengucapkan bahwa hari ini aku hrus terbang ke negeri sakura pun tidak kuucap.

Jingga, aku minta maaf.

Aku mengambil jaket tipis yang tergeletak di atas kasur lalu berdiri dan tak lupa mengambil tas ransel dari kursi. Lalu aku memakai tas itu dan menyampirkan jaket di tanganku. Aku mulai melangkah keluar kamar, menemui mama dan papa yang sudah sedari tadi menungguku di mobil yang terparkir di halaman depan.

Aku mengunci pintu rumah dan masuk kedalam mobil lalu menyerahkan kunci itu kepada mama.

"Nggak ada yang ketinggalan kan?"

Aku menoleh kedepan memalingkan wajahku dari jendela ketika suara papa terdengar di telingaku.

"Udah pa, ayo berangkat"

Aku mengatakan semuanya dengan hati yang terasa sedih. Bandung penuh kenangan, dan seharusnya Jogja menjadi kota berikutnya dimana aku dan Jingga mengukir banyak kenangan.

Papa hanya tersenyum dan melihatku dari kaca sepion, sedangkan aku memilih untuk menatap kaca mobil dan melihat jalanan ketika mobil yang akan mengantarku ke bandara ini perlahan berjalan.

Aku mengekuarkan earphone dari saku celanaku, memasangkan ujungnya di lubang yang tersedia di ponsel lalu menggunakannya di telingaku. Membuka salah satu aplikasi pemutar musik dan memilih acak playlist yang sudah kubuat.

Aku sedikit kaget ketika mendengar sebuah lagu dilantunkan oleh earphone yang kupasang di telinga, aku tau pasti bahwa lagu ini terputar dari playlist favoritku dan Jingga.

'Bolehkah kita mengulang
Masa-masa indah itu?
'Ku tak mengerti apa yang terjadi hingga berakhir
Bagaimanakah kabarmu?
Berhasilkah lupakanku?
Diriku yang bodoh ini masih mendamba hadirmu'

Pancarona-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang