Jogja,
12 September 2019.Kita tak akan pernah tau apa yang terjadi hari ini, atau besok bahkan beberapa menit kedepan.
Author Point Of View-Seorang gadis melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung yang tertera namanya dengan besar 'Perpustakaan Dan Arsip UGM'. Di bahu kanannya terdapat tas ransel sedang yang menggantung indah, sedangkan ditangan kirinya tersampir sebuah kemeja kotak-kotak warna kuning.
Sesuai tebakan, gadis itu adalah Jingga. Ia masuk ke gedung itu dan melangkah menuju ke lantai 3, mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang berpasangan dengan meja dan mengeluarkan sebuah laptop dari tas ransel yang dibawanya.
Jingga mengerjakan tugasnya dengan sangat tenang, ditelinganya terpasang sebuah earphone berwarna hitam yang senada dengan laptop yang sedang menjadi objek fokusnya saat ini. Tangannya dengan lincah mengetik pada keyboard, sedangkan ia sesekali melirik buku yang ada disamping laptop itu dan terlihat berfikir tentang sesuatu yang baru saja dibacanya. Kepalanya juga sesekali mengangguk-angguk mengikuti beat musik yang terdengar di telinganya.
Tak lama kemudian seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berkulit sawo matang duduk dihadapan Jingga, namun gadis itu tak menyadarinya bahkan sampai laki-laki itu pergi dan tidak sengaja meninggalkan sebuah notebook sedang berwarna hitam.
.
Jingga Point Of View-
Hari ini aku bangun tepat pukul 7 pagi, segera bersiap-siap dan menuju kampus karena hari ini aku memiliki 2 jam pelajaran di jam 8.30 dan 10.00 pagi.
Hari-hari terasa sangat melelahkan, ternyata menjadi mahasiswi kedokteran gigi tidak seasik yang kubayangkan. Banyak sekali tugas yang menumpuk, jadwal harian yang terus saja ada, belum lagi kuis-kuis harian yang diberikan oleh dosen. Apalagi UGM adalah salah satu kampus yang terdaftar di jajaran kampus terbaik se-Indonesia.
Setelah kelas kedua selesai pada pukul 11.00 pagi, aku segera berjalan menuju perpustakaan utama yang tentu saja jaraknya sangat jauh dari kampus fakultasku.
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam perpustakaan segera setelag ojek online yang kutumpangi berhenti di depan perpustakaan. Aku memilih naik ke lantai 3 perpustakaan ini, sebenarnya tujuanku kesini bukanlah untuk mencari referensi buku, melainkan untuk mencari tempat mengerjakan tugas yang nyaman dan tentu saja ada Wi-Fi, hehe. Maklum anak kos.
Aku mendudukkan diriku di sebuah kursi, mengeluarkan laptop yang sedari tadi kubawa diransel. Setelahnya memasang earphone dan memilih satu playlist lagu lawas kesukaanku.
Setelah beberapa jam berkutat dengan laptop dan memikirkan tugas-tugas yang sangat menyebalkan, aku menutupnya dan berencana untuk mencari makan siang. Sepertinya Food Court Plaza UGM adalah tempat yang tepat, selain enak tentu saja harga kantong mahasiswa.
Laptop dan semua buku yang kubawa sudah tertata rapi di ransel, aku sudah berdiri dan akan memposisikan kursi yang kupakai ke tempat semula. Namun mataku tertuju pada sebuah buku catatan atau notebook berukuran sedang berwarna hitam yang tergeletak di meja, tepat di hadapanku. Tidak ada tas ataupun benda lain yang bisa memberi petunjuk apakah ada seseorang yang duduk disana saat ini, mungkin benda ini ketinggalan.
Aku segera berjalan menuju meja depanku agar memudahkan untuk mengambilnya dan memasukkan buku itu ke dalam tasku, berniat menyimpannya dan mencari petunjuk sipaa pemilik dari buku catatan hitam ini.
"Ngga, disini juga?"
Seseorang menepuk punggungku dari belakang, sedikit mengejutkanku dan berhasil membuatku sadar bahwa oknum yang menepuknya adalah Nata. Masih ingat Nata? Itu loh, perwakilan anggota OSIS yang ada di team relawan bersama aku, Adreas dan Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona-
ФанфикIni perihal cerita kita. Berlatarkan indahnya kota. Pan·ca·ro·na kl n bermacam-macam warna