Epilog.

106 5 0
                                    

Semua kisah berawalkan bahagia dengan seseorang tak harus selalu berakhir bahagia dengan orang yang sama.

🧷

Adreas Point Of View-

"Adek!"

Baik aku maupun Adel terkejut ketika mendengar sebuah teriakan tertuju ke arah kami. Aku dan Adel menoleh lalu mendapati seorang laki-laki sedang melambaikan tangannya dan tersenyum ceria.

Laki-laki itu sedikit terkejut ketika melihatku menggandeng tangan Adel. Aku dan Adel pun mendekat kearah laki-laki yang kutahu adalah kakak laki-lakinya. Mas Arya tersenyum ketika aku dan Adel mendekat kearahnya. Sedangkan aku terkejut ketika melihat seorang gadis membalikkan badannya, posisi sebelumnya adalah bercengkrama bersama kakak ipar Adel, Mbak Sarah.

"Kenalin mas, ini Adreas. Pacar adek"

Jingga hanya tersenyum setelah mendengar apa yang baru saja diucapkan Adel. Gadis itu tak berubah, sama sekali tak berubah.

"Loh ini Jingga bukan sih?"

Belum sempat Mas Arya merespon perkataan Adel. Adel malah mendekat kearah Jingga, mengulurkan tangannya dan mengajak Jingga untuk berjabat tangan.

"Iya, aku Jingga. Kamu Adel ya?"

"Iya, Adeliaksa Gitari"

Jingga dan Adel, keduanya hanya tersenyum manis. Sedangkan Aku hanya bisa menatap mereka dari jauh, masih terkejut melihat sosok yang beberapa tahun lalu tinggalkan dan sekarang sudah tergantikan.

Renjana langit Jingga, akhirnya kita bertemu.

.

Setelah obrolan cukup panjang bersama Mas Arya dan Mbak Sarah serta Jingga dan pacarnya yang baru saja kuketahui bernama Biru.

Biru terlihat sangat tampan mengenakan jas hitam dan kacamatanya, terlihat sangat cocok dengan Jingga yang malam itu terlihat sangat cantik.

Gadis yang beberapa tahun lalu sangat amat kucintai sekarang sudah berubah.

Rambut pendeknya sudah digantikan dengan rambut panjang yang masih tetap lurus. Pipi gembulnya hilang menjadi pipi yang tirus.

Jingga terlihat sangat cantik berbalut gaun putih sederhana, tangannya sedari tadi tak bisa lepas menggenggam Mas Biru, pacarnya yang kutahu lebih tua beberapa tahun dariku.

Kami duduk di sebuah meja berbentuk bundar dengan banyak kursi di sekelilingnya. Disebelahku duduk gadis yang sekarang kucintai, Adeliaksa. Dan di hadapanku ada sosok yang pernah kucintai bersama sosok yang sekarang dicintainya, Jingga dan Mas biru. Sementara disebelah kananku duduk Mas Arya dan Mbak Sarah. Dan dua kursi di sebelah Adel dibiarkan kosong.

"Jadi Jingga temen SMA nya Reas?"

Suara Mas Arya sedikit mengejutkanku, Mas Arya menanyakannya setelah Jingga menceritakan sedikit kisah tentang masa lalu kami di Bandung.

Adel memasang wajah terkejutnya, padahal gadis ini sudah mengetahui lebih dari yang Jingga ceritakan. Aku hanya bisa tersenyum gemas memandangnya, berusaha menjadi kuat menemui masa laluku yang mungkin membuatnya sedikit tak nyaman.

Pancarona-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang