Jogja,
20 Mei 2020.Datang dengan kesan tak menyenangkan, kembali dengan hal-hal tak masuk akal.
🧷
Author Point Of View-
Jingga terkejut ketika mendapati seseorang mengetuk pintunya, setelahnya gadis itu berdiri lalu membuka pintu kamarnya.
"Loh, kenapa Dar tumben?"
Jingga terlihat sedikit kebingungan ketika melihat sosok gadis yang jarang sekali berinteraksi dengannya. Gadis dingin dari Jurusan Arsitektur yang sudah beberapa bulan ini tinggal di sebelah kamarnya.
"Nih, ada titipan tadi pas aku keluar"
Dara menyodorkan sebuah plastik trasnparan lalu masuk ke kamarnya setelah merasa bahwa barang yang dibawanya sudah diterima oleh Jingga. Plastik itu berisi sebuah bungkusan yang dari baunya sudah tertebak bahwa isinya adalah nasi padang.
"Apaan sih?"
Jingga terlihat kebingungan lalu berbalik dan masuk ke kamarnya, membuka plastik transparan itu dan mengamati bungkusan yang ada di dalamnya.
Tertulis sebuah nomor telefon dan inisial si pengirim paket misterius ini. Jingga mengambil ponselnya lalu mengetikkan nomor itu di keyboard setelahnya mencoba menelefon nomor yang tertera.
.
Jingga Point Of View-
Aku terkejut ketika siang ini seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku sedang tidak ada kelas dan memutuskan untuk berdiam diri dirumah dan mengistirahatkan tubuhku.
Aku membuka pintu kamar dan mendapati Dara sedang berdiri dan membawa sebuah plastik transparan berisi bungkusan makanan dengan menggunakan kertas minyak.
Gadis dingin yang sudah beberapa bulan ini menjadi teman satu kosku adalah mahasiswi Jurusan Arsitektur, beberapa kali aku melihatnya sedang menggambar desain di ruang tengah dan gambarnya terlihat sangat bagus.
Dara menyodorkan plastik itu kepadaku lalu kembali ke kamarnya sesaat setelah aku menerimanya, dan tentu saja sebelum aku berhasil mengucapkan kata terimakasih.
Aku kembali ke dalam kamarku kemudian membuka plastik transparan itu, melihat dengan seksama bungkusan yang ada di dalamnya. Siapa tau ada nomor telefon atau nama pengirimnya, iya kan?
Awalnya aku berfikir bahwa nasi padang ini adalah kiriman dari Mas Arya, namun aku sedikit ragu ketika menemukan sebuah nomor telefon di salah satu sudut bungkusan.
Aku mengambil ponselku kemudian mengetikkan nomor itu dan mencoba menghubunginya.
'Halo'
'Mau bilang makasih ya?'
Aku sedikit terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan orang itu. Dia gila?
'Oh iya. Terimakasih mas untuk kiriman makannya, tapi masnya siapa ya?'
'Biru'
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona-
FanficIni perihal cerita kita. Berlatarkan indahnya kota. Pan·ca·ro·na kl n bermacam-macam warna