Malam Minggu.

907 33 2
                                    

Bandung,
26 Januari 2019.

Kamu adalah pusat semesta, dimana aku dengan setia mengelingimu tanpa pernah berpikir untuk berpaling.

🧷

Author Point Of View-

"As, hari kemana?" Seorang gadis memiringkan kepalanya, tangannya masih setia memeluk pinggang laki-laki dihadapannya.

"Jalan-jalan keliling Bandung dong, kaya biasanya"

"Nggak nongkrong aja gitu? Duduk diem, liat mobil-motor pada lalu-lalang"

"Yakin? Kalo gitu alun-alun?" Ucap seorang laki-laki sembari menengok sepion, melihat gadisnya yang sedang bahagia melihat ramainya kota Bandung malam itu

"Boleh! Kesana aja yuk, mau beli cilor juga" Gadis itu tersenyum, ditepuknya punggung laki-laki itu dan tertawa setelahnya.

"Dih kebiasaan cilor mulu, nggak sehat tau banyak micinnya"

"Berisik-berisik. Kasih lampu sen kiri dong, aku mau beli cilornya disini"

Motor itu mengurangi kecepatannya perlahan, minggir ke arah kiri dan akhirnya berhenti di depan sebuah gerobak kaki lima yang menjual camilan khas Bandung, cilor dan maklor! Iya, aci dan makaroni yang digoreng dibalut telur dan ditambahi berbagai macam bumbu diatasnya. Micin, hehe.

"Aku juga ya Ngga" Ucap laki-laki itu sambil meringis setelah gadisnya turun dari motor.

Gadis itu sudah turun dari motor, berjalan dengan sedikit cepat menuju gerobak mang cilor, lalu membalikkan badannya dan meledek laki-laki yang membawanya jalan-jalan malam itu.

"Dih, katanya nggak sehat"

"Jarang-jarang gapapa kali yaa, hehe"

Laki-laki itu tersenyum dan memperlihatkan giginya, bertingkah dan berekspresi seperti anak-anak yang merengek minta ice cream.

"Yaudah, sana agak minggir ke depan. Aku beli dulu"

Mereka adalah Jingga dan Adreas, sepasang 'kekasih' yang sedang pergi bersama, malam mingguan katanya.

"Udah Ngga?"

"Ya ini atuh dilihat"

Jingga menjawab dengan nada sekidit sewot yang dibuat-buat. Adreas sangat menyebalkan pikirnya, katanya cilor-maklor adalah makanan tak sehat tapi nyatanya ia meminta untuk dibelikan juga.

"Dih galak bener, lagi jadwal bulanan?"

"Engga tau, udah buruan. Keburu malem, nanti pulangnya dimarahin bunda"

Jingga melangkahkan kakinya di jok belakang vespa itu, lalu menerima helm uluran Adreas. Sedang Adreas hanya memandang Jingga dari sepion, menyembunyikan senyumnya yang gemas melihat tingkah gadisnya.

"Iya ayo, helm-nya jangan lupa dipake. Pegangan Ngga"

"Iyaa Reas bawell!"

Salah nggak ya As kalo aku berharap akan selalu seperti ini. Sama kamu, dengan latar belakang kota Bandung yang nggak pernah bikin kita bosen. Sama segala kekurangan dan kelebihan yang kamu dan aku punya. -Jingga

Kapan ya Ngga aku bisa lepas dari semua kekhawatiran ini, supaya bisa terus sama kamu. Tinggal nunggu penggumuman Ngga, aku nggak tau harus milih diriku sendiri atau kamu. - Adreas

.

Jingga dan Adreas segera mencari tempat yang nyaman untuk duduk, karena alun-alun di malam hari tak akan pernah sepi, apalagi malam minggu.

Pancarona-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang