5. Aneh

536 87 11
                                    

Caca

Saat itu gue bener-bener kaget, gimana nggak gue di cium sama cowok yang baru gue kenal selama beberapa hari. Anehnya, gue nggak marah. Bener-bener nggak ada rasa marah. Okey, mungkin sebagian cewek nganggap ciuman itu hal biasa tapi gue nggak gitu. Itu first kiss gue. Sampe sekarang gue bener-bener bingung, gimana gue nggak melakukan perlawanan apapun. Tapi ya udah, mau gimana lagi? Kan semuanya udah terjadi.

Lupain tentang itu, jujur gue malu kalo mengingatnya. Hari ini, gue di undang ke acara ulang tahun temen gue. Eh, nggak bisa di bilang temen juga sih. Kalo kalian belum tau gue ini model, jadi biasanya kalo ada acara pasti sesama model di satu agency itu bakalan di undang.

Gue nggak punya begitu banyak temen. Palingan kita temenan untuk saling mendapat keuntungan aja. Gue nggak terlalu percaya untuk menjadikan seseorang temen atau bahkan sahabat, gue takut kecewa. Orang yang kita paling percaya sekalipun, dia bisa menghianati kita. Bukan, itu bukan pengalaman pribadi gue. Itu cerita mama gue saat papa selingkuh. Semua temen dekat dan sahabat mama udah tau sebelumnya kalo papa gue mengkhianati mama, tapi yang mereka lakukan malah menutupi dan melindungi selingkuhan papa itu. Gue bener-bener benci!

Pokoknya kalo gue inget, gue bakalan marah. Jadi, sekarang mending kita lupakan bentar tentang itu.

Biasanya jarang banget gue dateng ke acara gituan. Tapi, nggak tau kenapa kali ini gue pengen dateng. Mungkin karena dia yang paling deket sama gue di satu agency ini, tapi gue nggak mau menganggap dia sahabat. Lagi-lagi karena gue takut kecewa. Bukannya mencegah lebih baik dari mengobati, kan?

Sepertinya gue dateng terlambat karena acaranya udah mulai, tapi nggak pa-pa lah gue males nunggu.

Pas gue sampe udah selesai tiup lilin gitu. Ya udah lah.

"Jadi sekalian disini bareng yang datang juga, gue bakalan umumin tentang orang yang akhir-akhir ini special di hidup gue."

Harus banget di umumin ya? Nggak pa-pa deng, biar kalo ada pelakor bisa mikir-mikir lagi. Tapi, apa pelakor punya otak? Ups, sorry.

"Andra, orang yang akhir-akhir ini special di hidup gue. Dia pacar gue." Katanya begitu Denan muncul dari belakang dan memberi Cellin back hug.

Jadi dia Andra yang selama ini dia ceritakan. Den Andraya. Orang yang sama dengan Den Andreaya yang gue kenal.

Rasanya badan gue lemas. Apa saat ini gue sedang di khianati? Iya, gue rasa begitu. Gue menjatuhkan gelas wine yang gue pegang, membuat suara yang cukup menarik perhatian semua orang termasuk Denan.

Mata kita bertemu, saling tatap dan tidak bersuara. Saat itu juga gue menangis. Gue marah sama diri gue sendiri, buat apa gue nangis untuk hal yang sama sekali nggak penting.

Nggak lama, pandangan gue gelap. Nggak, gue nggak sedang pingsan. Seseorang menutup mata gue dengan tangannya yang besar. Membawa gue ke pelukannya, gue nggak melanjutkan menangis. Gue terlalu sedih buat menangis lagi, air mata gue nggak bisa keluar. Gue nggak pernah merasa kecewa kayak gini sebelumnya, di kecewakan sama orang yang baru saja gue percaya buat jadi calon suami gue.

Gue mendengar Denan beberapa kali memanggil nama gue, gue nggak peduli. Gue benci sama dia. Gue benci! Cowok itu membawa gue keluar.

Belum juga sampai di luar gue bisa merasakan tangan gue di tarik, ternyata Denan. Gue berusaha melepaskannya, tapi susah. Sampai tangan besar Ken, menarik kasar tangan Denan.

Iya, cowok tadi adalah Ken. Gue nggak ngerti gimana Ken selalu ada, di saat apapun itu.

Ken memukuli Denan sampai dia nggak bisa berdiri lagi.

"Ken udah!" Kata gue sambil menangis.

Gue sebenernya nggak mau negur Ken, tapi kalo sampe Denan luka parah pasti Ken yang bakalan di salahkan. Padahal niatnya cuma ngebantu gue.

Setelah gue berteriak gue bisa lihat Denan senyum. Apa dia pikir gue bakalan nolongin dia?

Gue mendekat ke arah Denan yang terduduk lemas, gue jongkok di sebelahnya lalu mengusap pipinya lembut.

Denan hampir menarik gue ke pelukannya kalo aja gue nggak memberi perlawanan.

Plak.

Gue menampar pipi Denan hingga dia keringis kesakitan. Gue tau pasti sakit banget, gimana nggak pipinya yang udah memar habis di pukuli Ken gue tampar.

"Penghianat! Gue mau kita putus, nggak ada perjodohan, nggak pernikahan. Hal itu nggak bakalan terjadi!" Kata gue lalu berdiri.

Denan tertawa smirk "Apa papa lo yang egois itu bakalan mau membatalkan semuanya? Apalagi cuma demi anak perempuannya ini? Nggak Ca! Hahaha."

"Udah Ken." Kata gue saat Ken hendak menghujani Denan dengan pukulannya.

"Ini hidup gue, nggak ada yang berhak mengatur hidup gue. Lagian sebenernya itu cuma karena papa lo sahabat lama papa gue, lo pikir gue nggak tau?"

Gue tersenyum smirk "Lo pikir gue nggak tau Den? Hah! Keluarga lo yang butuh, keluarga lo yang hampir bangkrut! Lo-nya aja yang nggak tau diri!" Kata gue lalu pergi, udah jijik gue ada di tempat ini.














Gue tersenyum smirk "Lo pikir gue nggak tau Den? Hah! Keluarga lo yang butuh, keluarga lo yang hampir bangkrut! Lo-nya aja yang nggak tau diri!" Kata gue lalu pergi, udah jijik gue ada di tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lonely Girl | Wendy × JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang