Menuju Akhir.

65 4 7
                                    

Jogja,
26 Januari 2027.

Tahun sudah berulang kali berganti. Pada akhirnya aku memilih menyerah pada rasa yang memutuskan untuk singgah menuju hati yang pantas disebut rumah.

🧷

Jingga Point Of View-

Aku membenarkan sedikit rambutku, memandangi gaun putihku sebentar kemudian kembali menggandeng lengan laki-laki disampingku.

Dia laki-laki yang pada akhirnya berhasil mencuri hatiku yang berulang kali hancur. Membangun kembali kepercayaanku tentang cinta dengan sangat rapih tanpa celah.

Aku memandang kearah laki-laki yang sudah beberapa puluh menit lamanya kugandeng namun masih saja terlihat nyaman, aku melemparkan senyum kearahnya yang hanya dibalas oleh tatapannya yang seperti biasanya tetap dingin.

"Kenapa deh senyum-senyum?"

Ia memandang kearahku dengan tatapannya yang dingin namun berhasil membuatku nyaman. Dibalik kata-katanya yang seolah tak peduli, sosok yang pada akhirnya sangat amat kucintai ini menyimpan segudang rasa khawatir dan 1001 ungkapan sayang yang jarang terucap.

Ia menyisir rambutnya kebelakang dan membenahinya supaya terlihat rebih rapi, senyumnya mengembang setelah aku mengulurkan tangan untuk membenahi kerah jas hitamnya.

"Gini rasanya punya calon istri?"

Tuh kan? Dia memang selalu bersikap dingin, namun beberapa menit setelahnya bisa berubah menjadi sosok yang paling manis didunia. Menyebalkan namun berhasil membuatku jatuh cinta terus menerus.

"Calon istri mulu!"

Aku terkekeh pelan kemudian melangkahkan kakiku perlahan yang tentu saja membuatnya ikut melangkah menyeimbangi langkahku yang tak terlalu lebar karena memakai gaun dan high heels yang lumayan tinggi.

Aku terkekeh pelan kemudian melangkahkan kakiku perlahan yang tentu saja membuatnya ikut melangkah menyeimbangi langkahku yang tak terlalu lebar karena memakai gaun dan high heels yang lumayan tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melangkahkan kakiku yang disusul olehnya, melewati karpet merah yang panjang dan disambut orang-orang yang berdiri di sepanjang jalan.

"Cantik kamu Ngga"

Aku menoleh setelah mendengarnya mengatakan satu hal yang membuatku sedikit terkejut, kata-kata yang jarang terucap olehnya sekarang kudengar dengan jelas.

"Random banget deh Mas"

Aku terkekeh dan memukul lengannya pelan, kemudian langkah kami harus terhenti ketika sampai di depan beberapa orang yang memandang kami dengan senyuman.

Pancarona-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang