Sesuatu di Jogja.

83 5 0
                                    

20 September 2019,

Aku tak pernah merencanakan bagaimana kenangan akan terbentuk, atau dengan siapa membentuk kenangan. Sebab momen yang indah terjadi dengan sendirinya setiap aku bersamanya, dulu.

🧷

Jingga Point Of View-

Mungkin ini sudah beberapa minggu sejak adegan pengembalian buku catatan ke Mas Arya, hari ini dia menawarkanku untuk pulang bersama karena kebetulan kelas kami selesai pada waktu yang bersamaan.

"Nggak mau jalan dulu? Masih siang nih, Ambarukmo?"

Aku sedikit terkejut ketika Mas Arya menoleh ke arah sepion dan melihatku, menawarkan untuk pergi dulu ke sebuah mall terkenal di kota ini.

"Boleh deh Mas, saya belum pernah jalan-jalan juga padahal beberapa bulan di Jogja"

Mas Arya tertawa mendengar ucapanku baru saja. Memangnya apa yang salah dengan tak pernah jalan-jalan?

"Seriusan belum pernah?"

"Soalnya nggak terlalu suka ke mall, enakan muter-muter gini atau duduk di Malioboro. Tapi gaada temennya"

Lagi-lagi mas Arya hanya tersenyum, meskipun aku tak tau pasti karena wajahnya yang tertutup helm full face.

"Emang gaada temen disini?"

"Ada sih cuma emang mageran aja anaknya"

"Yaudah kalo mau jalan-jalan bilang ke saya, biar saya anter"

Aku tak tau harus menjawab atau memberi respon apa setelah mas Arya mengatakan kalimat terakhirnya. Serius mau nganter dan nemenin jalan-jalan?

"Serius mas?"

"Iya serius. Udah mau sampe nih"

Beberapa menit perjalanan sampai akhirnya motor Mas Arya sampai di parkiran Ambarukmo Plaza.

Lagi-lagi ia menggenggam tanganku dan menariknya menuju ke dalam setelah kami selesai melepaskan helm.

"Mau kemana dulu nih acaranya?"

Mas Arya melepaskan genggamannya ketika kami sudah sampai di dalam. Lalu ia melakukan kebiasaan menyibak rambutnya ke belakang, hal yang menurutku membuat pesonanya bertambah 2 kali lipat.

"Gatau mas. Tapi kayanya aku mau cari novel ke Gramedia deh"

"Yaudah yuk kesana"

Lagi-lagi Mas Arya menggenggam tanganku, membuatku lagi-lagi terkejut meskipun aku tau hal ini adalah sebuah ketidaksengajaan.

Kami berjalan dan sampai di Gramedia beberapa menit setelahnya, lalu aku berjalan menuju rak buku yang berisikan novel.

Aku berjongkok dan mengambil novel yang terletak di rak kedua dari bawah, bertepatan dengan itu sebuah lagu yang tak asing terdengar di telingaku. Lalu perlahan semuanya mengingatkanku tentang sosok yang berusaha kulupakan.

Flashback On

"Ngga, aku mau nyanyi"

Adreas membuatku terkejut ketika dari mulutnya terucap kata-kata yang jarang kudengar.

"Mau nyanyi apaan? Tumben banget?"

Dia hanya tersenyum dan mengeluarkan ponselnya dari tas ransel, saat ini aku dan dia masih menggunakan seragam sekolah.

Perlahan suara petikan gitar terdengar di telingaku, suara Adreas pun mulai terdengar. Untung saja taman ini tidak terlalu ramai, sehingga tak ada suara yang mengganggu pendengaranku.

Pancarona-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang